4 Tujuh Belas Tahun

1.6K 129 5
                                    


Alen menatap Dandra dan Riva yang saling tertawa bersama, tampaknya cowok itu—Riva baru saja menceritakan sebuah lelucon lucu pada Dandra karna tak biasanya Dandra tertawa sekeras itu kalau bukan ada hal yang lucu.

"Eh, Alen udah datang," ucap Dandra yang tak sengaja menoleh ke arah pintu masuk kelas dan mendapati Alen yang sudah berdiri di sana dengan Ekspresi wajah yang sama setiap paginya.

"Iya, gue baru datang," balas Alen yang kini sudah menunjukkan senyum tulusnya. Tidak seperti senyum yang pertama kali ditunjukkannya waktu mengenal Dandra.

Riva pacar Dandra, mereka sudah jadian sejak kelas satu SMA dengan Dandra yang menyatakan perasaannya duluan. Saat itu, Riva masih sok jual mahal pada Dandra padahal dia juga memiliki perasaan yang sama pada gadis itu.

"Lanjutin aja ceritanya, gue mau keluar dulu," ucap Alen yang segera beranjak dari tempatnya duduk, dan Dandra hanya menatapnya heran karna tak biasanya Alen pergi begitu saja ketika baru sampai ke kelas.

"Ngapain keluar sendiri? Mending di sini ngobrol bareng kita," ucap Dandra yang mencoba untuk menahan Alen, dia tidak perlu menarik pergelangan tangan cowok itu karna dengan berkata seperti itu saja Alen tidak akan jadi pergi.

"Iya, ngapain lo keluar sendiri kayak jones aja," ucap Riva sambil terkekeh pelan dan berujung mendapat tatapan tajam dari Dandra. Gadis itu memang tidak suka jika Riva sudah bersikap seperti itu. Menurutnya, itu hal yang tidak baik.

Alan yang baru saja memasuki kelas disambut dengan heboh oleh teman-temannya, siapa lagi kalau bukan Alden, Aqsal, Andra dan Ricky.

"Lo datang juga akhirnya, udah kita tungguin dari tadi," ucap Ricky sambil mendorong kacamatanya ke atas.

"Nungguin gue? Ada acara apa, nih?" tanya Alan dengan kening berkerut, karna tak seperti biasa teman-temannya bersikap aneh seperti ini.

"Si Andra ngajakin main futsal entar sore. Lo ikutan?" ganti giliran Alden yang bertanya.

"Ikutan dong, gue juga bosen kali di rumah terus."

"Bagus dong. Jadinya kita lengkap," ucap Andra yang baru saja mengeluarkan suaranya.

***

Sepulang dari sekolah Alen tidak langsung pulang karna mendadak Dandra dan Riva mengajaknya pergi makan siang. Sebenarnya, dia ingin menolak, tapi dia tidak bisa karna Dandra akan melakukan berbagai cara agar dia tetap ikut bukannya duduk diam di rumah sambil malas-malasan nonton ataupun bermain hape.

"Lo ikutan kan, Len? Pokoknya lo harus tetap ikut. Titik!" tegas Dandra sambil menatap tajam pada Alen, dan Alen hanya mengangguk karna tak ada alasan yang baik baginya untuk tidak ikut.

Bunda baru saja menyiapkan makan siang untuk kedua putra dan suaminya, tapi sayangnya dia mendapat kabar dari Alen kalau dia tidak bisa makan siang bersama hari ini karena dia pergi makan bersama temannya, tapi bunda tidak kecewa dengan pesan anaknya yang satu itu karna tidak biasanya Alen seperti ini apalagi ada kata teman yang dia pakai.

"Alan pulang!" teriak Alan yang baru saja memasuki rumah. Hal itu membuat bunda setengah kaget karna terkejut mendengar suara Alan yang tiba-tiba.

"kamu ini, kalo masuk ketuk dulu pintunya, nggak usah teriak-teriak kayak tadi. Bunda jadi kaget," ucap bunda melotot tajam pada Alan, dan yang dipelototi seperti itu hanya terkekeh pelan.

"Maaf bunda," ucap Alan akhirnya.

"Aku nggak ngeliat Alen. Biasanya, dia yang sampe dulu di rumah."

"Dia nggak makan siang di rumah hari ini," ucap bunda sambil menyendokkan nasi ke piring Alan.

Bunda sudah tahu kalau anaknya itu memiliki kebiasaan buruk yaitu tidak mengganti pakaian ataupun membuka tas ketika hendak makan siang bersama. Karna hal pertama yang dia kunjungi setelah pulang dari sekolah adalah dapur.

"Bunda tau aja kalo aku lagi lapar."

"Ya jelaslah bunda tau. Kamu ini gimana, sih!" balas bunda yang sewot sendiri karna perkataan Alan yang seolah mengatakan kalau dia tidak mengenal kebiasaan putranya sendiri.

Alen merasa bosan memandang Riva dan Dandra yang sibuk suap-suapan dengan romantisnya. Seharusnya dari awal dia memang tidak menerima ajakan pasangan ini. Buktinya, dia malah jadi dicuekin kayak gini. Rasanya, dia mau pulang saja.

"Cepetan woi makannya! Makan aja lama!" teriak Alen yang sudah tidak tahan menjadi penonton tak berbayar melihat kemesraan mereka berdua.

Alan Dan Alen (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang