L.E.O

3.7K 352 18
                                    

Nggak tau mau ngomong apa dulu, langsung baca aja deh.

Happy Reading!!

***

"Kalau saja aku bisa lebih cepat menyadari kebodohanku, maka aku tidak akan pernah menyiakan semua waktu dan kesempatanku bersamamu. Kini disaat aku ingin memulainya kembali, hatimu justru sudah membeku nyaris tak mampu ku raih. Sampai aku tak tau harus bagaimana lagi aku membuktikannya, jika kamu lebih dari sekedar penting dalam hidupku."

***

"Hai, Mi."

"Hallo, Ree. Kamu di mana? Leo ada?"

"Aku di rumah. Leo ada, baru pulang kerja. Lagi mandi kayaknya. Mami apa kab..."

"Oh pantas Mami telfon Leo nggak diangkat. Bisa kamu tolong sampaikan sesuatu sama Leo? Mami sedang buru-buru untuk menelfon dia lagi nanti."

"Bisa, Mi. Apa?"

"Lusa nanti teman Mami akan mengadakan launching untuk showroom barunya sekaligus pameran mobil-mobil mewah keluaran terbaru. Kamu bilang sama Leo tolong untuk mentrasnfer uang ke Mami. Setidaknya dipameran nanti Mami harus membeli satu mobil. Mami tidak enak dengan teman Mami, kalau Mami hanya sekedar datang."

"Bukannya Leo memang selalu kasih uang sama Mami?"

"Uang itu cuma untuk kebutuhan sehari-hari Mami sama untuk belanja sedikit-sedikit. Mana mungkin cukup untuk beli mobil. Lagi pula mobil yang Mami pakai memang sudah lama, Ree. Tidak salah kalau Mami mau membeli mobil baru."

"Aku nggak mau minta uang lagi sama Leo, Mi. Uang bulanan yang dia kasih ke Mami kan sudah sangat besar, Mi. Nggak mungkin aku minta lagi unt..."

"Jadi sekarang kamu sudah bisa melawan perintah Mami. Kamu merasa rugi begitu Leo membelikan Mami mobil? Dengar ya Ree, kamu sekarang bisa hidup enak kemana-mana tinggal pilih mau pakai mobil yang mana itu karena Mami! Kalau Mami tidak menikahkan kamu sama Leo hidup kita itu masih susah sampai sekarang. Pokoknya Mami nggak mau tau kamu harus minta uang itu dari Leo."

"Tap... Hallo, Mi?" Aku menatap layar ponselku yang menunjukkan jika Mami baru saja mengakhiri panggilan telfonya begitu saja.

Sudah hampir dua minggu ini aku tidak bisa menghubungi Mami. Nomornya tidak pernah aktif setiap kali aku coba hubungi. Malam ini tiba-tiba saja Mami menelfonku duluan. Aku kira setidaknya dia akan menanyakan bagaimana kabarku. Sudah cukup lama kami tidak bertemu, terakhir saat di pesta beberapa minggu lalu. Rasanya sudah wajar jiika dia sedikit mengkhawatirkan aku.

Tapi jangankan untuk menanyakan kabarku, membiarkan aku menyelesaikan kalimatku untuk menanyakan kabarnyapun tidak dia berikan.

Aku memijat kepalaku yang mendadak sakit mengingat permintaan Mami tadi. Bagaimana bisa aku melakukan hal itu? Dalam sebulan saja Leo sudah memberikan Mami uang puluhan juta, belum lagi membayar tagihan kartu kredit dan menggaji semua pelayan yang bekerja di rumah Mami. Harga diriku memang sudah tidak ada sejak Mami menjualku dalam pernikahanku ini dan jika harus meminta uang dalam jumlah besar lagi pada Leo maka rasanya aku tidak pantas lagi disebut manusia.

"Siapa tadi yang telfon?"

Aku tersadar dari pemikiranku sendiri ketika Leo sudah keluar dari kamar mandi. Hanya menggunakan boxer dan bertelanjang dada. Rambutnya masih basah sehabis mandi. Dia berjalan ke arah nakas mengambil handphone nya yang tergeletak di sana.

"Ada missed call dari Mami kamu. Lima kali, kayaknya penting. Biar aku telfon lagi."

"Jangan!" Aku menyambar handphone Leo dan segera membatalkan panggilan telfonnya.

Your, Mine, UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang