R.E.E

4.1K 349 31
                                    

Ini kayaknya bakal jadi part terpanjang dalam cerita ini. Tadinya mau di bagi dua lagi kayak part sebelumnya, tapi jadi nggak nyambung feel nya. Jadi ya udah lah, sikat aja sekalian.

Happy Reading guys!! 

#abaikansajaautorsnotenyayggakjelas

***

Mereka saling mencumbu. Memuja kesempurnaan satu sama lain dalam lautan gairah yang tidak terbendung. Bergerak seirama dan saling meneriakkan kepuasan dalam semburan puncak gairah.

Sepsang mata hanya menatap dua insan itu dari celah daun pintu yang terbuka. Semuanya mendadak kosong. Waktu seakan berhenti untuknya. Dua kakinya pun seperti terikat tali tak kasat mata yang menahannya untuk tetap berdiri menyaksikan dan mendengarkan kata demi kata yang menghacurkan dunianya. Dunia yang beberapa waktu lalu sempat terasa indah untuknya.

"Jadi sekarang kamu mengakuinya?" Masih dengan nafas yang memburu wanita itu mulai bicara lebih dulu.

Pria itu tidak langsung menjawab. Setelah menenagkan diri sesaat walau masih dengan mata terpejam baru dia mulai bersuara. "Ya, aku merasakannya. Dan aku kalah."

"Kamu menyesal?"

"Nggak. Cuma kadang masih nggak habis fikir kenapa aku bisa terjebak dengan gadis seperti itu. Ya, kalau bukan karena tawaran gila kamu mungkin aku nggak akan pernah melihat dia"

"Well, dia memang berbeda dari wanita-wanita kamu sebelumnya. Keras kepala dan tidak mudah percaya pada laki-laki. Bahkan sama kamu sekalipun dia tidak bisa menerima begitu saja." Wanita itu memainkan jemari lentiknya di dada pria yang terbaring di sebelahnya.

"Tapi pada akhirnya aku tetap mendapatkan dia. Sesuai tujuan awal." Pria itu berkata bangga terhadap dirinya sendiri

"Tapi kamu tetap kalah dalam taruhan ini. Aku hanya menantang kamu untuk membuat dia takluk. Tapi kamu sudah berlarut-larut sampai beberapa bulan seperti sekarang."

"Aku harap kamu tidak perlu membahas masalah taruhan ini lagi." Pria itu mengkap jemari lentik wanita itu yang bergerilya di dadanya.

"Oke. Tapi malam ini perayaan kita tetap harus berlanjut."

Setelahnya kedua manusia itu kembali hanyut dalam luapan gairah yang seakan tidak terbendung diantara keduanya. Sampai tanpa sengaja sepasang netra hitam milik si pria menagkap bayangan gadisnya yang beranjak menjauh dari balik pintu.

***

"Ree, gimana kalau kita main ke villa. Mau?!"

"Villa?"

Leo meminum air putih di gelas di samping piring makannya lalu berdehem sekali sebelum kembali bicara padaku. "Iya. Aku belum cerita ya sama kamu, kita punya villa di luar kota. Di sana enak Ree, nggak terlalu rame. Di dekat villa kita cuma ada beberapa villa lain, itupun jaraknya lumayan jauhan. Jadi tenang di sana. Nggak sumpek kayak di sini. Mau ya ke sana? "

"Kapan mau kesananya?"

"Sekarang."

Aku menghentikan kunyahan makanan di mulutku mendengar ucapan Leo. "Sekarang?"

"Iya. Selesai sarapan ini kita berangkat."

"Kamu serius?"

"Serius, Ree." Aku menatap tidak yakin pada Leo, sampai dia kembali bersuara padaku. "Aku mana pernah main-main sama apa yang aku bilang sama kamu."

Your, Mine, UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang