8. Me And She

3.4K 382 32
                                    

Pintu berceklik begitu Key mendorongnya untuk terbuka. Ia melangkah pelan menghampiri Renata yang terduduk di pinggir ranjang membelakanginya.

"Dokter." panggilnya. "Aku sudah buatkan sarapan. Ayo makan bersama." ajaknya lembut.

Renata tidak bergeming. Key duduk di sampingnya. Menatap wajah perempuan itu dari samping. Ia masih belum mengerti apa yang terjadi pada Renata. Perihal semalam tidak berani ia tanyakan langsung. Melihat wajah kacau perempuan itu membuatnya tak tahu apa yang harus dilakukan.

Key menyentuh bahunya pelan. "Dokter—"

Key tersentak saat wanita itu berbalik menghadapnya tiba tiba. Lalu menggenggam tangannya. "Key..." panggilnya.

Key terdiam. Menatap wajah dengan lingkaran hitam samar di bawah mata perempuan itu. Dia nampak begitu menyedihkan.

Key tak tahu kenapa. Ia keget saat perempuan itu mengeluarkan air mata. Lantas terisak sambil menggenggam tangannya.

"Aku..." bahunya naik turun tak terkendali. "Jangan benci aku—aku tak tahu kenapa—aku tidak ingat apa apa—" kepalanya menunduk dalam dalam. "Aku hamil..." lirihnya.

Key menarik napas dalam. Paru parunya mendadak terasa kosong. Menatap Renata dengan syok mendengar kabar itu.

Isakan menggema lebih keras. Lalu cerita itu mengalir begitu saja. Cerita kelam Renata di dalam kliniknya sendiri.

Key menatap miris. Iba pada perempuan yang kini menundukan kepalanya dalam dalam. Dari semua yang dikatakan Renata, tak ada membuatnya berpikir itu baik baik saja.

"Jangan usir aku. Sejujurnya aku tak punya apa apa lagi. Biarkan aku tinggal lebih lama sampai aku mendapat uang."

Menarik napas dalam, Key balas menggenggam tangan wanita itu lebih erat. "A-aku tidak akan membencimu karena itu. Jadi tenang saja. Kau tetap boleh tinggal di sini sampai suamimu kembali." katanya. "Apa kau tidak ingin memberitahu suamimu ?" tanya Key lembut.

Renata terdiam dengan pandangan kosong. Sisa sisa isakan masih tersisa di bibirnya. Lalu dengan lemah ia menggeleng.

Key mengulum senyum miris. "Aku mengerti." katanya. Lalu ia diam saat Renata tak bergeming.

"Jangan khawatir. Aku pikir itu bukan hal buruk. Kita akan jaga bayimu sama sama."

Renata mengangkat kepalanya perlahan. Menatap iris coklat Key yang meneduhkan. Pria hamil dengan sikap lembut ini telah menggugah hatinya untuk tidak menolak. Diam diam ia terharu.

"T-terimakasih."

***

Key tersentak dalam tidurnya. Lantas terjaga saat Devan mengusiknya dengan kecupan kecupan kecil di bibirnya.

"Akukan sudah bilang jangan menungguku." kata Devan.

Key menggosok kedua matanya. "Devan. Ada yang ingin aku katakan."

Devan menggeleng pelan. "Simpan itu untuk besok." katanya menarik tangan Key untuk bangun. Tapi pria hamil itu merengut. Mengikuti langkah Devan sambil cemberut.

Key duduk diam menatapi Devan yang mengemasi dirinya. Mulai dari membuka dasi sampai kemejanya.

"Devan—"

"Sstt..." pria itu malah masuk ke kamar mandi untuk membasuh diri.

Devan terkekeh saat kembali dari acara mandinya. Menatap Key yang sudah terlelap dalam waktu tiga menit menunggunya. Sejak kehamilan Key lebih mudah tertidur. Dimanapun. Bahkan ia pernah tertidur di lantai dapur.

Like A MazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang