Key tahu bukan saatnya ia merasa senang saat ini. Tapi ia tak bisa menahan rasa gelinya saat melihat Devan beralih profesi menjadi dirinya.
"Kenapa tertawa ?" Devan melebarkan sebuah kemeja basah setelah memerasnya hingga airnya keluar. Menyentaknya keras dan menyampirkannya di tiang jemuran.
Iya. Beralih profesi menjadi bapak rumah tangga.
Key terkikik. Kakinya mengayun santai sambil memakan keripiknya. Bersantai di atas ayunan panjang bersama Kevan, Key tiba tiba menjadi bahagia melihat Devan di depannya.
"Kevan lihat, Daddy sedang menjemur pakaian. Harus di abadikan." katanya lalu mengambil ponselnya dan dengan cepat mengambil foto yang lebih tua.
"Bahagianya~" katanya Devan lalu menyentak lembaran baju basah hingga airnya menciprat pada Key dan Kevan.
Key menjerit sedangkan Kevan tertawa senang meminta Devan melakukannya lagi.
Tiba tiba suasana hati Key menjadi cerah.
***
Bel ditekan. Sepasang stiletto mengkilap menunggu untuk melangkah. Namun pintu belum juga terbuka.
"Ibu ?"
Maria berbalik. Menemukan Devan berada di samping rumah. Wanita itu mendekat dan terperangah mendapati putranya dalam keadaan yang tak seharusnya.
Devan tersenyum sambil memeluk ember yang kosong. "Hai Ibu. Masuklah. Di sini panas." katanya lalu mendului Maria memasuki pintu samping.
Maria kehilangan kata kata. Menyaksikan Devan dengan penampilan seadanya dan celana pendek. Menenteng ember dan...
"Kau mencuci ?"
Devan berbalik lalu terdiam menatap ibunya. "Tentu saja. Mana mungkin Key yang melakukannya." Devan tertawa kecil yang dibuat buat. Lalu melanjutkan langkahnya.
Maria melangkah masuk. Matanya menjelajah ke sekeliling. Tak tahu apa yang ia pikirkan melihat suasana berantakan di ruang keluarga.
Televisi menyala. Camilan berserakan. Buku buku kehamilan. Bola bola berwarna warni. Mobil mobilan. Robot robotan. Dan mainan anak anak lainnya yang berserakan.
"Key dimana ? Kenapa ini berantakan sekali ?" tanya Maria saat Devan kembali.
Devan mendudukan dirinya di sofa panjang. "Kevan pup. Key sedang membersihkannya." jawab Devan santai. "Lagipula mereka belum selesai bermain ibu."
"Kau seharusnya bekerja. Maksud Ibu bekerja dengan pekerjaanmu yang sebenarnya."
Devan terdiam sambil berpikir. Rautnya datar dan ia mendadak sebal. "Tadi Key nyaris terjatuh saat mencuci." kata Devan. "Sebentar lagi ia akan melahirkan. Tentu aku yang harus menggantikan. Kenapa Ibu tidak berpikir sampai kesana ?" ujarnya tanpa nada kasar.
Maria membuang napas lalu mendudukan dirinya di sofa tunggal.
"Kau mengusir Renata ?" tanya Maria to the point.
"Bukan aku. Key yang mengusirnya."
Mata Maria membola. Tak sanggup berkata beberapa detik. Matanya menatap Devan setelah pulih dari kekagetannya. "Kenapa Key mengusirnya ?"
Devan menyandarkan tubuhnya sembari berpikir untuk mencari kata kata yang tepat. "Kenapa, ya ? Hmm...mungkin karena Key merasa tidak nyaman."
Maria menarik diri sambil menatap Devan dengan pandangan tidak suka. Kentara dalam rautnya yang tiba tiba berubah.
Devan mendadak merasa miris. Ibunya berubah drastis. Devan tak menyukai Maria yang lebih menyayangi Renata daripada Key. Devan benci saat melihat Maria nampak tak suka pada Key.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Maze
RomanceHidup itu tak ubahnya labirin. Banyak kelok yang kadang menyesatkan. Kadang menjadi petaka. Kadang berbuah manis pada akhirnya. Tak ada yang dapat menebak jalan labirin tanpa berusaha. Pada akhirnya, kita hanya akan berputar putar di tempat yang sam...