I want to say thank you to everyone who took the time to read and comment on my story. And I hope you guys can love this part.
Happy reading!!!
***
"Kau milikku, aku milikmu. Tapi tetap saja, ada dinding tak kasat mata yang masih kau bangun untuk merentang jarak diantara kita."
***
"Ree... Ree... hei ayo bangun."
Aku merasakan tepukan halus dipipiku bersamaan dengan suara yang terasa samar-samar memanggil namaku dengan begitu lembut dan hangat. Tapi aku masih begitu enggan untuk membuka mata, rasa kantukku masih belum terkalahkan.
"Ree, ayo bangun. Udah pagi. Kebo banget sih kamu." Beberapa kecupan ringan hinggap di bibir ku. "Untung cantik. Bangun dong, Ree."
Merasa terganggu, aku membalikkan tubuhku sambil semakin menenggelamkan diri dalam selimut hangat yang membalut tubuh telanjangku.
Aku kira aku bisa melanjutkan tidurku dengan nyaman, tapi aku salah. Sekarang aku bahkan merasakan gigitan-gigitan kecil di telingaku dan suara serak yang masih terus mencoba menyadarkanku. "Ree, ayo bangun. Nanti aku benar-benar akan menggigit kamu kalau kamu belum bangun juga."
"Apa sih, Leo? Aku masih ngantuk."
Leo terkekeh senang melihatku yang kembali membalikkan badan kehadapannya. Mataku menyipit mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinaku. Beberapa kali mengerjap tapi tetap saja mataku masih sulit terbuka.
"Benar-benar masih ngantuk ternyata." Dia merapikan beberapa anak rambut yang berserakan di wajahku. "Tapi kamu tetap harus bangun. Ayo, cuci muka terus ganti baju."
"Hah? Mau kemana memang?" Suaraku masih parau khas orang bangun tidur yang masih sangat mengantuk.
"Kita lari pagi. Olaraga."
"Malas ah. Kamu aja, aku masih ngantuk."
"No, kita lari pagi sama-sama. Kalau kamu masih keras kepala, kamu bisa pilih mau olahraga lari pagi atau olahraga ranjang pagi?" Leo menggerak-gerakkan alisnya sambil memasang wajah mesumnya yang sangat menyebalkan itu.
Aku hanya bedecak menanggapi penawaran gilanya itu. Dengan enggan aku duduk dari tidurku sambil sebelah tangan menahan selimut untuk menutupi tubuhku. "Iya... iya lari pagi. Udah sana kamu."
"Kesana kemana?"
"Keluar dulu, aku mau ke kamar mandi."
"Kamu tinggal langsung ke kamar mandi, Ree. Nggak perlu aku harus keluar dulu."
"Leo..."
"Apa?"
Aku kembali berdecak menghadapi tingkah Leo, aku tau dia mengerti maksudku menyuruhnya keluar sebentar untuk aku bisa ke kamar mandi. Tapi dia sengaja menunjukkan sikap menyebalkannya itu. "Aku mau ke kamar mandi. Kamu keluar dulu, bisa?"
"Kamu tinggal langsung ke kamar mandi Ree, bisa?"
"Aku sedang nggak memakai baju apapun, Leo! Kamu keluar dulu."
"Aku nggak merasa itu jadi masalah, Ree. Kamu nggak perlu malu, bukannya aku yang membuka semua baju kamu tadi malam?"
"Leo!" Aku merasa wajahku memanas mendengar ucapan Leo yang sama sekali tidak disaringnya tu.
"Benar kamu menyuruh aku keluar karena kamu masih malu sama aku? Ree, aku bahkan sudah sering menelanjangi kamu dan aku sangat hafal akan tubuh kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Your, Mine, Us
RomanceBagiku cinta itu bodoh. Hanya orang bodoh yang percaya dengan cinta. Dulu, aku seangkuh itu terhadap cinta. Setidaknya sampai aku mengenal dia. Lalu setelah itu, bisa dipastikan akulah orang paling bodoh itu di dunia ini. ~Leo Apa yang membuat seseo...