Key mendudukan dirinya di sofa saat sampai di apartemennya. Membuang napas lalu memperbaiki posisi Kevan di pangkuannya. Bayi itu nampak lebih tenang saat ini.
Devan menutup pintu, lantas bergerak ke arah Key. "Aku akan buatkan sesuatu." katanya mengecup kepala Key sayang. Lalu berlalu ke dapur.
Sementara Key diam. Ia tak banyak bicara saat pulang dari rumah sakit. Sebagian dari hatinya belum percaya akan apa yang terjadi pada dirinya.
Apa aku bisa ?
Key tak menyalahkan siapapun dalam hal ini. Ia mencintai keluarganya. Dan tentu saja ia mencintai janinnya. Hanya saja, dirinya sendirilah yang menjadi kekhawatirannya saat ini.
Sekali lagi, apa ia bisa ?
Key bukan tidak bahagia. Ia hanya berusaha melihat ke depan. Dengan kondisinya yang sekarang, mampukah ia menjaga bayinya ?
"Apa yang kau pikirkan ?" Key mengedip. Terlalu asik melamun, sampai lupa waktu bahkan Devan telah selesai memasakkan sesuatu untuknya.
"Apa kau sudah selesai ?" tanyanya. Devan mengangguk dengan senyum kecil dan dengan mudah mengangkat Kevan dalam gendongannya lalu menggandeng tangan Key ke ruang makan.
***
Keesokan harinya, Devan menemukan dirinya bangun lebih awal. Ini tidak biasa, karena Key masih terlelap di sampingnya. Gurat gurat lelah nampak di wajahnya yang pucat setelah mengurus Kevan yang selalu terbangun tengah malam.
Devan memutuskan untuk diam, membiarkan Key tetap istirahat dengan kondisinya yang sekarang. Bagaimanapun juga ia tak ingin mengambil resiko.
Setelah memasak, ia membawa Kevan ke depan dengan semangkuk bubur bayi. Dengan segala petunjuk dan dari apa yang ia lihat saat Key membuatnya.
Kali ini ia akan berusaha lebih baik. Tak ingin mengulangi kesalahan atau anaknya tidak akan makan.
Dengan segala perhatian, Devan berhasil menyuapkan satu sendok bubur pada Kevan tanpa berserakan kemana mana. Ia tersenyum puas.
Setidaknya tidak seburuk kemarin yang buburnya berlepotan hampir di seluruh pipi Kevan.
"Bagus !" serunya. "Apa aku sudah bisa menjadi ayah yang baik sekarang ?" tanyanya pada Kevan.
Devan tersenyum puas, melihat Kevan nampak senang dengannya. Bayi itu melonjak senang dengan ocehan khas bayi yang lucu.
"Dev..." Devan menoleh. Menemukan Key sedang mengucek matanya di dekat sofa.
"Kau sudah bangun." katanya lalu mengecup kepalanya saat Key menyandarkan tubuh pada Devan.
"Lihat. Aku sudah bisa menyuapi Kevan. Bagus, kan ?" katanya puas.
Key tersenyum kecil. "Iya Daddy." katanya.
Devan mengangkat alisnya. "Daddy ?"
Key mengangguk di bahunya. "Iya. Kau Daddynya, aku Papanya." kata Key lalu terkikik sambil menatap Kevan.
Devan terkekeh. "Tapi Kev lebih senang memanggilmu Mama. Bukan Papa." katanya.
"Bukan Mama. Papa." protes Key.
"Dengar. Dia memanggilmu Mama."
"Baby Kev. Coba panggil Papa."
"Dengar. Dia mengatakan Mama lagi."
Key merengut. "Papa. Coba katakan Papa sayang."
Devan lagi lagi tertawa saat Kevan kembali mengatakan kata 'Ma' berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Maze
RomanceHidup itu tak ubahnya labirin. Banyak kelok yang kadang menyesatkan. Kadang menjadi petaka. Kadang berbuah manis pada akhirnya. Tak ada yang dapat menebak jalan labirin tanpa berusaha. Pada akhirnya, kita hanya akan berputar putar di tempat yang sam...