Alfreya Putri Daneswara

1.3K 121 68
                                    

Freya = Rel, cepetan kerumah. Budhe dtg bawa makanan banyak!

Aku mengirimkan pesan itu ke Farrel, sahabatku. Tak perlu waktu lama balasan dari line ada di notifikasi handphoneku.

Farrel = Siap, laksanakan!

Aku tertawa membaca balasannya, Farrel emang paling cepat kalau soal makanan.

Ah, ya! Perkenalkan namaku terlebih dahulu, namaku Alfreya Putri Daneswara biasanya dipanggil Freya, lebih akrabnya dipanggil Re dan yang lebih spesialnya lagi adalah Aya-Panggilan dari Farrel untukku.

Soal hubungan ku dengan Farrel, kita hanya dua makhluk hidup yang terjebak dalam lingkaran persahabatan dari kecil. Dulu, keluargaku dan keluarga Farrel tinggal di satu rusun yang sama dan sedang membangun usaha bersama juga, dari situlah aku mengenal Farrel. Hanya sekedar mengenalnya, tidak lebih.

Menyebalkan.

Itulah satu deskripsiku saat bertemu Farrel 12 tahun silam, umurku masih 5 tahun. Mengapa aku bilang Farrel sangat menyebalkan? Karena ia dengan seenak jidat mengganti namaku menjadi Aya yang jelas-jelas beda jauh dengan Alfreya. Namaku jadi jelek gara-gara panggilannya, itu menurutku

Entah bagaimana kami berdua bisa terlibat persahabatan, aku pun lupa. Yang jelas saat kami berdua masih mulai sekolah di Taman Kanak-Kanak, aku yang duduknya di samping Farrel bingung karena saat itu Farrel tiba-tiba saja menangis kejer dengan mukanya yang sudah memerah. Dan saat itu aku bukannya memenangkan Farrel tapi malah menutup hidungku karena ada bau yang tidak sedap.

"Lel, kamu e'ek ya? Kok bau."

Aku ingat, saat aku bertanya seperti itu, tangis Farrel tambah menjadi-jadi, ditambah lagi sesegukkan dan ingusnya yang sudah ke mana-mana. Ewh!

Teman-teman yang lain sudah melingkari kita berdua, mereka tidak bantu menenangkan Farrel. Melainkan menyalahkanku, "Hayolo Fleya, kamu apain Falel?" begitu kata mereka, untung aku gak cengeng.

Aku memilih untuk keluar kelas memanggil guruku yang tadi izin ke toilet, sampai di pintu aku berteriak "BU GULUUUU... FALLEL E'EK TUHH.."

Ibu guru langsung keluar kamar mandi dan masuk kelas, masuk ke dalam gerumulan anak yang sedang melingkari Farrel. Setelah itu, Bu guru membawa Farrel yang masih nangis untuk keluar, berniat untuk membawa Farrel pulang ke rumahnya. Kebetulan Mamanya sedang tidak menunggu Farrel waktu itu, tapi untungnya ada Ibuku saat itu.

"Mamanya belum datang ya, bu?" tanya Ibu guru kepada Ibuku.

Ibuku menggeleng, "belum bu guru. Ini Farrelnya saya yang anter pulang aja."

Ibuku mengajukan diri untuk mengantarkan Farrel pulang, karena Bu guru terlihat bingung harus bagaimana. Beliau tidak mungkin mengantarkan Farrel pulang dan meninggalkan anak-anak di kelas.

Ibu Guru mengangguk setuju. Lalu aku dengan wajah bingung menatap Ibu guru dan Ibuku secara bergantian.

"Telus aku gimana?" tanyaku kepada mereka.

Ibuku mengelus kepalaku, "Freya disini dulu, lanjut belajar. Ibu mau anter Farrel pulang, nanti Ibu balik lagi."

Aku sudah bersiap untuk menangis saat Ibu bilang akan pulang. Aku tidak pernah berani di sekolah jika tidak ada Ibu, kalau tidak lihat Ibu, aku bisa-bisa nangis kejer.

"Ndak mau," tolakku, aku sudah hampir menangis, lalu aku beralih mentap Bu Guru "Bu Gulu, Fleya juga boleh pulang, ya?" Mohon aku pada Bu Guru

Saat itu Bu guru terlihat sangat bingung. Bu guru jongkok mensejajarkan tingginya dengan tinggi badan ku, lalu ia mengusap rambutku, "Yaudah Freya juga boleh pulang. Tapi besok harus sekolah ya?"

Dan saat itu aku senang. Tiba-tiba aja wajahku ceria lagi. Aku mengangguk semangat. Lalu menggandeng tangan Ibu yang sebelah kiri, karena yang kanan di pegang erat oleh Farrel.

Semenjak itulah aku dan Farrel jadi akrab. Lebih tepatnya, Farrel yang mengakrabkan diri denganku. Seperti, setiap sore Farrel selalu menyamper aku untuk mengaji, mengajak ku bermain, atau bahkan ia akan ke rumahku hanya untuk mengingatkan ku untuk mengerjakan PR.

"Assalamualaikum."

Aku yang sedang mencarikan uban di kepala Budeku mendongak saat tahu suara dari salam itu, Farrel.

"Waaikumsalam," jawabku dan Bude.

Farrel segera mendekat ke arah kami. Lalu menyalami tangan Bude. Aku dengan iseng juga mengulurkan tanganku seperti orang yang ingin disalimi, Farrel sudah memegang tanganku, tapi ditepisnya lagi saat ia menyadari bahwa itu adalah tanganku, aku terkekeh pelan.

"Ngapain, Bude? Cari kutu ya?" Ujar Farrel yang mendapatkan tabokan dari Bude di bagian betisnya.

"Enak aja!" Farrel hanya tertawa jenaka.

"Mamamu mana Rel?" Tanya Bude.

"Lagi mandiin Abi dulu, nanti baru kesini."

Bude hanya ber-oh-ria, lalu menyuruh Farrel untuk masuk ke dalam rumah.

Aku juga mengikuti langkah Farrel untuk masuk rumah, setelah izin kepada Bude untuk menyudahi acara pencarian uban di kepalanya.

"Wihh... Farrel udah gede, ya?"

"Apanya?"

"Badannya lah!"

Lalu kami tertawa. Farrel memng sudah akrab dengan saudara-saudara ku ini. Farrel duduk di sofa dekat dengan sepupuku, Mas Adit.

"Hoi, Mas, apa kabar?" Farrel menepuk bahu Mas Adit saat sudah duduk di sampingnya.

Mas Adit yang sedang makan kripik singkong menatap Farrel dengan dahi berkerut.

"Siapa ya?"

"Dih, parahnya lu, Mas.." ucap Farrel mendramatisir.

"Apaan lu, Mas-Mas. Jangan panggil itu."

"Yaudah. Kak deh."

"Gak, emang gue kakak lo."

"Yaudah, abang."

"Enak aja, emang gue tukang bakso dipanggil bang?"

"EE ANJING TERUS GUE HARUS PANGGIL APAAN?"

"YEE KURANG AJAR BANGET LO. GINI-GINI GUE LEBIH TUA NIH, PANGGIL GUE MAS.."

Farrel diam sebentar,

"SEH.... MAKSUD LO APANIH?"

Lalu kami semua tertawa mendengar ucapan mereka. Mas Adit memang paling suka meledek Farrel. Lalu Mas Adit menepuk-nepuk bahu Farrel sambil tertawa.

"Selaw bro, selaw."

Farrel dan Freya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang