L.E.O

3.5K 300 10
                                    

Udah pada sarapan belum? Sarapan pake Leo mau? Eh... sarapan sambil baca Leo maksudnya. Selamat menikmati!!!

Happy Reading, Guys!!!!

***

"Sempurnanya aku, menghabiskan hidup bersama kamu dan cinta kita."

***

Seperti mimpi.

Mimpi paling indah dan paling luar biasa yang pernah aku miliki.

Aku sudah kembali ke kamar rawat ku. Setelah pemulihan pasca persalinan beberapa waktu lalu, dan bayiku juga sudah diperiksa dan dibersihkan.

Aku mengusap lembut pipi bayi mungil di dalam dekapanku. Dia tidak menangis lagi. Matanya masih terpejam sambil terus menyusu pada ku, lalu sesekali matanya akan kembali terbuka dan menutup kembali. Dia indah, sangat indah. Sama seperti perasaan para ibu lainnnya, bagi ku dia adalah bayi paling cantik yang pernah ada. Sekarang aku mengerti bagaimana mencintai seseorang dengan begitu besarnya, bahkan saat orang itu belum mengerti apa-apa tentang cinta yang aku berikan.

"Uh lahap sekali menyusu nya, cucu Nenek ini."

"Sangat cantik ya cucu kita ini. Cucu Oma yang paling cantik."

"Iya, cantik sekali. Tadi Ree nggak liat ya pas di ruang bayi, si kecil ini yang paling cantik."

"Perpaduan Papa dan Mama nya pas ya, Jeng. Ini kulitnya bersih sekali, rambutnya juga hitam lurus seperti Ree. Mata, hidung sama bibirnya mirip Leo. Dan makin cantik karena bulu matanya panjang dan lentik seperti Ree."

"Wajahnya Leo sekali ya, Jeng. Tapi jadi sangat cantik."

Aku hanya tersenyum saja mendengar Mami dan Ibu mertuaku sibuk memuji cucunya ini. Sejak tadi mereka tidak bosan-bosan mengagumi bayi di gendonganku yang bahkan belum mengerti akan pujian Nenek dan Oma nya itu. Nenek panggilan untuk Mami. Sementara Oma dan Opa untuk mertuaku.

Hanya ada kami berempat di kamar ini, sementara Leo dan ayah mertuaku sedang mengurus segala urusan dengan rumah sakit dan mengubur ari-ari.

Setelah bayiku selesai menyusu dan tertidur, Mami langsung memindahkannya ke box bayi di samping ranjang ku. Lalu disusul ibu mertuaku yang menyuruhku istirahat sebelum nanti bayi ku bangun lagi dan harus memberi ASI lagi. Aku menurut saja. Aku memang sangat lelah dan mengantuk rasanya. Tapi sejak tadi aku merasa rugi untuk tidur, rasanya lebih menyenangkan untuk menimang bayi kecilku. Ya maklum saja, baru punya bayi itu rasanya seperti baru punya mainan baru yang sangat berharga dan sudah lama di dambakan.

Aku tidak tau berapa lama aku tertidur. Karena begitu terbangun aku melihat Leo dan ayah mertuaku sudah kembali ke kamar rawatku, sementara Mami dan ibu mertuaku sedang menimang-nimang bayiku yang sepertinya juga sudah terbangun dari tidurnya.

"Hai, Mama udah bangun? Kok cepat banget bangunnya, nggak capek lagi? Atau udah kangen Papa?" Leo langsung mengecup kepala ku sambil mengoceh menyebalkan begitu melihat aku terbangun dari tidurku.

Aku hanya memutar mata mendengar Leo, sekarang saja sikap menyebalkannya sudah kembali. Padahal tadi sebelum dan sampai saat aku melahirkan, aku yang sakit tapi dia yang seperti orang tidak bernyawa. "Kangen anak ku."

Dia lantas tertawa mendengarku dan mengecup keningku lagi. Lalu Leo memelukku dan berbisik tepat di samping telinga ku. "I love you. I love you so much. Terimakasih sudah menjadikan aku pria paling beruntung dan paling bahagia di dunia ini. Aku sangat mencintai kamu, Ree. Nggak ada satu hal pun yang bisa mewakili bentuk besarnya cinta aku ke kamu. Terimakasih sudah berjuang begitu besar untuk melahirkan malaikat cantik kita."

Leo melepaskan pelukannya dan mengangkat wajahnya tepat di depan wajahku. Kembali mengucapkan kata cinta dengan isyarat gerak bibirnya. Setelah itu kembali menjahiliku dengan menggigit gemas puncak hidungku yang membuatku langsung memukul pelan pipinya. Bukannya marah dia justru kembali tertawa begitu melepaskan gigitannya dari hidungku. Tampak sekali jika dia sedang benar-benar bahagia sekarang.

"Aduh!" Jika pukulanku tadi tidak terasa apa-apa bagi Leo, maka pulukulan ayah mertuaku di kepalanya sepertinya cukup untuk mebuat dia berteriak. "Daddy apaan sih? Sakit tau Dad!"

"Kamu itu sudah punya anak, jahilnya dikurangin. Daddy nggak mau ya sampai cucu Daddy itu kamu ajarin buat ngejahilin orang." Leo hanya mendengus saja mendengar ocehan Daddy nya, persisi seperti anak kecil yang sedang di marahi. "Ree, lain kali kalau dia mulai jahil pukulnya yang kuat! Pukulin yang benar, oke?"

Aku terkekeh pelan mendengar perintah ayah mertuaku. "Oke, Dad."

"Good. Sekarang Daddy harus ke kantor dulu ya. Ada meeting yang nggak bisa di cancel lagi." Setelah berpamitan pada semua yang ada di kamar ditambah kecupan sayang untuk bayiku, baru ayah mertuaku pergi ke kantor.

Ibu mertuaku memberikan bayiku untuk kembali di susui ketika dia mulai merengek dan tidak mempan lagi di gendong-gendong. Benar saja, begitu mulai menyusu bayi kecilku itu langsung tenang-tenang saja.

"Mirip aku ya, Ree?" Aku menatap Leo yang duduk disampingku sekilas, lalu kembali menatap bayi ku. Mirip Leo memang. Tapi aku tidak mau semakin membenarkannya di depan Leo. Aku sudah tau ada rencana licik lain di kepala Leo begitu aku mengakuinya. "Ree, mirip aku kan?" Aku masih diam saja. "Mom, Mi, bayinya mirip aku kan?" Leo mulai mencari dukungan lain.

"Iya, mirip kamu. Tapi jadi makin cantiknya karena bulu mata, rambut sama kulitnya seperti Ree." Ibu mertuaku yang menjawab.

Sementara Leo langsung tersenyum bangga, yang terlihat sangat menyebalkan di mataku. "Tuh mirip aku emang, Ree. Mirip aku banget malah. Cinta banget itu berarti kamu sama aku, mikirin aku terus jadinya anaknya kayak fotocopyan aku." Benarkan, Leo itu selalu punya segudang cara untuk menjadi menyebalkan.

Aku memilih untuk mengabaikannya saja. Tapi Leo masih terus bersikap menyebalkan dengan terus mendesak ku untuk mengkui pernyataannya tadi. "Iya, mirip kamu puas?! Aku cuma kebagian hamil sama melahirkannya aja."

"Ngaku juga akhirnya. Terus yang kalimat selanjutnya aku tadi nggak di akuin juga sekalian?"

"Anaknya fotocopyan kamu!"

Leo tertawa geli mendengar aku yang sudah sebal padanya. Lalu dia mengelus pelan kepala bayiku yang masih asik menyusu, seolah tidak terganggu dengan orang tuanya yang heboh seperti anak kecil. "Dek, Mama kamu gengsian banget ya. Pake di skip-skip segala pernyataan Papa."

"Nggak usah di dengerin, nak. Mimik aja, Papa kamu emang nyebelin."

"Leo, siapa tadi nama lengkapnya di dedek? Mommy lupa, ini ada temen Mommy yang tanya." Pertanyaan ibu mertuaku yang akhirnya menyudahi perdebatan tidak penting antara aku dan Leo tadi.

"Namanya Tiana Aulea Juandratama."

"Artinya?" Gantian Mami yang bertanya.

"Tiana itu kalau dalam bahasa Yunani bisa di artiin putri. Atau bisa artinya pemaaf, selalu dibekati, mandiri dan berani. Kalau Aulea itu singkatan anugrah untuk Leo Audrey. Juandratama ya nama keluarga. Jadi doa di namanya itu semoga anak kami ini jadi putri yang pemaaf, selalu diberkati, madiri, berani, dan menjadi anugrah terindah untuk Leo Audrey serta keluarga." Leo terlihat begitu tulus ketika menyampaikan doa dalam nama anak kami.

"Aamiin. Bagus arti namanya. Mommy suka. Siapa yang pilihin namanya?"

"Aku yang bilang kalo anaknya perempuan mau di kasih nama Tiana. Kata Leo bagus, pas dicari ternyata artinya bagus juga. Jadi kita pilih itu, kalau yang sisa dua kata di belakangnya baru Leo."

"Jadi panggilannya siapa? Tiana? Aulea?"

"Tiana aja." Aku mengelus pelan rambut halus bayi ku, mata hitamnya menatap lekat pada ku. "Tiana." Setelahnya dia mengerjap beberapa kali dan mulai menyusu lagi sampai tertidur.

Semoga saja, dia menjadi perempuan yang luar biasa nantinya.

Sekarang aku tau, bahagiaku hari ini bahkan jauh lebih indah dari semua angan ku dulu.

***

Jangan lupa tinggalkan jejak ya?!!!

Your, Mine, UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang