28. Hilang Yang Tak Pergi

452 34 5
                                    

"Aku tidak memilih siapapun, karena sebelum aku melakukannya aku sudah kehilangan salah satunya."

Freya menuliskan satu kalimat itu dalam buku kecilnya, setelah menanggalkan titik pada ujung kalimat, Freya menutup pulpennya. Bokongnya mendorong kursi ke belakang agar ia bisa berdiri dari duduk.

Kakinya melangkah menuju jendela, menyibak tirai yang membuat matanya langsung tertuju pada objek rumah di sebrang. Tak lama muncul seseorang dengan motor yang lampu seinnya menyala terang dalam kegelapan, membuat pagar di buka oleh penjaga rumah.

Farrel baru pulang ketika jarum jam sudah menunjukkan pukul 20.30.

"Ibaratnya hati lo udah kebagi dua buat gue sama dia, Rel, atau bahkan lo udah kasih sepenuhnya buat dia?" Freya bicara pada dirinya sendiri, "terus gimana sama perumpamaan bingkai dan foto itu? Apa Kaura bakal jadi lukisan baru yang lebih cocok kalau lo yang di jadiin bingkainya? Setelah itu gue yang sebagai foto lama bakal kehilangan elo sebagai bingkai untuk pelindungnya. Tapi gak lama bingkai baru itu datang, dia Rafael, yang sekarang jadi pelindung foto lama, tapi bingkai barunya beda, motifnya gak sama kayak bingkai lama."

"Rel, gue ngerasa banget kehilangan lo, padahal lo juga ada di sini. Kenapa, ya?"

Freya menghembuskan napasnya lelah, kakinya berjalan menuju tempat tidur. Tangannya meraih handphone yang ada di atas nakas.

Geena = gue cuma berharap Rafael sebaik kayak apa yang lo ceritain tadi. Gue seneng ngeliat lo seneng, Re. Dan gue juga kesel ngeliat Farrel yang sekarang kayak gak peduli sama lo. Tapi, yaudah lah, apapun pilihan lo gue yakin itu baik buat lo.

Geena = JANGAN LUPA PJ YAA. HAHAHA..

Geena = sayang Freya ♡♡

Senyum tipis itu terbit di bibir Freya ketika membaca balasan positif dari Geena, dengan singkat Freya hanya mengiriminya emoticon love sebagai balasan bahwa Freya juga menyayangi sahabat perempuannya itu.

Setelahnya Freya keluar dari roomchat Geena dan membuka roomchatnya dengan seseorang, yang membuat Freya berpikir panjang untuk mengiriminya pesan atau tidak.

**

Freya = Farrel, lo udah pulang?

Pesan itu baru dibaca Farrel 10 menit kemudian setelah ia membersihkan dirinya di kamar mandi. Tanganya mengetikkan pesan balasan untuk sahabatnya tersebut.

Farrel = udah, kenapa?
Farrel = kangen ya? :D

Freya = najis

Farrel terkekeh melihat balasan Freya. Tanpa membalasanya lagi, ia berdiri dan jalan ke arah pintu kamar yang menuju balkon kamarnya. Farrel memperhatikan pintu kamar di sebrang rumahnya, sebelum akhirnya ia menekan tombol call kepada orang yang terakhir kali mengiriminya pesan.

"Lo belom tidur kan?"

"Kalo gue udah tidur, terus yang jawab ini siapa?"

"Kali aja kan, lo punya roh lain," Farrel terkekeh di akhir kalimat.

"Kenapa nelpon?"

"Keluar dong, gue di balkon."

Setelah itu tak ada jawaban lagi, hanya suara grasak grusuk yang membuat Farrel menjauhkan handphonenya dari telinganya. Matanya Farrel tetap tertuju pada rumah sebrang yang pintu lantai duanya sedang buka, tak lama Freya keluar dari sana dengan piyama toska dan rambut yang dicepol.

Farrel dan Freya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang