23. Usaha untuk Mengalah.

463 32 2
                                    

Rafael melihat dirinya sendiri pada cermin kamar mandi, ia mengusap wajahnya yang basah. Pikirannya kosong menatap dirinya sendiri pada cermin, hanya menarik napas dan membuangnya seperti orang kebingungan.

Pintu kamar mandi terbuka, membuat Rafael mengalihkan melihat sang empu lewat kaca kamar mandi yang besar itu, ada Farrel yang baru menutup pintu itu kembali. Kejadian seperti pagi tadi pun terulang kembali.

"Lo kenapa selalu ngeliatin gue dengan pandangan itu?" Tanya Rafael setelah beberapa kali menyembunyikan pertanyaan itu tatkala mereka bertemu.

Farrel menaikkan alis remeh, "ge-er banget lo ngira gue ngeliatin lo," jawabnya santai.

"Gue selalu ngerasain hal aneh dari tatapan lo setiap kali kita pas-pasan," tembak Rafael, "lo gak suka liat gue deketin Freya?"

"Lo sayang Freya?"

"Lo gak suka kalau kenyataannya gitu?" Rafael malah bertanya balik.

Farrel memberi jeda, ia menghela nafas sebelum berucap, "Freya sahabat gue."

"Terus?"

"Gue gak suka ada orang yang tiba-tiba kasih dia kenyamanan terus ninggalin gitu aja," tuturnya.

Rafael diam, ia tak membalas ucapan Farrel.

"Sumpah demi apapun, gue gak suka ada orang yang nyakitin Freya."

Rafael menelan salivanya, "gue sayang Freya, gue akan jaga dia."

"Lo tau apa tantangan terbesar lelaki yang harus ia pegang?" tanya Farrel, "janjinya," lanjutnya tanpa menunggu jawaban dari Rafael.

Setelah itu Farrel keluar dari kamar mandi, membiarkan Rafael sendiri di sana dan membuatnya memikirnya janjinya barusan.

"Sekarang Rafael punya dua keinginan, selain diberikan kepastian tentang kabar Mama dan Zena. Rafa juga mau jaga Freya sebelum semuanya berakhir."

**

"Farreeellll..."

Panggilan familiar itu membuat Farrel mendongak dari tundukkannya yang sedang menghitung lantai kantin menggunakan langkahnya.

Tak jauh dari situ terlihat Freya yang sedang jalan terburu-buru, di belakangnya ada Fernando dengan wajah konyolnya karena berhasil membuat Freya kesal.

"Kenapa sih?" tanyanya.

Freya meraih jemari Farrel, lalu membalikkan tubuh itu untuk melindunginya dari lelaki yang membuntutinya sejak tadi.

"Itu Fernan ngintilin gue mulu," ujarnya dengan nafas ngos-ngosan, "ngeselin."

Bukannya menampakkan wajah simpati, Farrel malah terkekeh sambil tangannya teruluh menjepit poni panjang Freya kebelakang telinga, "lo mau ke mana?"

"Lab," jawab Freya, "mau kasih lembaran buat eksperimen KIR nanti," lanjutnya.

Farrel mengangguk paham, "yaudah sana," usirnya sembari menggedikkan dagu mengisyaratkan Freya untuk melanjutkan langkahnya.

Setelah Freya menjauh, Farrel berbalik dengan tangan yang merentang untuk menghalangin Fernando yang ingin melanjutkan aksinya.

"Lo mau gue berusaha kan?" tanya Fernan seperti mengerti bahasa dari tatapan Farrel.

"Ini salah satu usaha lo?"

Fernand mengangguk.

"Bikin Freya jadi risih?"

"Yang penting gue udah berusaha." sergah Fernan.

Farrel menghembuskan nafas, "entar lagi aja usahanya. Lo di panggil Miss Mori, disuruh ke ruangannya."

Farrel dan Freya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang