27. Jawaban Tanpa Tanya

421 35 3
                                    

Pagi ini tidak seperti biasanya, pukul 5 dini hari, Farrel yang biasanya selepas solat Subuh langsung tidur, sekarang lelaki itu malah berkutat di dapur. Dengan celemek pink milik Mamanya, tangan kakunya itu mengiris cabai dan bawang.

Hidung yang sudah mampet dan matanya yang berair itu tantangan bagi Farrel, "Gila, perih banget," ujarnya seraya menggelengkan kepala, "kayaknya kalo liat Mama ngiris bawang biasa aja, dah, mukanya."

Selang beberapa menit kemudian makanan yang dibuat oleh Farrel sudah siap. Ia memindahkan karya nya tersebut ke mangkok besar lalu ditaruh di meja makan.

"Abang."

"Astagfirullah," lonjak Farrel sambil memegangi dadanya yang terkejut karna panggilan barusan. Dilihatnya Mama dengan piyama tidurnya berdiri tak jauh dari Farrel.

"Mama nih, bikin kaget aja," katanya dengan mata yang melirih ke arah pintu di mana Papa baru keluar dari kamar. Farrel langsung menunduk seketika.

Semalam ketika orang tuanya pulang dan melihat Farrel di rumah, Papa langsung mencecar Farrel dengan pertanyaan seputar hilangnya ia selama dua hari, belum lagi dengan kebohongannya.

Papa memang tidak bertanya yang aneh-aneh, setiap marah pada anaknya beliau tak pernah menunjukkan wajah sangar, hanya kalimatnya saja bisa membuat secuil hati pendengar merasa menciut, seperti kalimat semalam yang ia lontarkan kepada Farrel 'Papa kira kamu udah gak inget kalau masih punya orang tua dan ada rumah untuk kamu pulang dan tidur.'

"Abang bikin nasi goreng sama telur dadar."

"Nyongok ceritanya?" tutur Papa cuek.

"Enggak!" Farrel segera melambaikan tangannya, dengan wajahnya yang sedikit takut sambil mendongak menatap Papa, "Farrel mau minta maaf, Farrel janji gak bakal ngulangin lagi," katanya tulus, "kecuali kalo--"

"Kecuali kalo apa?" tanya Papa memotong, Farrel hanya menggeleng.

"Farrel, Farrel," heran Papa, "jatuh cinta itu dikendalikan, bukan malah terkendalikan. Jangan mau diperdaya sama cinta, nanti jadi buta dan gak inget segalanya."

"Iya, Pa.." ujar Farrel menurut, lalu ia melihat Ayahnya yang mulai menyendokkan masakan Farrel ke dalam mulutnya.

"Kamu mau cepet nikah ya, bang?"

"Enggak lah!" sergahnya, "emang kenapa?"

"Asin."

"Serius? Abang masukin garamnya kayak takaran masaknya Mama, kok."

"Emang kamu pernah liat Mama masak?"

"Pernah," tuturnya, "dari jauh, hehe.." lalu ia nyengir.

**

"Kamu serius udah baik-baik aja?"

Kaura yang baru saja menutup pagar rumahnya mengangguk mantap untuk menjawab pertanyaan cemas dari lelaki di depannya ini.

"Istirahat lagi aja deh, besok baru sekolah," pinta Farrel masih dengan wajah cemas.

Tadi pagi ketika Farrel membuka handphone, terdapat chat Line dari Kaura semalam yang belum ia baca bahwa gadis itu sudah pulang. Farrel menyuruhnya untuk istirahat, namun Kaura tetap ingin sekolah dan ia bilang kalau Farrel tidak mau berangkat bersamanya, ia akan meminta kakaknya yang masih ada di rumah untuk mengantarkan ke sekolah.

Dan akhirnya Farrel mengalah.

Kaura menghela napas, "jangan kayak kakakku deh," ujarnya, "aku udah sehat, Farrel."

"Serius?"

"Dua rius," jawab Kaura dengan menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Kakak kamu mana?"

Farrel dan Freya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang