38. Polaroid

383 29 4
                                    

Jangan ada yang bertanya bagaimana perasaan Freya sekarang.

Penuh haru pemakamam Rafael tadi, Freya pun tak kuasa menahan air mata yang tidak henti-hentinya keluar. Sungguh, Freya sangat kehilangan Rafael.

Perih sekali rasanya melihat nama lengkap orang yang kita sayang telah tertulis di batu nisan. Freya tidak pernah berfikir sesakit dan secepat ini untuk kehilangan Rafael. Freya merasa bersalah karena ia tak tahu apa-apa tentang Rafael, apalagi ketika melihat Rafael yang memang selalu seperti orang yang baik-baik saja.

Sekarang Freya ada di dalam mobil bersama Oma, supirnya yang mengendarai. Ketika melihat Freya, Oma langsung memeluk dirinya, tak ada kata apa-apa yang Oma sampaikan, hanya pelukan erat yang Freya tahu itu adalah pelukan rapuh yang mencoba menguatkan. Oma terlihat tabah, setahu Freya Oma hanyalah tinggal bersama Rafael, yang berarti setelah ini Oma akan tinggal sendiri.

Omong-omong, Freya belum bicara sedikitpun dengan Farrel, lelaki itu hanya mengikuti mobil Oma dari belakang. Sebenarnya memang merasa diabaikan, namun Farrel mencoba mengerti perasaan Freya.

Oma menggenggam erat tangan Freya, mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah. Tak lupa juga Oma mengajak Farrel untuk masuk ke dalam, bedanya hanya Oma tak menggandeng tangan Farrel.

Freya menutup mulutnya, menahan suara tangis yang mestinya keluar kala mengingat pertama kali Rafael mengajaknya kesini untuk mengajarinya tugas Kimia. Semua terasa berlalu begitu cepat.

"Freya," suara lembut Oma menyapu telinga Freya.

"Iya, Oma?"

"Kamar Rafa di atas, di depan pintunya ada namanya. Sebelum Rafa pergi, dia bilang kalau dia pengen kamu masuk ke kamarnya, kayanya ada sesuatu yang udah Rafa siapin sebelumnya untuk kamu."

Freya menghembuskan napas, ia mengganggukan kepalanya dan berujar, "makasih, Oma."

Freya melangkah menaiki anak tangga satu per satu. Membayangkan Rafael yang menjejalkan kakinya disini untuk menuju kamarnya. Freya menarik napas panjang, sebelum akhirnya tangannya menekan kenop pintu dan terdengar suara decitan pintu terbuka.

Tubuh Freya masuk sepenuhnya, tangis tak terbendung ketika melihat sekeliling kamar Rafael, tak ada yang istimewa dari segi cat dan tata letaknya, kamarnya juga tidak terlalu besar. Namun jejeran foto polaroid dengan lampu tumblr itu tersuguh manis dalam pandangannya, terlebih ketika Freya melihat ada beberapa fotonya yang terpajang juga disana.

Mata Freya teralih pada meja kecil tepat di samping pintu, terdapat note kecil yang tertulis;

Aku senang akhirnya kamu liat kamarku, artinya impianku sudah terwujud. Freya kalau kamu mau lihat foto-foto ini, lihat dari bagian ujung sini baru berakhir sampai meja belajarku ya. Ada beberapa foto yang kalau kamu balik ada notenya.
pss: janji jangan nangis.
Rafael.

Kaki Freya mulai melangkah melihat foto foto tersebut.

Foto pertama:
Foto orang tua Rafael.

Freya membalik foto tersebut, ada sebuah tulisan yang tertulis "ini keluargaku, Ayahku yang berwibawa dan Ibuku yang setia."

Foto kedua:
Foto adik Rafael.

"Ini adikku, namanya Zena, jago menari tapi gak bisa menyanyi, anaknya menyebalkan, tapi kakanya tetap menyayanginya. Dan satu lagi, ia sangat membenci tauge."

Foto kedua:
Foto Freya ketika kecil.

Freya sempat terkejut melihat foto dirinya yang berumur 5 tahun ada di antaranya, namun tidak menyurutkan senyum kecil itu terlihat di bibirnya.

Farrel dan Freya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang