35. Ruang

423 35 3
                                    

Freya menghempaskan tubuh lunglai nya di kasur, segarnya air malam membuat dirinya sedikit tenang dari sebelumnya. Ayah dan Ibu pulang lima menit setelah Freya sampai rumah, masih sempat bertemu oleh Rafael dan bercakap sebentar dengannya, sebelum akhirnya Rafael pamit pulang karena hari sudah semakin malam.

Freya menggoyang-goyang kan kakinya yang pegal sampai bernyunyi "kretek", setelah itu ia berdiri dan berjalan menuju jendela. Tangan kanan Freya membuka sedikit celah hordeng dari kanan, matanya mengintip sesorang yang duduk dengan handphone di tangannya, Freya memang tak melihat jelas, tapi Freya tahu lelaki yang sedang terbalut dalam malam dan ditemani lampu jalan yang remang itu adalah Farrel.

Entah apa yang di lakukan lelaki itu. Kalau Farrel sudah lama duduk di balkon kamarnya, mungkin ia melihat ketika Freya pulang di antarkan Rafael dan kemudian Rafael memeluknya. Ah, walaupun Farrel melihat itu semua, emang apa peduli dia?

Freya menutup hordeng, tangan Freya menggapai bingkai foto yang ada di atas meja belajarnya, tersenyum kecil sebelum akhirnya meletakkan frame tersebut di tempat semula.

"Sekarang ibaratnya dua bingkai itu udah pindah tempat, Farrel. Mereka gak satu ruangan lagi. Frame baru dengan foto lama, dan frame lama dengan foto barunya. Semua udah berubah, kita udah jauh dan pisah kayak bingkai itu," kata Freya, "Farrel, lo bilang katanya kita gak akan pernah kayak gini?"

Freya terkekeh miris, "semoga lo gak percaya sama apa yang gue bilang sore tadi," jedanya, "gue gak akan pernah bisa benci sama lo, Farrel. Karena lo tetep sahabat gue, forever bukan cuma ever."

**

"Kamu kenapa, Ra?"

Kaura menurunkan posisi tangannya yang awalnya bertopang dagu, ia melirik Jihan di sebelahnya. Agak ragu untuk memulai cerita, namun Kaura tak punya pilihan lain, ia harus menuntaskan apa yang mengganjal di hatinya sejak kemarin.

"Aku ngerasa ada yang aneh sama Farrel," katanya.

Alis Jihan mengkerut bingung, "aneh kenapa?" tanyanya yang di jawab oleh Kaura dengan bahunya yang terangkat ke atas.

"Dia punya masalah yang gak bisa di ceritain ke aku kali, ya?"

"Maksudnya ada yang dia sembunyiin ke kamu?" ujar Jihan.

"Maybe."

"Kamu ada ngomong sesuatu yang mungkin buat dia tersinggung atau jadi aneh gak?" tanya Jihan.

Kaura berdeham panjang, "gak ada kok, kita baik-baik. Istirahat kemarin kita masih makan bareng di kantin," ujarnya, "terakhir kita punya masalah, ya, seminggu yang lalu, setelah itu kita baik-baik aja."

"Yakin?"

Kaura mengangguk.

"Kaura?"

"Ya?"

"Kenapa kamu sayang sama Farrel?"

Kaura berdeham panjang seolah berpikir, namun akhirnya gadis itu hanya bisa menggedikkan bahunya.

"Gak tau?"

"Aku bingung," kata Kaura, "aku suka Farrel tiba-tiba. Aku pernah cerita kan kalau dia pernah nolong aku waktu motorku mogok? Ibaratnya rasa sukaku naik derajat jadi sayang, sampe aku sendiri takut untuk kehilangan." Lanjutnya.

"Kalau hubungan kamu sama sahabatnya Farrel?"

"Freya?" Jihan mengangguk, "emang penting?"

Dahi Jihan mengkerut bingung, "kenapa nanyanya seolah Freya gak penting?" tanyanya, "dia kan sahabatnya Farrel, biar gimanapun dia lebih dulu kenal Farrel sebelum adanya kamu."

Farrel dan Freya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang