48. Masa Lalu

325 24 7
                                    

Lima Bulan Kemudian

Kaki Freya melangkah perlahan dengan totebag di pundaknya, menahan kelelahan di sekujur tubuh. Hari yang sangat melelahkan, sendi-sendi sudah memberontak meminta Freya untuk segera beristiahat.

Langkah kakinya semakin pasti, keluar dari lift lalu berjalan sedikit untuk sampai di depan kamar apartementnya.

Ceklek.

"Al?"

Panggilan itu membuat Freya menengokkan kepalanya, kelelahan tak luput dari wajahnya.

"Why? Bad day for you?"

Freya tersenyum tipis, "No. I'm just tired."

Ardan menggangguk mengerti, "Tadi ada laki-laki kesini," katanya membuat dahi Freya mengkerut.

"Dia bawa itu," Freya mengikuti arah pandang Ardan, gadis itu baru menyadari ada sesuatu di depan pintunya.

"Kamu kenal?"

Ardan menggeleng, "aku menawarkan diri untuk menjadi tempat titipan barangnya, tapi dia tidak mau."

Freya menatap barang yang sekarang ada di genggamannya, "Ar, did he tell you something?"

"Umm.." Ardan berpikir sejenak, "Ah! He's from Sydney."

Deg

"Farrel." Batinnya.

**

Alfreya Putri Daneswara.

Ini brownies resep Mama, mungkin rasanya agak beda karena ini buatnya pake tangan gue yang habis ngupil. Hahahahahah, gak deng....

Lo pulang jam berapa setiap hari? Jngan terlalu capek, lo kan orangnya cepet sakit. Nanti kalau sakit siapa yang ngurusin? Transport dari Sydney ke Melbourne gak murah tauuu....

Jaga kesehatan yang bener.

Freya, satu paragraf ini gue mau minta sesuatu sama lo, gue bkal tegas dan gue mohon lo harus nurut. Freya, kalau satu hari lo di takdirin untuk ketemu sama orang yang pernah lo temuin sebelumnya. Tolong jangan hirau dia, lo langsung pergi, okay? Gue gak mau sampe lo beradu cakap sama dia, jangan. Gue mohon sama lo untuk turutin ini, gue gak bisa lagi ada di samping lo di setiap saat, jadi sekarang ini cara gue untuk mastiin kalau lo gak kenapa-kenapa.

Ay,  lo sadar ga kalau dulu jarak kita cuma sekedar pagar rumah, tembok kamar, dan space meja sekolah. Tapi sekarang? Berkilo-kilo meter Ay.

Freya, kenapa sekarang lo jarang banget bales chat Line dari gue, lo sesibuk itu? Atau emang sengaja karena mau hilangin sesuatu itu? Apa lo mau lupain gue karena perpisahan kita yang terlalu sakit buat di inget?

Freya, Farrel kangen. Itu aja.

**

Air hangat yang Freya seruput cukup untuk membasahkan tenggorokkannya yang kering, tak bisa dipungkiri raut lelah di wajahnya. Kantung matanya terlihat lebih besar, ini alasan kenapa sekarang Freya harus berdandan kalau keluar apartemen, supaya tak terlihat lusuh.

Gadis itu menidurkan kepalanya pada sofa, matanya melihat langit-langit apartemen kemudian berniat untuk menutupnya sebentar. Namun hal itu hanya angan-angan ketika bel pintu apartemen Freya berbunyi, Freya mendecak kecil karena rasa kantuknya tak bisa ia tuntaskan segera.

Freya berdiri, membetulkan kuncirannya yang berantakan setelah itu berjalan menuju pintu.

Freya tertegun dengan apa yang dilihatnya sekarang setelah pintu itu terbuka. Sosok pria yang teramat dirindukannya sekarang berada didepannya sambil merentangkan tangan memberikan space Freya untuk memeluknya, pria yang bahkan dahulu bisa kapan saja Freya bisa peluk namun sekarang terhalang waktu.

Farrel dan Freya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang