Demi apa? Gue lupa posting. Padahal janjinya tiga hari. Maaf ya.
00.30 WIB
..
.
.
.
***
Balkon terbuka lebar dan sinar matahari merambes masuk. Selimut sudah terlipat rapi dan tidak ada lagi baju-baju kotor yang berserakan. Key menghela napas. Vin sudah berangkat kuliah mengingat sudah beberapa hari membolos.
Key seorang diri. Devan sudah pergi pagi-pagi sekali. Jadilah hanya ia yang tinggal di rumah ditemani Kevan yang sedang memakan sarapannya di depan televisi.
Key menuruni tangga dengan pelan. Tangannya berpegangan erat dan tubuhnya semakin terasa memberat. Key khawatir jika tiba-tiba ia melahirkan, namun Devan tak ada di sisinya. Key tidak ingin itu terjadi.
Suaminya itu tidak bisa menuruti permintaannya walaupun sudah berkali-kali Key memohon untuk meluangkan waktu. Tapi ada hal lain yang menyita perhatian Devan.
Bel berbunyi dan Key segera melangkah keluar untuk membukakan pintu. Dan matanya membola saat melihat siapa yang datang.
"Biarkan aku bicara. Sebentar saja."
Potong orang itu bahkan sebelum Key sempat berkata. Alis Key bergerak-gerak tak suka namun saat melihat wajah menyedihkan Renata, Key ingin tahu apa yang ingin ia bicarakan. Key juga butuh penjelasan dan mungkin wanita itu bermaksud sama.
Dengan ragu Key membiarkan Renata masuk. Diam-diam Key melirik map yang dipegang oleh wanita itu saat keduanya duduk di sofa. Key menarik Kevan ke sisinya. Balita itu menurut, dengan tenang bersandar padanya.
"Kau tahu kalau Sarah adalah adikku?" tanya Renata
"Aku tahu."
"Apa kau tahu kalau aku yang memberikan Sarah surat pemindahan kekuasaan perusahaan Maria?"
"Aku tahu," jawab Key. "Aku juga tahu kalau suamimu sudah meninggal."
Mata Renata membola dan pupilnya bergerak gerak. "Meninggal—"
Key menutup mulutnya. Tiba-tiba saja teringat percakapan Devan dan Denis beberapa waktu lalu. Jujur saja, Renata terlihat aneh saat ini.
Renata menatapnya dengan mata yang mulai berkaca. "Lupakan itu. Aku datang ke sini dengan tujuan lain."
Key tidak menjawab hingga Renata kembali melanjutkan.
"Mungkin kau berpikir aku adalah orang jahat," kata Renata. "Tapi Key, harus aku katakan bahwa ini adalah takdir. Aku banyak membawa masalah padamu dan Devan. Aku minta maaf." Renata mengiba.
"Ada banyak hal yang ingin aku katakan padamu. Soal Sarah bahkan Maria."
Key mengangkat tangannya. Kepalanya mendadak sakit mendengar Renata. "Katakan saja mau apa kau kemari."
Renata menghela napas. "Ini adalah pertemuan terakhir kita. Aku membawa hal buruk pada semuanya. Aku mengacaukan hubungan kalian. Aku mengewakan Maria dan tidak bisa menjadi kakak yang baik untuk Sarah. Tolong maafkan aku." Renata menatap map di tangannya. "Sesuai janjiku, ini adalah milik kalian dan akan kembali pada kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Maze
RomanceHidup itu tak ubahnya labirin. Banyak kelok yang kadang menyesatkan. Kadang menjadi petaka. Kadang berbuah manis pada akhirnya. Tak ada yang dapat menebak jalan labirin tanpa berusaha. Pada akhirnya, kita hanya akan berputar putar di tempat yang sam...