R.E.E

3.8K 338 26
                                    

Happy Reading Guys!!!

***

"Sekali saja untuk yang terakhir kalinya. Berikan kesempatan bagi kita, agar aku bisa memilikimu tanpa harus melukaimu lagi."

***

Sudah tiga hari aku dirawat, dan hari ini dokter sudah mengizinkan aku pulang. Dengan syarat aku masih harus bed rest total sampai kandunganku benar-benar kuat. Aku ingin pulang, tapi tidak ke rumah Leo ataupun ke rumah Mami. Aku hanya ingin kembali ke flat yang aku sewa saat kabur dari Leo kemarin.

"Kamu mau pulang sama Leo atau ikut Mami, Nak? Kalau sama Mami jadi ada yang menjaga kamu seharian. Leo kan harus kerja dari pagi sampai sore. Nggak apakan Leo kalau Ree di rumah Mami?"

"Iya, Mi. Saya nggak keberatan kalau harus ke kantor dari rumah Mami. Yang penting dia ada yang jaga." Leo menarik lembut tangaku agar dia bisa memasangkanku jaket. Tadi juga dia yang memakaikan semua pakaianku. Aku sudah ngotot bilang kalau aku bisa ganti baju sendiri dan dia hanya perlu membawaku ke kamar mandi, tapi dia lebih memaksa lagi untuk memakaikan pakaianku dengan alasan supaya aku tidak terlalu banyak bergerak. Dan aku akan selalu kalah dengan kemauannya, seperti biasa.

"Jadi gimana, Ree?" Leo kembali menagih jawabanku begitu dia selesai memakaikan jaketku. "Rumah kita atau rumah Mami, hanya itu pilihannya. Aku nggak menerima mau kamu yang lain." Dia berkat tegas seolah bisa membaca fikiranku untuk kembali ke flat.

Aku hanya membuang nafas berat melihat dua orang di depanku ini. Melihat mereka yang itba-tiba memberiku pilihan entah mengapa aku jadi merasa aneh sendiri, padahal dulu mereka hanya bisa memaksaku saja. Atau mungkin sekarang mereka juga sedang bermain peran lagi untuk mendapatkan keinginan masing-masing?

Entahlah, aku sudah tidak bisa percaya pada apapun yang mereka lakukan sekarang padaku.

***

Leo meletakkan tubuhku dengan pelan di tempat tidur. Ketika sampai tadi dia langsung menggendongku dari bawah hingga ke kamar kami di lantai dua. Sekarang aku baru benar-benar percaya jika dia memang sanggup untuk menggendongku tanpa merasa kesulitan.

Ya, aku memutuskan untuk pulang ke rumah Leo. Setidaknya jika di sini aku hanya perlu bertemu pria itu saat pagi dan malam hari saja, jadi aku bisa bernafas lebih lega begitu dia tidak ada di rumah. Dari pada di rumah Mami yang akan terus dia awasi sepanjang hari. Aku hanya tidak mau penilaianku pada sikap baik mereka menjadi semakin buruk.

"Langsung makan siang ya? Supaya bisa makan obat dan istirahat."

Aku hanya mengangguk saja pada Leo. Setelah itu dia keluar sebentar dan kembali dengan nampan yang berisi makanan, air putih dan segelas susu.

Aku makan dalam diam. Sementara Leo hanya duduk di pinggir tempat tidur sambil terus memperhatikanku. Dia juga tidak bersuara, entah apa yang difikirkannya karena menatapku begitu intens. Aku tidak peduli, yang jelas makan siangku kali ini lebih enak di bandingkan makan siang di rumah sakit kemarin.

Selesai dengan makan siang dan beberapa obat serta vitamin aku langsung merebahkan tubuhku yang rasanya sudah lelah saja. Padahal aku tidak melakukan apapun yang dapat membuatku merasa lelah. Ternyata tubuhku memang sedang tidak baik-baik saja.

Leo menarik selimut untuk menutupi kakiku sebelum dia duduk dipinggir tempat tidur. Aku mencoba menyamankan tubuhku. Yang sayangnya baru aku dapatkan setelah menghadap kearah Leo.

"Nanti aku ke kantor sebentar ya? Nggak apa-apa kan?"

Aku hanya mengaggukan kepala tanpa berniat membuka mata atau mengatakan apapun untuk merespon Leo.

"Mommy dan Mami kamu ada diluar. Kalau butuh sesuatu langsung minta sama mereka aja ya."

Kali ini aku hanya mediamkan Leo. Sama sekali tidak berniat untuk mengobrolkan apapun dengannya.

"Kamu mau titip sesuatu, Ree? Nanti sebelum pulang biar aku carikan."

Melihat aku yang sama sekali tidak menanggapinya akhirnya Leo memilih untuk diam dan hanya mengusap punggungku dengan tangan hangatnya.

Aku tidak tau berapa lama dia menemaniku. Tapi yang jelas terakhir kali yang aku ingat sebelum benar-benar tertidur adalah bahwa tangan hangat Leo masih terasa di punggungku.

***

Aku mengganti-ganti saluran TV tanpa minat. Tidak ada satu acarapun yang menarik perhatianku. Bahkan acara komedi yang biasanya aku tonton menjadi tidak lucu sama sekali, dan film-film yang tayang malam ini entah mengapa mendadak membosankan semua. Aku membanting remote TV dengan kesal. Membiarkan saja acara entah apa yang sekarang ditampilkan layar didepanku.

"Ree, belum tidur?"

Aku melihat Mami sudah berdiri di depan pintu kamar yang memang tidak ditutup setelah aku bangun tidur tadi sore. Mami berjalan mendekatiku dan duduk di sisi tempat tidurku.

"Menunggu, Leo?"

Aku hanya menggeleng sebagai tanggapan. Dan aku memang sedang tidak menunggu pria itu.

"Lalu kenapa belum tidur? Sudah hampir jam sepuluh malam. Mertua kamu saja sudah tidur duluan, Mami ditinggal sendiri."

"Belum ngantuk." Aku menjawab seadanya. Jika saja Leo yang bicara maka bisa aku abaikan begitu saja. Tapi tidak enak juga rasanya jika yang bicara itu Mami atau Ibunya Leo. Aku juga marah pada mereka, tapi tidak sanggup sampai mengabaikannya begitu saja.

"Leo sering pulang selarut ini?"

"Akhir-akhir ini aja."

"Tadi sore dia udah menelfon kamu, tapi kamunya masih tidur. Jadi Leo menelfon mertua kamu bilang kalau dia nggak bisa pulang cepat seperti janjinya ke kamu. Cuma dia bilang untuk beberapa hari kedepan dia bisa dirumah untuk menemani kamu. Jadi malam ini dia lembur untuk menyelasaikan semua pekerjaannya." Jeda sebentar sebelum Mami kembali bicara padaku. "Tadi makan malamnya enak, nak?"

Aku hanya mengangguk menanggapi. Sedangkan pandanganku tetap fokus pada TV yang sebenarnya juga tidak ku mengerti sedang menampilkan acara apa. Hanya saja itu lebih baik dari pada hanya terfokus untuk bicara dengan Mami.

"Mertua kamu yang masak. Dia langsung turun sendiri kedapur untuk menyiapkan semuanya. Besok kamu mau makan apa, nak?"

"Apa aja."

"Loh, Ree belum tidur?" Aku dan Mami kompak melihat ke arah Leo yang baru memasuki kamar dan tampak sedikit terkejut melihatku yang belum tidur dijam segini.

"Belum ngantuk katanya, Leo. Mami tanya apa sedang manunggu kamu dia bilang nggak." Melihatku aku yang hanya diam, Mami yang memilih menjawab pertanyaan Leo. Sementara Leo hanya tertawa pelan mendengar penjelasan Mami.

Leo berdiri disampingku dan mengecup puncak kepalaku. Setelah itu gantian tangannya yang mengusap rambutku. "Sudah makan semua obat dan vitaminnya kan?"

Aku mengangguk singkat sebagai jawaban.

"Ya sudah, Leo sudah pulang. Jadi Mami ke kamar dulu ya?" Mami beranjak dari duduknya tampak ingin mendekat untuk menciumku, tapi diurungkannya melihat aku yang tetap acuh. Hanya tangannya yang mengusap lenganku sebentar.

"Terimakasih, Mi." Mami hanya tersenyum atas ucapan terimakasih Leo.

Setelah Mami keluar Leo langsung menuju ke kamar mandi, ingin mandi sepertinya. Jam berapapun dia pulang pasti akan selalu mandi sebelum tidur.

Aku sudah mencoba untuk tidur saat merasakan sisi kosong tempat tidurku bergerak. Disusul satu tangan Leo yang melingkari pingganggu yang langsung aku tepis. Namun hanya sesaat sebelum Leo kembali melingkarkan tangannya yang lagi-lagi kutepis.

"Gerah."

Leo hanya menghela nafas berat mendengar alasanku menepis tangannya. Namun setelah itu dia tidak lagi mencoba menyentuhku. Hanya saja aku masih merasakan jika satu tangannya tetap memainkan rambutku.

Aku memilih untuk mediamkannya saja. Lagi pula siapa yang bisa benar-benar menghentikan keinginan Leo.

***    

Jangan lupa tinggalkan jejak ya?!!!

Your, Mine, UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang