37. Rahasia

384 30 9
                                    

Mata Farrel menyipit melihat motor matic berhenti di depan rumahnya. Si pengemudi sepertinya perempuan ketika melihat postur tubuhnya, dan yang paling pasti Farrel sudah tahu siapa perempuan yang mengendarai motor berplat akhir HDL.

Gadis itu menengok kebelakang, ketika tau orang yang ingin di temuinya datang, ia langsung turun dari motornya dan menghampiri.

"Ada apa?" tanya Farrel lebih dulu. Lelaki itu menatap mata Kaura yang agak sedikit sembab, sedikit tahu alasannya namun Farrel berusaha untuk tidak mencari tahu lebih lagi.

"Maaf," satu kata itu keluar dari bibir Kaura, ia menggigit bibir bawahnya, suaranya agak bergetar, "tapi kamu harus tau alasan aku, Rel."

"Udah tau," katanya, "cuma satu alasan lo," Farrel menjeda, "lo gak suka Freya deket sama gue, dan lo egois, cuma mau lo seorang yang selalu gue prioritasin."

Kaura menatap tajam Farrel, "kamu pernah ngaca gak sih, Rel?" katanya, "bahkan sampe sekarang aku masih inget kalimat waktu kamu bilang kalau kamu gak suka Rafael deket sama Freya," jelasnya, "ya, terus apa bedanya sama aku? yang gak suka orang yang aku sayang malah selalu ngeliat ke yang lain."

Farrel diam beberapa detik.

"Kaura, lo tau hal yang bikin gue kecewa sama lo sekarang?" tanyanya, "ketika gue benci dan nyalahin Rafael orang yang Freya sayang, karena gue pikir dia yang jadi penyebab hancurnya hubungan gue sama Freya, tapi ternyata malah lo, orang yang ada di deket gue, yang gue sayang yang jadi penyebab hancurnya hubungannya gue sama sahabat gue sendiri," katanya.

"Kaura, Freya selalu ngalah buat lo," ujar Farrel, "dari awal Freya selalu ngalah untuk biarin gue lebih milih nemenin lo di banding dia. Siapa yang bikin gue berani deketin lo sampe akhirnya kita bisa jadian kalau bukan karena Freya yang selalu cecer gue buat dapetin lo?"

Kaura diam.

"Oke, mungkin lo gak pernah tau itu," Farrel menjeda, "gu--"

"Farrel." Kaura akhirnya bersuara memotong pembicaraan Farrel, "bisa gak ngertiin perasaan aku?"

Farrel terkekeh remeh, "semenjak kita pacaran, kapan gue ga ngertiin lo?" jawabnya, "lo tau kenapa gue sering ceritain tentang Freya ke lo? Karena lo pernah bilang kalau lo gak suka sama kehadirannya Freya dan gue mau lo hilangin itu, gue mau lo kenal Freya sampe bahkan lo lupa kalau lo pernah gak suka sama dia."

"Kamu bisa jamin dia gak bakal jadi perusak hubungan kita waktu itu?"

"Gue kenal Freya lebih dari lo yang cuma bisa nilai."

Kaura berdecak sebal, "dia belum tentu jodoh kamu, Rel. Maksud aku tuh, apa sih yang terus-terus kamu pertahanin ke dia?"

"Lo juga belum tentu jodoh gue," jawab Farrel santai, "setidaknya kalau gue kehilangan lo yang belum tentu jodoh gue, gue gak kehilangan Freya sebagai sosok sahabat buat gue," Farrel menjeda, "12 tahun gue sama Freya, dia yang udah tau baik buruknya gue, kebiasaan gue, masa rapuh nya gue, bahkan gue gak sungkan buat cengeng di depan dia."

"Kaura, gue sayang sama lo," kata Farrel membuat Kaura mendongak menatapnya, "tapi lo buat gue kecewa," jeda sebentar, "maaf gue gak bisa lanjutin hubungan ini."

Kaura mengalihkan pandangan memutus kontak mata dari Farrel.

Farrel merogoh kantong celananya, mengambil benda yang ada di dalam dan menyodorkannya ke Kaura, "ini gantungan kunci motor lo, ganti aja kalau lo udah gak suka gantungan kunci gue," kata Farrel mengingat dulu mereka pernah bertukar gantungan kunci motor.

Namun fokus Kaura bukan pada gantungan pom-pom tersebut, tapi pada secarik kertas putih terlipat yang jatuh dari kantong celana Farrel tanpa di sadarinya. Sigap Kaura mengambil kertas tersebut yang ternyata adalah amplop dan membaca singkat.

Farrel dan Freya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang