L.E.O

3.8K 350 16
                                    

Sebenarnya ini masih lanjutan dari part sebelumnya. Kalo dalam draf aku bagian ini masih aku bikin satu part sama yang sebelumnya. Cuma karena kemaren pas mau di upload kepanjangan jadilah aku buat menjadi dua part.

Langsung deh, Happy Reading!!!

***

Aku memperhatikan lagi dengan lebih teliti wajahku dicermin kamar mandi. Setelah yakin jika semuanya terlihat baik-baik saja baru aku keluar dengan membawa kembali botol foundation yang tadi aku gunakan untuk menyamarkan memar di sudut bibirku.

Aku baru saja menutup pintu kamar mandi bertepatan dengan Leo yang baru masuk ke kamar kami. Wajahnya tampak begitu lelah. Hari ini dia pulang telat lagi dibanding jam pulang kerjanya yang biasa. Kata Leo akhir-akhir ini dia memang sedang sibuk-sibuknya karena akan mengadakan kerja sama yang cukup besar dengan salah satu perusahaan asing yang cukup berpengaruh di dunia. Leo sendiri yang menjelaskan alasannya itu tanpa aku minta. Walau aku sudah memilih untuk tidak mau tau terlalu banyak tentang semua hal yang dia lakukan sekarang.

Sekedar menyiapkan diri jika suatu hari nanti dia sudah bosan padaku dan memcampakkan aku lagi, maka aku tidak akan terlalu terikat padanya. Bukan tidak mungkinkan jika hal itu akan terjadi. Mengingat dasar pernikahan kami yang sangat tidak wajar?

"Hai." Leo tersenyum menyapaku lebih dulu. Dia masih terus mengukir senyuman hangat dengan wajah lelahnya sambil berjalan menghampiriku.

Sampai di depanku berdiri dia langsung memelukku dan menenggelamkan wajahnya dileherku.

"Kenapa?"

Leo hanya menggeleng dan semakin mempererat pelukannya. Cukup lama kami berada diposisi ini. Dan beberapa kali aku mendengar Leo menghela nafas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan. Seperti sedang mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Cukup aneh melihat Leo bersikap seperti ini. Dia, terlihat seperti orang yang sedang putus asa? Frustasi? Tapi hal apa yang bisa membuat seorang Leo bisa sekacau ini? Tidak mungkin rasanya jika hanya karena masalah kantornya. Leo itu bukan tipe orang yang memikirkan masalah kantornya ketika dia sudah di rumah.

"Aku mandi dulu."

Aku hanya mengangguk menanggapi Leo yang masih berdiri di depanku. Menatapku beberapa saat baru dia beranjak ke kamar mandi.

Lima belas menit setelahnya Leo keluar dari kamar mandi. Dia terlihat jauh lebih segar. Walau matanya masih menyiratkan jika dia sudah mengalami sesuatu.Leo langsung naik ke ranjang untuk bergabung bersamaku.

"Tidur sekarang?"

Leo hanya mengangguk lalu merebahkan tubuhnya dan merentangkan tangannya ke arahku. Tau Leo sedang tidak dalam suasana hati yang baik, aku langsung beringsut mendekat dan berbaring di lengannya. Aku tidak bisa menjamin diriku sendiri jika sekarang masih berani cari masalah pada Leo dengan menolak tidur di pelukannya lagi.

Aku menyamankan diri dalam dekapan Leo. Memejamkan mata, mencoba untuk tidur. Walau tidak yakin aku akan segera tertidur karena memang belum terlalu mengantuk.

Aku tersentak saat tangan Leo yang tadinya mengelus lenganku tiba-tiba menekan tepat di sudut bibirku yang terluka yang sudah susah payah aku tutupi dengan foundation agar tidak terlihat lagi.

"Masih sakit?"

Aku tidak menjawab pertanyaan Leo. Hanya menahan tangannya yang kini berubah mengelus sudut bibirku dengan lembut.

"Sudah diobati?"

Masih tidak menjawab. Aku tidak tau bagaimana Leo bisa tau masalah luka itu.

"Kamu tidak akan bisa menyembunyikan apapun dari aku, Ree." Sekarang aku balas menatap mata Leo yang menatapku dengan sendu. "Kenapa nggak bilang aja dari kemarin? Itu nggak akan masalah buat aku, Ree"

Your, Mine, UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang