Dengan gusar tak karuan, Key memutuskan untuk mengganti bajunya. Tergesa gesa mengunci pintu dengan Kevan dalam gendongannya.
Yang ia pikirkan hanya ibu mertuanya.
Menunggu Devan pulang justru membuatnya ia gusar makin tak karuan. Jadi ia memutuskan untuk menggantikan Devan.
Key memeluk Kevan di pangkuannya. Berusaha menenangkan diri. Dalam hati berdoa untuk Maria.
Key berjalan tergesa masuk ke kantor polisi. Mengikuti dua orang polisi yang menjemputnya. Lajunya makin cepat saat melihat punggung yang ia yakini sebagai Maria di salah satu meja.
"Ibu." panggilnya. Wanita itu menoleh. Key bisa melihat gurat-gurat lelah di wajahnya.
Maria menatapnya. "Kau tak perlu ke sini." katanya pelan.
Key mendekat untuk duduk di samping Maria. "Aku khawatir. Kenapa ibu bisa ada di sini ?" tanyanya lembut.
Maria menghela napas tanpa jawaban. Lantas Key menoleh pada polisi di depannya. "Ibu ini telah melakukan aksi penabrakan pada seorang pelajar."
Key membola. Lantas menoleh pada Maria. "Kenapa bisa ?" gumamnya. Lalu menatap polisi, "Bagaimana cara untuk menebusnya ?" tanyanya berharap.
"Tak apa Key." Key menoleh pada Maria. Wanita itu tersenyum, "Seseorang sudah melakukannya." katanya.
Key mengedip. "B-benarkah ? Siapa ?"
"Kenalan ibu." jawab Maria. "Dia sedang mengurus penjaminannya."
Key terdiam. Lantas menutup mulutnya rapat, tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan.
Key pikir itu bukan, tapi itu benar benar dia. "Dokter Renata ?"
"Kau di sini." dokter itu tersenyum. Lalu menoleh pada Maria. "Aku sudah urus semuanya. Kau sudah boleh pulang."
Maria tersenyum, lantas bangkit. "Terimakasih." katanya. "Oh ya Key. Devan di mana ?"
Key mengedip dari lamunannya. "Oh. Devan sedang dalam perjalanan kemari."
Maria mengangguk. Lantas berjalan keluar di ikuti Key. Key menunduk dengan rengutan. Tak tahu kenapa ia merasa kecewa. Ia memeluk Kevan erat.
"Key. Ayo pulang bersama kami." Key menoleh. Tersenyum kecil pada Renata.
"Tak apa. Antar saja ibu pulang, aku akan menunggu Devan." katanya pelan.
Renata tersenyum kecil. "Baiklah."
"Key. Tolong katakan pada Devan untuk menemui ibu di rumah." kata Maria. Key mengangguk hingga mereka pergi.
Key mengatupkan mulutnya rapat. Memeluk Kevan hingga pipi mereka bersentuhan. Ia menunduk menatap sepatunya. Ia tak mengerti kenapa ia merasa kecewa. Sedikit tak menyangka ia jadi sesentitif ini terhadap hal kecil.
Ia terlihat menyedihkan dengan posisinya. Berdiri di depan kantor polisi menggendong seorang anak. Sendirian. Dengan rasa sakit di sekitar pinggangnya.
Deru mesin di depannya mengalihkan perhatiannya. Ia mengangkat kepala begitu Devan muncul dari balik pintu mobil.
"Key."
Key merengut. Bibirnya saling mengatup. Matanya memicing dengan kerutan di alisnya.
Devan kaget. Lantas menghampiri Key saat air matanya mengalir begitu saja. Key nampak berusaha menahannya dilihat dari wajahnya yang memerah.
Devan memeluknya ke dada. Laki -laki hamil itu terisak dengan tangan merengut jas Devan hingga pakaian itu kusut.
Devan menghela napas. Tak tahu apa yang terjadi, tapi enggan menanyakan melihat emosinya yang tidak stabil. Devan menoleh pada Kevan yang tepat di sisi wajahnya. Bayi itu diam, menatapi keduanya dengan bibir terkatup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Maze
RomanceHidup itu tak ubahnya labirin. Banyak kelok yang kadang menyesatkan. Kadang menjadi petaka. Kadang berbuah manis pada akhirnya. Tak ada yang dapat menebak jalan labirin tanpa berusaha. Pada akhirnya, kita hanya akan berputar putar di tempat yang sam...