24. Trying

2.4K 296 24
                                    

Lupa ceritanya? Monggo baca lagi part 23.
.

.

.

***
.

.

.

Bandara terasa dingin saat Revi menginjakkan kakinya di lantai yang sepi itu. Matanya mengedar dan melihat beberapa orang yang serombongan dengannya bersua dengan kerabatnya. Revi tersenyum tipis dan melangkah keluar untuk mencari taksi.

Gerimis tipis mulai membasahi kemejanya saat Revi mulai keluar dari gedung bandara. Revi menghela napas. Semuanya terasa dingin saat Revi sampai di negerinya sendiri dan ia mendadak gugup untuk alasan yang tak ia ketahui pasti.

Entah untuk itu, atau untuk ini.

Suara klakson mobil terdengar membuat Revi secara spontan mengalihkan atensinya. Tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti di depannya.

"Aku dengar kau ingin pulang?" kata seorang pria di dalam mobil setelah menurunkan jendelanya.

Revi mengedip kemudian mendengus dengan senyum. Pria itu kemudian membuka pintu dan duduk di samping kemudi.

"Apa Maria sudah dimakamkan?" tanya Revi setelah melempar kopernya ke belakang dengan susah payah.

"Belum. Devan bilang sore ini." Jeremy menjalankan mobilnya keluar dari area bandara.

"Aku dengar kabar tidak enak soal rumah tangga Devan," ujar Revi sambil menatap jalanan di depannya.

"Hubungan keduanya baik. Hanya saja beberapa tikus pengganggu." jawab Jeremy santai. "Kau tahu, Sarah kembali."

"??"

***

Bella hampir memuntahkan minumannya saat melihat Revi muncul di kediaman Devan. Wanita berparas lembut itu menutup mulutnya dan menghampiri pria itu,

"Revi-" dan memeluknya. Revi mengusap rambut Bella sambil tersenyum dan Bella hampir melonjak meluapkan perasaannya. Betapa ia merindukan Revi yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya.

Dari dulu, memang Bellalah yang paling dekat dengan Revi. Revi yang kekanakan dan keras kepala, hanya Bella yang bisa mengatasinya.

Bella mengacak rambutnya dan menepuk nepuk pipinya mirip seorang ibu kepada anaknya dan tertawa kecil sementara Revi hanya tersenyum.

Jeremy menatap keduanya dan tiba-tiba menubruk Revi dan memeluknya erat dengan cara yang kekanakan. "Aku lupa belum memberikanmu pelukan."

***

Ini pertama kalinya Revi akan bertemu dengan Devan dan Key, entah kenapa ia merasa gugup untuk bertemu keduanya. Revi tak bisa kabur lagi karena ia sudah terlanjur berada di sini. Di rumah Devan.

Revi menarik pintu kulkas dan mengambil satu botol mineral dan meneguk isinya hingga tersisa setengah. Menjadi dirinya yang dulu. Yang seenaknya dan tak tahu malu. Sengaja mengabaikan tatapan bingung sosok pria di sampingnya.

Devan mengedip. Pria itu baru saja hendak mengisi air panas ke dalam botol susu Kevan yang ia gendong sebelah tangan, sampai Revi datang dan mengalihkan atensinya.

Devan menatapnya dari atas kepala sampai ujung kaki. "Siapa kau?"

Revi hampir tersedak saat nada sarkas itu terdengar di telinganya. Serius Devan tak mengenalinya? Seberapa banyak ia berubah?

Baru saja hendak berucap, dengusan keluar dari bibir Devan. "Kalau kau kembali hanya untuk menyakiti suamiku," kata Devan menjeda sesaat setelah menuang air panas dan menatap Revi. "Ku tendang kau keluar saat itu juga," lanjutnya tajam dan berlalu meninggalkan Revi.

Like A MazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang