39. Suara Dari Rafael

392 31 10
                                    

Untuk Freya dan hanya untuk Freya

Kalau kamu lebih suka pesan kertas, katakanlah sekarang lagi jamannya pesan suara, biar kamu suka dan bahagia, hehe..

Maaf kalau kamu dengar suara ku ini aku gak bisa adalagi di sampingmu, hapus air matamu ataupun usap rambut kamu.

Freya, jangan salahkan keadaan dengan apa yang terjadi sekarang. Ini udah takdir, kepergianku adalah satu takdir Tuhan yang udah sampai. Freya, jangan marah sama Farrel karena kamu nerima amplop ini dari dia, itu aku yang minta. Aku gak mau kamu tau keadaan terakhirku, aku gak mau terlihat lemah di depanmu Freya, karena saat itu harusnya aku yang kuatin kamu.

Aku gak bisa ketemu kamu untuk yang terakhir kalinya sebelum aku harus pergi ke Singapura. Aku takut malah makin gak bisa ninggalin kamu, maafin aku Re, aku tahu keputusanku salah, memberatkan sebelah pihak yaitu kamu.

Maaf kalau hadirnya surat ini menambah bebanmu. Freya, kamu harus cepat berdamai dengan Farrel. Dia sayang kamu. Setelah kepergiaku ini, jangan anggap dia sebagai penggantiku. Karna sebenarnya aku yang menjadi penggantinya untukmu ketika dia bersama orang lain. Farrel bukan pengganti posisiku, tapi dia memang orang yang akan selalu ada buat kamu.

Kamu masih inget aku janji akan cerita sesuatu ke kamu? Maaf aku baru sempat cerita sekarang, bukan karena kamu gak bisa jadi orang yang tepat, kamu itu orang yang tepat saat pertama kali aku memutuskan untuk menjatuhkan hati ku ke kamu. Aku cuma takut setelah kamu tau, kamu bakal ninggalin aku sebelum aku yang duluan pergi. Maaf aku egois.

Freya, kamu masih ingat kecelakaan pesawat yang terjadi satu setengah tahun  yang lalu? Salah satu penumpang di dalam pesawat itu adalah Mama dan Adikku, namanya Zena. Mama menemani Zena pergi ke Thailand untuk menghadiri kompetisi menarinya, aku gak bisa ikut karena saat itu kita lagi ujian semester. Dan aku menyesal.

Aku depresi, stress hingga akhirnya tak ada pilihan lain selain rokok yang mampu meredakan emosiku. Aku selalu mencari tahu tentang mereka, lagi hasilnya selalu sama, setiap kali aku datang ke pusat informasi penerbangan tak ada jawaban lain yang melegakan. Aku marah pada diriku sendiri, Freya. Sudah cukup dulu aku kehilangan Papa setahun sebelumnya. Aku belum sanggup untuk kehilangan Mama dan Zena.

Sebelum pergi, Papa pernah pesan, anak laki-laki harus bisa menjaga perempuan, menjadi benteng ketika ketakutan dan menjadi payung ketika kehujanan. Aku merasa belum melakukan itu pada Mama dan Zena.

Sebungkus dua bungkus rokok itu bisa ku habiskan dalam sehari, itu aku lakukan sampai beberapa bulan, hingga Oma menyadari ada yang aneh dalam diriku, sampai akhirnya Oma memaksaku untuk pergi check up kesehatan, Dokter memvonisku sekitar 10 bulan yang lalu kalau aku mengidap Kanker Paru-Paru. Kalau kamu liat bibirku, mungkin gak sesegar yang lain, warna bibirku lebih ungu, iya kan?

Gak sampai situ, aku gak berenti merokok, aku tetap melakukannya Freya, karena menurutku semua sudah terjadi, toh lanjut atau tidak kanker itu tetap hidup dan berjalar menggerogotiku. Kalau keluargaku tahu, pasti mereka marah, tapi aku gak punya pilihan Freya, semuanya sudah pergi, cahaya dalam hidupku sudah redup gelap gulita.

Kamu ingat waktu aku gak masuk sekolah selama hampir dua minggu? Itu aku yang memaksakan diri mencari kabar tentang Mama dan Zena, sampai akhirnya kondisiku sendiri lemah. Aku harus masuk rumah sakit waktu itu sampai beberapa hari, aku gak ngerti selama di sana aku diapain aja, cuma Oma yang tahu. Aku gak mau tau tentang itu.

Terus kamu hadir, benar-benar hadir. Aku punya satu cahaya lagi untuk tetap bertahan, aku punya tekad untuk sembuh dari kanker ini biar bisa jaga kamu terus. Freya, makasih udah jadi alasan kenapa aku harus bisa bertahan, karena ternyata masih ada wanita yang masih harus aku jaga lagi, yaitu Oma dan kamu.

Farrel dan Freya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang