Seharusnya semua baik baik saja sekarang. Dari awal Key dan Kevan datang dengan makan siang untuk Devan, hingga Key kelimpungan oleh Kevan yang berlari lari menghindari suapannya. Sementara Devan masih tenang duduk di depan laptopnya walaupun ada sosok gempal berputar putar mengelilingi mejanya beberapa kali.
Key tersengal. Satu tangan berada di pinggang satunya lagi memegang kotak bekal yang berisi makanan Kevan. "Aku akan melahirkan kalau begini." desahnya lelah menatap bagaimana balita itu bergerak aktif dengan tawanya yang justru terdengar menyebalkan untuknya. Karena makanan ini masih bersisa setengah.
Saat Kevan lengah, Key mengendap dan melangkah cepat pada balita itu. Hingga dua langkah terakhir, Kevan menyadarinya dan menjerit sambil melarikan diri. "Aahh Ya Tuhan anak nakal jangan lari ! Kevan ! Yak !!" pekik Key sebal. "Devan !!" serunya hingga Devan dengan sukarela memanjangkan lengannya dan menangkap bocah yang melewatinya itu.
"Iblis ini." gumam Devan saat Kevan memukuli wajahnya. Key mendekat dengan sodoran sesendok makanan ke mulut Kevan. Bocah itu menggeleng menolak dengan bibir terkatup. "Sekali lagi. Satu suap lagi," kata Key dan Kevan bersedia membuka mulutnya.
Seharusnya masih seperti itu hingga telepon berdering di atas meja Devan. Devan mendudukan dirinya di kursi kerjanya dengan Kevan di pangkuannya. Sementara Key kembali ke sofa sambil mengelap dahinya yang berkeringat.
"Ada apa ?"
[Maaf Direktur, di sini sedang terjadi keributan. Nona Harley datang beberapa menit yang lalu. Jeremy berusaha menahannya sementara ia memaksa untuk masuk dan bertemu langsung dengan Anda. Apa yang harus kami lakukan ?]
Devan terpaku selama beberapa detik, "Harley ?" gumamnya tak percaya.
[Benar Direktur. Haruskah kami mengusirnya ?]
Devan mendadak migrain sementara Kevan yang berada di pangkuannya mulai resah. Tangan tangan nakalnya bahkan sudah mengacak dan memukul mukul keyboard laptop di depannya.
Devan melirik Key dengan resah sementara pria hamil itu menatapnya bingung melihat raut Devan yang tak mengenakan. "Usir saja." katanya lalu menutup telepon.
Namun, sedetik setelah itu, pintu tiba tiba terbuka dari luar dan Devan mendelik tajam melihat siapa yang datang.
Lain halnya dengan Key, awalnya pria hamil itu menegang. Disertai keraguan, Key perlahan bangkit dan menatap perempuan itu lebih dalam. Tiba tiba Key merasakan persendiannya melemas.
Pelupuk matanya terasa berat dan dadanya berdebar. Saat wanita itu balas menatapnya, Key mendadak takut melihat senyum kecil yang penuh kepalsuan.
Sudah berapa lama ?
"S-sarah..."
***
Sarah Andini Harley. Wanita itu masih begitu cantik dan anggun. Sudah berapa lama Key tidak melihatnya, Sarah banyak berubah. Tubuhnya tinggi dan ramping, kulit putih dan rambut hitam yang panjang. Namun tatapannya begitu dingin. Poni dengan horizontal melintang disepanjang dahinya dan Key teringat akan luka gores panjang yang diciptakan Devan dulu.
Sarah terlihat begitu arogan dan tidak lagi malu malu.
Key meraba perutnya yang tiba tiba bergetar halus.
"Aku datang untuk meminta aset perusahaan atas nama Maria yang telah berpindah tangan padaku."
Apa ?
"Aku ingin meminta langsung pada Maria namun wanita itu ternyata sedang berada di rumah sakit. Dan aku tahu ia menyerahkan kekuasaannya padamu."
Devan diam diam mengepalkan tangannya di balik meja. Matanya melirik Jeremy di belakang Sarah dan mengisyaratkan pria itu untuk menutup pintu karena ini privasi. Jeremy segera menutup pintu dengan ia di dalamnya, berjaga jaga jika terjadi sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Maze
RomantizmHidup itu tak ubahnya labirin. Banyak kelok yang kadang menyesatkan. Kadang menjadi petaka. Kadang berbuah manis pada akhirnya. Tak ada yang dapat menebak jalan labirin tanpa berusaha. Pada akhirnya, kita hanya akan berputar putar di tempat yang sam...