23. Reality

3.5K 402 101
                                    

Tolong baca author note di bawah.

***

Vin tidak bisa untuk tidak khawatir. Semuanya terasa begitu tiba tiba. Dihadapkan dengan situasi begini membuat pemuda itu tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Air mata menggenang di sudut matanya sedari tadi.

Sambil menggendong Kevan di lengannya, ia hanya bisa mengikuti langkah Key yang terburu buru ke ruangan yang diberitahu oleh bagian administrasi di depan. Rasanya Vin hendak menangis, tapi lebih dari itu, ia lebih takut jika Key tiba tiba jatuh atau terpeleset karena begitu terburu buru.

Pria hamil itu tidak memperhatikan langkahnya dengan perut besar dan berpegangan pada dinding di sampingnya.

Tangan Key bergetar begitu memegang kenop pintu. Begitu mendorongnya, Key disuguhkan pemandangan duka yang terasa menyesakkan dadanya. Tiba tiba Key kesulitan untuk bernapas.

Adam yang pertama sadar akan kehadirannya segera melangkah mendekat. Telinga Key berdengung. Kakinya berjalan tertatih sambil memegangi perutnya menuju Devan yang menunduk membelakanginya.

Adam menatap Vin yang menatapnya dengan mata berkaca menyedihkan dengan Kevan dalam gendongannya. Tiba tiba dadanya menyentak keras dan secara naluriah memeluk yang lebih muda ke dadanya. Tangis Vin pecah dan Adam merasakan tubuhnya gemetaran. Vin pasti sangat ketakutan. Itu wajar di usianya yang masih muda dan belum pernah Mengalami hal semacam ini.

Key menyentuh bahu Devan dengan gemetar. Devan meliriknya dan menoleh skeptis. Pria itu tidak mengatakan apa pun tapi Key tahu bahwa suaminya itu begitu terluka karena Devan langsung menekan kepalanya di dada Key. Posisi Key yang berdiri dan Devan yang duduk membuat Key mudah untuk memeluk dan mengusap kepalanya.

Key menatap kosong. Matanya belum berani menatap ke arah ranjang. Key belum siap terluka. Key takut jika ia tak dapat menahan dirinya. Salahkah jika Key merasa Deja Vu tentang ingatannya akan sang Ibu?

Key merasa hatinya kembali terluka. Kenangan yang tiba tiba mengenang ke masa lalu membuat kepalanya pusing. Dadanya mengais oksigen yang tiba tiba menipis. Dari dulu Key begitu menginginkan kehadiran seorang ibu. Ingatannya akan Maria di masa lalu berputar dalam benaknya. Saat semuanya masih baik baik saja.

Devan mengangkat wajahnya saat merasakan dada Key bergerak tak beraturan. Pria itu sigap merangkulnya dan mengganti posisinya dengan Key.

Key duduk tegang di kursinya dan meringis kesakitan memegangi perutnya. Pasokan udara menipis di paru parunya dan ia kesulitan untuk mengaisnya di udara.

Key mendengar suara ribut di sekitar namun matanya memaksa memaku ke arah ranjang, untuk menemukan seraut wajah pucat yang sedang menutup matanya.

Key menangis.

***

Key tidak tahu berapa lama ia tertidur. Saat tersadar, penciumannya merasakan bau menyengat minyak angin yang mengambang di udara. Kepalanya terasa berat dan tubuhnya terasa remuk luar biasa.

Yang Key ingat, ia terakhir kali melihat Maria—

Key menoleh ke samping dan menemukan Vin yang tertidur di sisinya. Pemuda itu terlihat begitu kelelahan dengan wajah pucat. Diam diam Key menyesal telah melibat anak seusia Vin dalam masalahnya.

Suara orang berlalu lalang terdengar dari luar. Key yakin sekarang banyak orang datang melayat untuk Maria. Wanita itu sekarang sudah tiada dan Key merasakan sakit itu untuk kedua kalinya.

Itu setahun yang lalu. Saat hari pernikahannya dengan Devan. Saat terakhir kalinya Key melihat senyum tulus Maria untuknya. Wanita yang awalnya begitu baik di awalnya dan berubah begitu drastis saat ia dan Devan saling mencintai.

Like A MazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang