L.E.O

3.9K 288 40
                                    

Happy reading, guys!!!

Ini part terpanjang sepanjang perjalanan cerita ini. Semoga tetep greget yah!!!

*** 

"Aku sudah berjanji atas nama Tuhan ketika menjadikan kamu sebagai istri ku. Selamanya, sampai kapanpun tidak akan pernah ada wanita lain yang akan mengisi hati dan hidup ku selain kamu. Jikapun ada perempuan lain yang akan aku sanjug dengan hatiku, maka itu hanya putri kita saja. Percayalah, aku mencintaimu sudah sampai pada batas dimana aku kerap kali menjadi begitu bodoh dan brengsek hanya untuk tetap bersama kamu."

***

Tujuh bulan lalu aku tidak akan percaya jika hidupku bisa sebahagia ini.

Tujuh bulan lalu aku tidak akan percaya jika aku bisa menemukan kekuatan dan alasan yang luar biasa untuk hidup jika saja aku dihadapkan pada masa tersulit dalam hidupku.

Tujuh bulan lalu aku tidak akan menyangka jika menjadi seorang ibu akan terasa seluar biasa ini.

Dan sejak tujuh bulan lalu aku jadi berani bermimpi, untuk melihat anakku tumbuh dewasa dan cantik walau aku harus menua bersama tumbuh kembangnnya.

"Satu lagi sayang, ayo buka mulutnya. Aaaa..." Aku memasukkan suapan terakhir bubur makan siang Tiana begitu dia membuka mulutnya. Setelah dia selesai menelan buburnya baru aku membersihkan sisa-sisa makanan yang belepotan mulai dari bibir, dagu dan pipinya. "Pintarnya anak Mama. Makannya habis. Hore..." Aku bertepuk tangan pelan di depan Tiana yang di tingkahinya dengan tertawa riang sambil memukul-mukul mainan di baby jumper nya dan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Lucu sekali.

Tiana termasuk bayi yang ceria dan cukup jarang menangis. Sejak dia mulai mengenali benar wajah orang tuanya, biasanya Tiana hanya akan menangis saat bangun pagi jika yang menggendongnya pertama kali bukan Leo. Atau biasanya Tiana baru akan menangis jika acara minum susunya di ganggu. Selebihnya dia akan tenang-tenang saja.

Selesai makan aku membawa Tiana ke ruang TV. Aku memang mulai membiasakan dia untuk makan di ruang makan. Tidak setiap waktu juga, setidaknya satu kali sehari dia diajak makan di tempat yang seharusnya.

Aku mendudukkan Tiana di karpet tebal depan TV. Dia sudah bisa duduk, dan sesekali mulai mencoba merangkak jika melihat hal-hal yang benar-benar menarik hatinya.

Di depan Tiana sudah ada mainan karet yang bisa berbunyi berbentuk karakter-karakter angry bird dengan berbagai warna. Aku memencet salah satu mainan tersebut di depan wajahnya. "Eh bunyi angry bird nya." Dia berkedip beberapa kali, lalu menggumam kecil seolah takjub melihat mainan itu. "Eh ini juga bisa bunyi." Aku memencet mainan lainnya yang di tanggapi sama oleh Tiana sebelum tangannya terulur untuk meraih mainan ditangganku.

Dia mencoba memencet juga, tapi tanggannya masih terlalu kecil untuk menggenggam mainan itu supaya berbunyi. Tidak habis akal Tiana lalu memukul mainan itu kelantai sampai terdengar bunyi khas mainan karet.

"Wah Tiana bisa bunyiin juga!"

Lalu dia meraih warna lain yang ada di depannya dan dipukul kelantai lagi seperti tadi. Setelah itu menoleh padaku, menuggu aku berseru takjub seperti tadi. "Wah yang warna hijau Tiana juga bisa bunyiin!" Lalu dia akan tertawa senang setiap kali mainan-mainan itu berbunyi. Dan akan mengoceh khas bayi ketika mainan yang ditanggannya dan tanganku berbunyi bersamaan. Dia menggemaskan sekali kan?

Aku meraih ponselku yang berbunyi di atas sofa. Video call dari Leo. Hal yang hampir setiap siang dia lakukan sejak Tiana mulai bisa bermain-main seperti sekarang.

Your, Mine, UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang