Devan tak tahu apa yang terjadi. Saat sampai di rumah, tak ada satupun lampu yang menyala membuat rumah itu gelap gulita. Memasuki rumah, ia tak menemukan siapa pun. Padahal ia ingin memberikan kabar menyenangkan untuk Key bahwa urusan kantor ibunya sudah selesai dan mereka akan pergi liburan.
Merogoh kantongnya, Devan mengambil ponselnya untuk menghubungi Key. Tak ada jawaban membuat Devan mulai gusar. Pada panggilan ke empat, Key menjawab.
[...]
"Kau dimana Key ?"
[...Devan]
Devan mengangkat alisnya bingung. Mendengar suara Key yang menghilang di seberang membuatnya heran. Apa yang telah terjadi.
"Ya ?"
[Datanglah ke rumah sakit biasa.]
Lalu sambungan terputus. Devan mematung. Kaget saat mendengar Key mengatakan itu. Ibu ?
Devan tergesa keluar. Bergegas pergi setelah memastikan pinti terkunci dengan kunci cadangan yang ia pegang. Dalam pikirannya hanya ada Maria. Apakah struknya kambuh lagi ?
"Ibu..." desahnya.
***
Devan mempercepat langkahnya saat melihat Key terduduk di kursi tunggu rumah sakit ini. Laki laki itu menoleh saat suara ketukan pantofelnya menggema di lorong yang sepi.
"Ada apa ? Apa yang terjadi—" Devan diam begitu Key memeluknya. Keduanya sama sama diam sampai Key mendudukan kembali dirinya dengan tangan dan wajah di perut Devan.
Baru saja akan bertanya, Devan dibuat bungkam saat melihat Maria di berdiri beberapa langkah di belakangnya. Lalu ada Renata di kursi seberang.
"Sepertinya tidak ada yang sakit. Lalu kenapa semuanya ada di sini ?" tanyanya. Key tak bergeming. Sisi wajahnya menyandar pada perut Devan, menatap ke depan dengan kosong.
Devan menjilat bibirnya. "Siapa yang sakit ?" tetap tak ada jawaban. Devan mendesah. Lalu meneriakkan nama Adam saat melihat dokter itu melintas di koridor.
"Ada apa ?"
"Siapa yang sakit saat ini ?" tanya Devan.
Adam mengerjap lantas melirik Key lalu Renata. "Aku tidak tahu. Aku baru saja menyelesaikan operasi." katanya.
Devan menghela napas. Ia bisa melihat masker hijau yang masih terkalung di leher Adam juga sarung tangan yang dipegangnya. Cukup membuktikan kalau itu benar.
"Siapa yang sebenarnya sakit ?" tanyanya lelah. Melirik ke bawah menatap surai coklat Key yang tak bergerak. Ia melirik Maria, tapi wanita yang menjabat sebagai ibunya itu tidak mengatakan apa apa. Begitu juga dengan Renata.
Detik berikutnya, sesuatu melintas dalam kepalanya. Seolah mencari, ia menoleh ke segala arah. Tersadar sesuatu, dadanya menyentak sesuatu yang menyakitkan.
Ia berkata dengan meragu, "Kevan...kau tinggal dengan siapa ?"
***
Pemandangan luar sekejap menjadi lebih menarik daripada sekedar menatap ke depan atau pun ke arah Devan. Key menjadi lebih diam dengan mata sembab.
Devan membuang napas berat dengan kedua alis terangkat. Memutar stir ke arah kiri memasuki komplek perumahan tempat tinggalnya. Sesaat setelah berhenti, Key masih tidak bergeming.
"Pokoknya aku mau kembali." kata Key pelan tanpa menoleh.
Devan lagi lagi bernapas berat. "Iya. Sekarang kita perlu bebersih, makan, lalu istirahat sebentar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Maze
RomanceHidup itu tak ubahnya labirin. Banyak kelok yang kadang menyesatkan. Kadang menjadi petaka. Kadang berbuah manis pada akhirnya. Tak ada yang dapat menebak jalan labirin tanpa berusaha. Pada akhirnya, kita hanya akan berputar putar di tempat yang sam...