Key menolehkan kepalanya ke samping saat Devan mencengkram bahunya. "Apa kau pikir masalah kita selesai begitu saja ? Kau dengan segala kebodohanmu membuatku muak."
Key terengah, tak mampu hanya untuk sekadar melepaskan diri. Kata kata kejam yang terdengar menyakitkan untuknya.
Key mengharapkan sebuah pertemuan dramatis, bukan seperti ini.
"Tidak ada pertemuan indah. Tidak ada yang namanya dimana aku akan memohon untuk kembali. Aku marah kau tahu ? Aku tidak akan meminta tapi aku memerintah." Devan berkata dengan emosi meluap lalu menarik lengan Key untuk pergi.
Key melirih. "Kau tidak bisa memaksaku !" serunya pelan berusaha menarik tangannya.
"Bisa !"
"Aku tidak ingin pulang ! Aku ingin di sini ! Aku tidak mau kembali !!" pekik Key menarik lengannya lebih kuat.
Devan meledak. Membalikkan tubuhnya sedetik kemudian mencengkram lebih kuat. "Kau tahu kenapa setiap perselisihan kita tidak pernah selesai dengan baik ?" Devan berbicara di depan wajah Key. Wajahnya menegang dengan rahang berkedut kedut. Dirinya masih berusaha mengendalikan diri.
Key melirih lagi. Hampir mengeluarkan tangis karena takut. Ia menatap ke bawah menghindar.
Devan menyentak bahu Key. "Karena kau selalu melarikan diri setiap ada masalah."
Key melesu dalam cengkraman. Hatinya tercabik saat kata kata menyakitkan itu terlontar dari bibir Devan.
Devan berdecih lalu kembali menarik Key. Key melirih dalam ringisan. Kakinya berjalan tersendat.
"Aku tidak mau pu—"
"Jangan buat aku marah !!!" Devan berbalik lalu berseru di depan wajahnya. "Kau pikir apa—"
"Sudah cukup !" Adam menyela sambil menarik bahu Devan. Napas pria itu terengah karena berlari. "Aghh... Devan—" serunya saat Devan memberontak hendak ke arah Key.
Wajah Devan pias oleh kemurkaan. Pelipisnya berdenyut oleh pembuluh yang timbul. Lehernya terasa tegang oleh urat urat leher yang muncul.
"Kalau bukan karena anakku, mungkin aku akan berpikir ulang untuk mencarimu." tunjuk Devan kejam.
Air mata menitik dari manik Key. Dirinya tak bergeming dengan kedua tangan di perut. Kepalanya menunduk merasakan hidungnya terasa perih di tusuk jarum. Air matanya mengalir.
Adam mengusap bahu Devan berusaha menenangkannya. Pria itu agak tersinggung mendengar kata kata Devan yang kelewatan.
Adam melirik segan ke sekeliling. Banyak anak anak yang melihati mereka dalam diam. Juga ada beberapa lelaki remaja yang memegangi gitar dan alat musik lainnya."Daddy..." alis Devan berkerut. Lalu memejamkan matanya dengan napas terengah untuk menenangkan dirinya. Lalu menatap ke bawah, menemukan Kevan yang menatapnya.
Key tersedak liurnya, lalu mengulurkan tangannya pada seorang remaja laki laki yang memegang gitar, mengisyaratkan untuk membawa Kevan pergi.
Laki laki itu menurut. Memberikan gitarnya pada temannya lalu menghampiri Kevan untuk menggendongnya. Balita itu merengek memberontak, tapi si remaja memaksa untuk ia gendong. Saat ia berdiri, matanya melirik Devan yang menatapnya tajam. Ia tak terlihat takut. Malah terkesan kesal. Lalu ia bergantian melirik Adam, cengkraman jarinya mengerat di punggung Kevan. Buru buru ia berbalik untuk membawa Kevan menjauh.
Key menyedot ingusnya. "Pulang saja sana. Aku akan kembali—"
"Aku meminta sekarang." potong Devan tajam.
Key menghentak tanah dengan kakinya. Lalu terisak dengan tangan terkepal.
Mendengar kata kata Devan yang seolah mengumpatinya membuatnya tersinggung luar biasa. Rasanya tak dapat Key gambarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Maze
RomanceHidup itu tak ubahnya labirin. Banyak kelok yang kadang menyesatkan. Kadang menjadi petaka. Kadang berbuah manis pada akhirnya. Tak ada yang dapat menebak jalan labirin tanpa berusaha. Pada akhirnya, kita hanya akan berputar putar di tempat yang sam...