YOUR, MINE, US

4.9K 353 25
                                    

Happy Reading, Guys!!!

*** 

"Your, mine, us."

***

Ulang tahun pertama Tiana.

Rasanya baru kemarin segala drama yang mengawali rumah tangga ku dan Leo dimulai. Rasanya baru kemarin moment-moment penuh air mata dalam hidupku. Rasanya baru kemarin aku dinyatakan hamil oleh dokter. Aku bahkan masih mengingat dengan jelas segala perasaan saat akan melahirkan Tiana. Dan sekarang tanpa terasa sudah setahun berlalu sejak pertama kali aku mendekap Tiana untuk yang pertama kalinya dalam dekapanku.

Aku bahagia. Sangat. Tapi ada rasa haru dan tidak rela juga Tiana cepat-cepat tumbuh besar. Belum puas rasanya menimang-nimang bayi mungilku yang dulu hanya bisa menangis jika sedang lapar ataupun popoknya basah. Dan sekarang bayiku itu bahkan sudah bisa meminta makan saat dia lapar, sudah bisa langsung menoleh ketika namanya dipanggil dan juga sudah bisa memilih sedang ingin digendong Mama atau Papa nya. Kenapa Tiana cepat sekali besarnya? Jika begini mau tidak mau sisi melankolis dalam diriku akan muncul begitu saja tiap merayakan ulang tahun Tiana. Aku memang terlalu mencintainya.

Tidak ada acara pesta. Tadi pagi kami hanya datang ke salah satu panti asuhan untuk syukuran serta meminta doa untuk Tiana. Aku tidak suka pesta yang berlebihan. Apalagi Tiana masih belum mengerti apa-apa. Bagiku lebih baik mengajarkan dia untuk selalu ingat berbagi dan bersyukur saja setiap pertambahan usianya. Kalau urusan pesta tidak perlu diajarkan, nanti dia juga akan mengerti sendiri jika sudah besar.

Lalu sore ini kami akan mengadakan acara kumpul keluarga. Hanya keluarga inti saja mulai dari Mami, mertuaku dan Clara. Acaranya pun hanya akan diadakan ditaman belakang rumah kami. Yang penting semuanya bisa mengajak Tiana bermain.

Aku memperhatikan Tiana yang sedang bermain bersama Leo dan ayah mertuaku. Dia tampak begitu semangat melompat-lompat dipangkuan Leo, lalu akan tertawa lucu ketika ayah mertuaku mengajaknya bermain cilukba.

Setelah aku, Mami dan Ibu mertuaku selesai menyiapkan makanan, barulah ayah mertuaku dan Leo membawa Tiana untuk bergabung di meja makan.

"Clara jadi datang kan, Mi?" Tanyaku pada Mami.

Mami melirik jam tangannya sekilas. "Jadi sih katanya tadi. Tadi siang dia juga bilang udah pulang dari luar kota. Paling sebentar lagi juga sampai. Macet mungkin, Ree. Weekend juga kan sekarang."

Aku mengangguk mendengar penjelasan Mami, lagian tidak mungkin rasanya Clara tidak datang. Sejak kami berbaikan beberapa bulan lalu, Clara terlihat sekali sangat menyukai Tiana mustahil dia ingin melewatkan moment special ini.

Aku mendudukkan Tiana di baby chair nya dia antara aku dan Leo. Di sebelah kiriku ada Mami lalu satu kursi kosong yang sepertinya untuk Clara, baru Ibu mertuaku dan Ayah mertuaku di sisi kanan Leo.

"Tiana mau mamam apa?" Tanya ibu mertuaku untuk menarik perhatian Tiana. Tiana yang merasa namanya dipanggil lansung menoleh dan bersorak heboh sambil memukul-mukul sendok dan garpu yang dipegannya ke atas meja. Langsung saja semuanya tertawa melihat hal itu. Aku sangat bersyukur Tiana bisa begitu ceria, padahal selama mengandung dulu aku bahkan lebih banyak menangis dari pada tertawanya.

"Mau mamam nasi sama sup salmon, Oma." Jawabku mengajarkan Tiana.

"Mam-mam-mam-mam..." Lagi semuanya tertawa mendengar Tiana. Dia memang mulai bisa mengucapkan kata-kata yang sederhana begitu. Walau masih sangat kental dengan aksen khas bayinya.

"Tiana masih kencang ASI nya, Ree?"

"Paling kalau mau tidur aja, Mom. Kalau lagi main-main biasanya lebih suka gigitin biscuit dia."

Your, Mine, UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang