Awalnya Devan mengalami hidup yang normal. Orientasi normal seperti laki laki pada umumnya. Devan pernah menyukai seorang perempuan tomboy di sekolah menengah pertama. Mungkin memang sudah jalan, ia menjadi seorang pecinta sesama jenis. Menyukai perempuan pun dengan karakteristik laki laki. Namun perlahan Devan lupa dengan hal itu.
Dari dulu. Dari masa SMA hingga perkuliahan, hidup Devan biasa. Ia bergaul dengan laki laki juga dengan wanita. Devan tak mempunyai masalah apa pun dengan hal itu.
Tapi, seumur hidup, Devan tidak pernah dibeginikan oleh seorang wanita. Dianggap begitu mudah berpaling dan ia merasa terhina. Untuk yang pertama kali, Devan merinding murka oleh kaum hawa itu.
Devan menggigil. Matanya nyalang menatap wajah Renata yang bersemu sayu. Telinga Devan berdenging, ia tak lagi dapat mendengar suara derasnya hujan di luar. Maka, saat Renata menyentuh tangannya, Devan menjatuhkan botol susu yang ia pegang.
***
JDAARR
Key melonjak kaget saat suara petir menyambar gendang telinga. Laki laki hamil itu lantas memegang perut sambil menahan erangan.
"Ya Tuhan..." lirihnya.
Kevan merengek. Balita itu meninggalkan makanannya dan segera memeluk Key. Napas Key tersendat, dengan bertopang siku laki laki hamil itu mengelus punggung Kevan sembari menahan sakit.
Kemudian tangannya berpindah mengelus perutnya. Merasakan gejolak menyakitkan dari sana.
Key berusaha tersenyum. "Kaget, ya..." lirihnya. "Sudah hilang kok. Tenang ya sayang..." lanjutnya untuk menenangkan keributan kecil di dalam sana.
Deru napas Key mereda, merasakan kembali suasana tenang seolah tidak terjadi apa apa. Namun suara kegaduhan dari dapur menarik perhatiannya. Key menggigit bibirnya, lantas bangkit untuk mengecek apa yang ada di sana. Menyusul Devan yang membuat susu terlalu lama.
Dengan bertopang di dinding, Key berbelok menuju dapur sementara Kevan menempel di kakinya.
Namun, apa yang ia lihat tidak pernah terbesit dalam pikirannya.
"A-apa yang—"
Key mendadak sakit kepalanya. Kepalanya terasa berputar dan kedua kakinya menggigil.
"D-Devan—" Key menarik napasnya. Mendadak kehilangan tenaganya dan merasa tak mampu lagi untuk melakukan apa pun. "Jangan...lakukan..."
Tangis Renata pecah. Wanita itu meringkuk dan bersandar di dinding konter dapur. Kini sorot yang semu dan sayu telah digantikan ekspresi pucat dan penuh ketakutan.
Sinar gelap pada mata Devan memudar. Pria itu mengedipkan matanya dan menatap Key yang nyaris tidak mampu lagi berdiri.
Dan pisau dalam genggamannya jatuh begitu saja...
Devan menarik Key dalam dekapannya. Laki laki hamil itu limbung hingga Devan membawanya bersimpuh di lantai. Key mencengkram kaus Devan dengan seluruh tubuh menggigil.
"K-kenapa kau melakukannya lagi..." Key bertanya lirih dengan bibir bergetar. Memejamkan matanya, Key berusaha menetralkan napasnya yang berantakan.
Devan tak menjawab, namun kerutan di dahinya tak kunjung hilang. Key menempelkan dahinya di pipi Devan, merasakan permukaan tegang dan keras itu di kulitnya.
"Apa yang membuatmu marah ?" tanya Key lagi.
Devan menatapnya tanpa mengurangi jumlah urat yang muncul di sekitar rahangnya. "Ayo kita tidur."
Key mengalungkan tangannya di leher Devan. Pria hamil itu menurut tanpa bantahan saat mendengar suara berat dan serak yang terdengar mengancam. Devan menggendongnya bak pengantin dan membawanya pergi dari dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Maze
RomanceHidup itu tak ubahnya labirin. Banyak kelok yang kadang menyesatkan. Kadang menjadi petaka. Kadang berbuah manis pada akhirnya. Tak ada yang dapat menebak jalan labirin tanpa berusaha. Pada akhirnya, kita hanya akan berputar putar di tempat yang sam...