Happy Reading guys! Dan terimakasih untuk semua yang mau berpartisipasi menanggapi cerita ini dan yang sudah mau menunggu kelanjutannya juga tentunya!!!
***
"Aku mencintaimu, sangat. Tapi jangan pernah tanyakan alasannya, karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah tau mengapa. Yang aku tau, bahagiamu adalah bahagiaku dan air matamu adalah deritaku. Dan hal lain yang aku tau adalah, jika tuhan hanya menakdirkan aku untuk mencintaimu tanpa alasan apapun."
***
"Hai." Aku menyambut Leo yang baru pulang kerja, sengaja menyusul sampai ke teras depan.
"Hai." Dia terseyum padaku, hangat seperti biasanya. Lalu mengcup bibirku sekilas. Setelahnya dia merangkulku mengajak kembali ke dalam rumah.
"Jadikan?"
Leo menatapku sambil menautkan alisnya. "Jadi apa?"
"Yang kamu bilang kemarin."
"Kemarin? Kemarin aku bilang apa?"
Aku menghentikan langkahku yang otomatis membuat Leo juga menghentikan langkahnya. "Kok kamu lupa sih? Yang kamu bilang kemarin!"
Leo menatapku beberapa saat, tampak masih bingung dengan maksud pembicaraanku. "Bilang apa, Ree? Aku selalu mengatakan banyak hal sama kamu setiap harinya."
Aku menghembuskan nafas panjang, mencoba menenangkan diriku yang tiba-tiba saja merasa kesal dengan sikap Leo. "Kamu beneran lupa? Janji kamu kemarin sore itu, masa kamu lupa?"
Leo mengerutkan keningnya seperti berusaha mengingat sesuatu. "Janji kemarin sore? Janji yang..." Dia menghentikan kalimatnya, dan aku semakin berharap jika dia sudah ingat apa yang aku maksud sejak tadi. "Janji yang mana, Ree? Aku nggak ingat." Dan sekarang dia hanya memasang wajah tanpa dosa setelah membuat aku berharap pada apa yang akan dia ucapkan.
Aku berdecak, sekarang aku benar-benar kesal padanya. "Ya udah kalau nggak ingat. Nyebelin kamu!" Aku menghentakkan kaki dan berjalan menjauhi Leo.
Tapi baru beberapa langkah dia sudah menarik tanganku untuk kembali berhadapan dengan tubuh tingginya. Dia tersenyum padaku, senyuman hangat yang sekarang jadi terlihat menyebalkan di mataku. "Kok ngambek sih? Aku cuma bercanda, Ree. Aku ingat kok. Kita mau kepantai kan?"
Aku masih diam, masih kesal dengan dia yang ternyata sengaja mengerjaiku. "Aku sudah pulang lebih cepat, pastinya aku ingat sama janji aku ke kamu. Sekarang aku mandi dulu sebentar, setelah itu kita langsung berangkat. Lima belas menit lagi, oke?"
"Sepuluh menit."
"Oke, sepuluh menit."
Aku mengangguk dan tersenyum puas pada Leo. Lalu membiarkan dia ke kamar untuk mandi, sementar aku memilih menunggu di ruang tamu.
Aku memang sudah bersiap dari tadi, makanya aku jadi sangat kesal ketika dia dengan seenaknya mengatakan jika tidak ingat dengan janjinya kemarin sore.
Setelah pulang dari liburan kami di villa dua hari yang lalu, entah kenapa aku merasa jika sikap Leo jadi lebih baik padaku. Dia tidak terlalu banyak melarang lagi tentang apa yang boleh dan tidak aku lakukan selama berada di rumah, dia juga tidak lagi memaksakan argumennya untuk selalu benar, ditambah lagi hal-hal kecil yang dia lakukan yang kadang membuat aku merasa, special?
Atau memang selama ini Leo sudah bersikap baik dan hanya aku saja yang baru menyadarinya?
"Ayo berangkat!"
Aku sedikit terlonjak dari lamunanku ketika Leo berteriak kencang di belakangku. Aku melirik jam tangan ku, sepuluh menit.
Hebat, dia menepati janjinya untuk mandi dan berganti pakaian hanya dalam sepuluh menit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your, Mine, Us
RomanceBagiku cinta itu bodoh. Hanya orang bodoh yang percaya dengan cinta. Dulu, aku seangkuh itu terhadap cinta. Setidaknya sampai aku mengenal dia. Lalu setelah itu, bisa dipastikan akulah orang paling bodoh itu di dunia ini. ~Leo Apa yang membuat seseo...