33. Semakin Jauh.

431 31 3
                                    

Sejak dua pasang mata itu terkunci satu sama lain, keheningan memimpin situasi di antara mereka. Saling tatap penuh arti namun sepatah katapun tak berhasil terucap.  Ada terselip keinginan untuk bicara namun hanya kerutan yang tertera. Hingga satu suara keluar.

"Lo gak bisa egois buat milikin sesuatu, Ra.."

Gadis itu Kaura, kini mengalihkan pandangan ke arah lain, "terus harus dengan cara apa mempertahankan seseorang?" tantang Kaura, "lo gak sayang Freya, Raf, lo gak peduli kehilangam dia atau enggak. Yang penting lo udah pernah ngerasain dia jadi milik lo."

Geram tangan Rafael terkepal kuat, menahan amarah tak memang tak seharusnya keluar untuk gadis di depannya. Tak mungkin Rafael membabak-belurkan Kaura, tak mungkin.

"Gue punya cara sendiri buat pertahanin orang yang gue sayang. Cemburu dan ngekang itu bukan cara gue."

"Lo gak pernah tau sendiri dan kesepian."

"Kata siapa?" jawab Rafael dengan nada sedikit tinggi.

"Gue sayang Farrel. Cemburu dan buat dia berhenti deket sama Freya itu cara gue pertahanin dia."

"Kaura, menggenggam bukan berarti bisa mengekang, memiliki bukan berarti bisa menguasai. Mungkin mereka punya jalan masing-masing, tapi bukan sekarang waktunya, gak mudah, Ra, jauhin orang yang udah bertahun-tahun di sampung kita. Lo aja yang baru itungan bulan deket sama Farrel gak mau kehilangan dia kan?" Rafael menjeda, "gimana Freya?"

Kaura meneguk salivanya, "gue gak peduli." Kekeuhnya.

Sabar, Rafael menghela napas, "Ra, semua itu punya posisi. Posisi lo sama Freya pun beda di hidup Farrel, lo itu pacar Farrel, tapi Freya sahabatnya. Lo gak pernah tau, kan, udah berapa kali Freya ngerasa kehilangan Farrel yang lebih mentingn lo? Jadi gue mohon, tolong jangan kayak gini ke Freya."

"Gue benci hidupnya Freya, dia punya temen banyak, semua orang care sama dia, punya Farrel yang selalu ada, hidupnya bahagia, dan sekarang dia punya lo. Gue? Itu kenapa gue selalu pertahanin Farrel. Gue selalu sendiri Raf sebelum ada Farrel. Nyokap-bokap kerja, kakak gue sibuk sendiri," jelasnya.

"Tapi lo--"

Kaura berdecak kencang memotong kalimat Rafael, "dan setelah lo ngomong kayak tadi, semakin gue bersikeras buat jauhin Farrel dan Freya, bahkan sampai
Freya gak ada lagi di posisi hidupnya Farrel. Lo suka atau enggak gue gak peduli."

**

"Tumben bener lo ngajak gue ke kantin," tanya Fernan.

Farrel yang berjalan santai di samping lelaki ini berujar, "gak ada temen gue, anak laki di kelas lagi asik main ML, lah gua kan laper."

"Ye, sialan gue cuma jadi pelarian."

"Emang pantes," sarkas Farrel yang setelahnya terkekeh, namun tak ada balasan apapun dari lelaki di sampingnya ini membuat Farrel terhenti tertawa dan menepuk pundak Fernan, "najis, diem aja, baperan banget jadi cowok."

"Kaga bege," tukasnya, "gue jijik aja ke inget Line lo ngajak gue makan bareng di kantin, kayak homo," kata Fernan dengan wajah kocaknya, Farrel membalas dengan wajah gak selaw, "gue tuh peduli sama lo, pasti kan lo gak ada yang ngajak makan, kan lo jomblo."

"Lah, gua mah jomblo juga banyak cewek yang modusin ngajak makan bareng, cuma karena gue temen lo yang baik, jadi gue milih makan sama lo," jelas Fernan, "lah, elo? Di duain sama eskul," lanjutnya mengingat Farrel yang bilang padanya bahwa Kaura harus ngumpul paskibra saat istirahat nanti.

"Berisik, lemes bener tuh mulut jadi cowok, etdah."

Setelah itu mereka asik sendiri. Fernan seperti biasa menggoda gadis-gadis yang lewat di dekatnya. Sekedar tersenyum, ataupun menganggat alis menawannya ketika ada yang menyapa.

Farrel dan Freya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang