8. Temu.

606 55 47
                                    

"ABANGGG...."

Farrel menyibakkan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Dengan muka yang masih beler, ia berlari cepat menuju pintu kamarnya.

Kalau sudah dengar panggilan dari Papanya, ia harus segera berdiri, jangan sampai Papa mengucap dua kali.

Farrel membuka pintu, lalu menyembulkan kepalanya, "apaan, Pa?" teriak Farrel.

"Disuruh Mama beliin bahan kue di mini market, noh."

"Ye entar aja, abang belom mandi."

"Gak usah mandi. Biasanya juga gak mandi."

Farrel tidak menjawab lagi, ia menutup pintu kamarnya. Menimbang-nimbang sebentar mandi atau tidak.

Ini memang hari sabtu, sekolah libur. Biasanya kalau libur Farrel hanya mandi sekali, yaitu saat sore.

Tapi, Farrel mah mandi atau enggak tetap wangi, kece.

"CEPETAN, ABANG!"

"IYA DADDY."

Akhirnya, Farrel memilih untuk tidak mandi. Ia mengambil kemeja flanel kotak-kotak orange yang dicantol di balik pintu kamar. Memakainya dan menyemprotkan parfum berwangi maskulin segalon, banyak banget.

Setelah itu, Farrel membuka pintu kamar dan menuruni anak tangga satu persatu dengan gontai. Sebenarnya, Farrel malas, masih ngantuk.

Sampai di bawah, Farrel mendekati Papa yang duduk santai di sofa panjang. Ia menghampiri dan merebahkan dirinya di sofa dengan kepalanya yang menjadikan paha Papanya sebagai bantal.

Lengan kanannya ia gunakan untuk menutup matanya, lalu Farrel tertidur lagi.

Papa yang saat itu sedang meminum teh hijaunya sedikit kaget saat ada benda keras yang menimpa pahanya.

"Jangan tidur, Iler. Minta duit sama catetannya gih ke Mama," beliau menaikkan sekali pahanya seperti menyuruh putra keduanya ini untuk bangun.

Iler sendiri adalah nama panggilan kecil Farrel dari Papanya. Dulu, waktu kecil, mau saat makan, tidur atau biacra Farrel pasti melalu ngeces. Dan itu membuat Papanya memanggilnya Iler, padahal Mama selalu ngomel jika Papa memanggil Farrel seperti itu.

Farrel masih setia tidur di pahanya Papanya. Menurut Farrel, ini adalah tempat ternyaman selain bantal. Lagipula, tidur di paha Papa adalah momen langka untuk Farrel. Kapan lagi?

"Abang ngantuk banget tau, Pa," ujar Farrel memelas.

Seperti mengerti, Papa membiarkan Farrel untuk berbaring. Ia mengelus sayang rambut tebal anaknya. Papa memang jarang seperti ini kepada ketiga anaknya, mengetahui seberapa sibuk beliau yang kadang harus pergi keluar kota untuk mengurusi proyek yang sedang kekuarga Farrel dan keluarga Freya bangun.

Tapi, sebisa mungkin, Papa ingin meluangkan waktu untuk ketiga anaknya.

"Abang," Mama keluar dari dapur dengan celemek krem yang masih melekat di tubuhnya.

Mama menoel lengan Farrel yang membuat sang empunya membuka matanya. Farrel bangun dari tidur dan merapikan rambutnya yang berantakan.

Farrel dan Freya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang