Happy Reading Guys!!!
***
"Aku sudah tau untuk menaklukanmu bukanlah hal yang mudah. Tapi aku memang sudah terlanjur brengsek jika sudah menyangkut hal untuk mendapatkanmu, cara apapun itu asal kau tetap bersamaku. Cintaku padamu memang seegois itu."
***
Sudah seminggu sejak aku keluar dari rumah sakit. Dan selama itu perhatian dari Mami, Leo dan mertuaku masih terus mengalir penuh padaku. Mami sudah pulang ke rumahnya sendiri sejak beberapa hari yang lalu, tapi hampir setiap hari dia mengunjungiku dan baru pulang saat sore hari.
Ibunya Leo juga masih sering berkunjung, walau tidak sesering Mami. Ayah Leo juga sempat datang beberapa kali saat dia sedang tidak terlalu sibuk dikantor.
Sedangkan Leo yang tadinya hanya ingin menemaniku beberapa hari nyatanya sudah sampai satu minggu ini tetap berada di rumah. Paling hanya satu atau dua kali dia kekantor, itupun hanya sebentar. Setelah urusannya selesai dia akan langsung pulang.
Menerima perhatian sebanyak itu sempat terfikir apakah aku tidak terlalu jahat jika masih saja mendiamkan mereka sampai hari ini?
Tapi mereka juga sudah jahat padaku. Bukan hanya kali ini, tapi sejak dulu mereka sudah banyak melakukan hal jahat padaku. Dan selama itu aku juga hanya diam saja. Jadi rasanya tidak salahkan jika saat ini aku memilih untuk mendiamkan mereka? Kemarahan ku pada mereka bukan hal yang berlebihankan?
Beberapa waktu lalu Leo juga sudah pernah melakukan hal-hal baik dan manis padaku. Tapi nyatanya ada kebohongan lain dibalik semua itu. Dan semua orang membohongiku untuk hal itu. Jadi mungkin saja jika kali ini yang mereka semua lakukan padaku juga ada maksud lainnya.
Aku dan Leo baru saja pulang dari rumah sakit usai melakukan check up. Menurut dokter kondisiku dan bayiku sudah lebih baik. Namun masih harus tetap bed rest sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan. Karena aksi lari marathon yang aku lakukan beberapa saat lalu maka kandunganku harus benar-benar dijaga dengan baik dan aku tidak boleh lagi banyak bergerak untuk hal yang tidak penting.
Leo meletakkan tubuhku dengan lembut ke tempat tidur. Dia masih kelihatan aman-aman saja saat menggendongku. Padahal aku yakin jika saat ini tubuhku sudah bertambah lagi sejak seminggu yang lalu. Tentu saja karena setiap hari aku hanya makan dan tidur saja. Bahkan kakiku sudah mulai terlihat sembab karena sudah lama tidak jalan.
"Capek?"
Aku menganggukan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan Leo. Setelah itu hanya diam. Leo tidak mengatakan apa-apa lagi, namun tatapannya masih terus menyorotku dalam. Memilih untuk mengabaikan yang sedang dia pikirkan, aku memilih menyalakan TV dan mencari-cari saluran yang menarik.
Cukup lama sampai aku merasa jengah sendiri karena Leo masih terus menatapku. Aku mematikan TV dan beralih menatap balik Leo.
"Apa?"
Dia menghembuskan nafas berat. "Sampai kapan kamu akan terus mendiamkan aku, Ree?"
Aku membuang nafas jengah sambil mengalihkan tatapan ku darinya. Namun tetap tidak mengatakan apapun.
"Kamu nggak bisa terus mengabaikan aku, Ree. Kita nggak bisa terus seperti ini!" Leo menekankan setiap kata di kalimat terakhirnya.
"Cerai aja kalau gitu."
Aku tersentak saat tiba-tiba Leo menarik lengan kiriku dengan kuat disusul satu cengkraman lain di bahu kananku yang cukup untuk membuatku meringis merasakan sakitnya. Aku menatap ngeri pada wajah Leo yang merah padam dengan rahang yang mengeras serta tatapan tajamnya padaku. Dia menahan diri untuk tidak menyakitiku dengan tindakan kasar lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your, Mine, Us
RomanceBagiku cinta itu bodoh. Hanya orang bodoh yang percaya dengan cinta. Dulu, aku seangkuh itu terhadap cinta. Setidaknya sampai aku mengenal dia. Lalu setelah itu, bisa dipastikan akulah orang paling bodoh itu di dunia ini. ~Leo Apa yang membuat seseo...