21. Back To Normal ?

3.4K 406 47
                                    

Selagi Key masih mengurung diri di kamar, Devan memutuskan untuk membawa Denis ke teras belakang. Karena berbicara soal Renata, Devan tak yakin Key akan baik baik saja.

"Jadi apa ?" tanya Devan setelah keduanya duduk di kursi di sana.

Denis terdiam sebentar dan kemudian membersihkan tenggorokannya. "...Aku adalah teman SMA dan kuliah Renata." katanya.

Devan mengangkat alisnya menunggu lanjutan Denis karena pria itu tiba tiba diam. "Aku akan memberitahumu sesuatu." Denis menjilat bibirnya yang tiba tiba kering.

"Aku tahu tak seharusnya aku membocorkan rahasia Renata padamu. Tapi ini menyangkut orang banyak terutama dirinya sendiri." Denis menghela napas. "Renata sudah menikah..."

"Aku tahu."

"...dan suaminya sudah meninggal..."
.
.
.
.

Devan terbatuk, tersedak oleh ludahnya sendiri. Pria itu menegakkan tubuhnya dan menatap Denis tajam. "Apa kau sedang becanda ?" tanyanya.

"Tidak. Aku tidak sedang bercanda." sangkal Denis. "Suaminya meninggal di luar negeri karena kecelakaan proyektor."

"Renata tidak pernah mengatakan hal itu." kata Devan.

"Aku tahu." sahut Denis. "Saat suaminya meninggal, Renata begitu terpukul. Ia percaya suaminya masih hidup. Makanya setiap orang menanyakan keberadaan suaminya, ia akan selalu mengatakan bahwa suaminya sedang berada di luar negeri karena ia terakhir berada di sana."

Devan terdiam dengan mulut terbuka. Tampak terkejut oleh apa yang terjadi. Terjawab sudah mengapa Renata bersikap demikian.

"Ia sempat mengalami depresi dan keguguran saat mengandung anak pertama."

Devan mengacak rambutnya karena ia tiba tiba sakit kepala. Suasana hatinya tiba tiba memburuk dan ia merasa marah karena dengan mudahnya tertipu oleh perempuan macam Renata.

"Jadi apa maumu sekarang ?" tanya Devan pada Denis.

Denis menjilat bibirnya. "Aku ingin bertanggung jawab atas anak yang dikandung Renata."
.
.
.
.

"Itu bagus !" seru Devan. "Kau bisa membawanya pergi jauh dari keluargaku."

"Tapi aku ingin kau memaafkan segala kesalahannya. Renata seperti itu hanya karena tidak bisa memilih."

Devan hendak mengatakan sesuatu namun ia tiba tiba bungkam. Memaafkan tentu tidak mudah, apalagi wanita macam Renata. Wanita yang awalnya ia kenal sebagai dokter yang baik, sekarang berubah menjadi wanita yang-

"Baiklah." Devan menghela napas. "Tapi jangan biarkan ia menampakkan dirinya lagi di depan keluargaku, terutama suamiku." lanjutnya.

Denis tersenyum. "Aku akan melakukannya." katanya. Devan mengangguk dan berdiri saat Denis berdiri.

"Terimakasih karena sudah mengerti. Aku akan membawa Renata pergi dari kehidupan keluargamu."

Devan mengangguk dan menepuk bahu Denis lalu kedua segera masuk ke dalam untuk pergi keluar. Saat membuka pintu belakang, Devan dan Denis dibuat terkejut saat melihat Key sudah berdiri di sana dengan wajah sembab sehabis menangis.

Key membuat ekspresi sedih dan Denis buru buru permisi. Devan memeluknya ke dada dan Key mulai merengek. Lagi.

"Ayo laporkan Renata pada polisi..." katanya.

Devan melepas pelukannya. "Tidak bisa. Bagaimana kita melaporkannya ?"

"Karena telah menipu kita !" seru Key.

"Menipu apa ?"

"Dia tidak mengatakan kalau suaminya sudah meninggal."

"Apa itu bisa menjadi sebuah tuntutan ?" tanya Devan sabar.

Like A MazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang