33 Kejadian Tak Terduga

1.5K 64 9
                                    

Cek mulmed, di sana juga ada si kembar wkwk, tapi bukan Alan sama Alen

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, dan Alen belum juga pulag ke rumah. Biasanya dia tidak akan pulang selarut ini kalau tidak ada hal yang penting. Diam-diam Alan merasa cemas walaupun dia tidak menunjukkannya, tapi di dalam hatinya, dia gelisah. Bagaimana jika Alen kenapa-kenapa? Kata bunda Alen belum pulang sejak keluar bersama Dandra tadi, dan Dandra juga tidak tahu ke mana cowok itu pergi. Alan sudah menghubungi Alen berkali-kali, tapi tidak diangkat olehnya. Mungkin ponselnya sengaja dimatikan.

"Bego banget, sih Len gimana kalo terjadi sesuatu sama lo," lirih Alan pelan. Nyaris tidak terdengar.

Alen melajukan motornya perlahan di jalanan yang begitu sepi. Jalan ini, jalan menuju taman itu. Taman bermain yang selalu dia kunjungi sewaktu kecil, bersama gadis itu tentunya, dan entah kenapa dia ingin ke sana.

Alen melajukan motornya memasuki taman dengan perlahan. Sepi. Hanya itu yang dia rasakan mungkin karna sudah malam makanya taman itu sepi, lagian ini taman bermain bukan taman kota, yang walaupun sudah malam masih dikunjungi oleh orang banyak.

Di luar taman terdapat sebuah rumah yang sudah tak dihuni lagi, kata orang-orang rumah itu ada hantunya, tapi Alen tidak percaya. Alen tak menghiraukan sepinya taman, dia hanya duduk diam di ayunan sambil sesekali mendorong ayunan itu dengan kakinya, lampu taman bermain ini pun juga temaram menambah kesan seram keadaannya.

Sedang asyik menikmati kesendiriannya beberapa orang memasuki taman bermain itu. masing-masing dari mereka memakai baju hoodie berwarna hitam, dan kepala mereka juga mereka tutupi. Perlahan satu orang menghadap ke orang-orang yang tengah bersandar di tembok taman tersebut.

"Nih, buat kalian kita rayain kemenangan ini," balas seseorang yang tengah menyerahkan sesuatu yang entah apa itu. Alen tidak bisa melihatnya dengan jelas.

"Makasih bro," ucap yang satunya lagi dengan semangat, dan satu orang lagi mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong plastik. Itu semacam minuman.

"Kita minum sepuasnya!" teriak orang itu dengan begitu keras.

***

Alen masih duduk diam di tempatnya, dia tidak mau pergi sekarang juga, sedangkan sekelompok orang yang entah siapa masih di sana sambil tertawa tidak jelas, sepertinya mereka sedikit mabuk.

Alen sudah tidak tahan lagi perasaanya tidak enak, dia ingin cepat-cepat pergi dari sana. Persetan dengan motor yang dibawanya, yang terpenting sekarang adalah nyawanya, Alen segera berdiri, dan tanpa sengaja ayunan yang dia duduki berdecit karna terayun, dan orang-orang yang tengah mabuk itu segera menoleh kepadanya.

"Sial!" umpat Alen yang segera berlari ke arah belakang taman, dia ingin melompati tembok pembatas taman tersebut.

"Woi! Jangan lari lo!" teriak seseorang sambil melemparkan botol yang ia pegang ke sembarang arah.

"Sial, dari tadi dia lihat kita ngeganja, mabuk-mabukan lagi," umpat seseorang yang ikut bangkit dari duduknya, dan mereka mulai mengejar Alen yang mencoba memanjat pagar, ternyata pagar itu tidak serendah seperti perkiraannya sehingga dia sulit untuk memanjat.

"Tangkap hoi, sebelum dia lolos!" teriak salah satu dari mereka dengan nada berang.

Sekelompok orang itu mulai mendekat, dan Alen belum juga berhasil memanjat tembok. Tak ada pilihan lain selain melawan walaupun itu beresiko. Alen menghentikan aksinya, dan mulai menghadap ke segerombolan orang itu yang ternyata sudah berada di dekatnya. Beberapa dari mereka memakai seragam SMAnya, dan salah satu dari mereka Alen kenali, dia Gibran.

"Ternyata lo," ucap Gibran sambil menyipitkan matanya. Walaupun dia sedikit mabuk, tapi dia masih bisa mengenali orang tersebut, dia Alan.

"Habisi aja sampe mampus!" teriak Gibran sambil meludah. Jujur saja perasaan kesalnya terhadap cowok itu belum hilang juga hingga sekarang, walaupun dia sudah membuat Alan babak belur waktu itu, tapi dia tetap belum merasa puas.

"Udah hajar aja!" teriak Gibran yang lebih dulu maju, dia mulai melakukan aksinya disusul dengan yang lain, mereka semua mulai menghajar Alen dengan membabi buta tanpa ampun, dan Gibran yang tampak lebih nafsu menghajar cowok brengsek itu walaupun tidak jauh beda darinya.

Alen tersungkur, dia merasakan sekujur tubuhnya sakit, napasnya juga sesak. Seseorang dari mereka menghantam punggungnya tadi, dia tidak bisa melawan dengan jumlah yang tidak seimbang, dan mungkin ini adalah hari terakhirnya.

"Ini yang terakhir!" teriak seseorang yang sudah menusuk perutnya dengan sebuah pisau, Alen telonjak seketika, dia merasakan perutnya nyeri. Orang itu segera mencabut pisaunya dan memandang teman-temannya yang tampak keheranan.

"Tolol, lo bisa bunuh anak orang, dasar sampah!" teriak Gibran sambil meninju orang itu.

"Lo tolol, Mal!" ucap yang lainnya dan memilih pergi dari sana, dia tidak ingin kembali lagi ke penjara.

"Makanya kalo punya otak itu dipake, dasar tolol!" teriak Gibran lagi, yang sudah memancarkan kemarahan yang sesungguhnya, ucapannya untuk menghabisi cowok iu tidak begitu sunggu-sungguh, dia sudah cukup hanya dengan menghajar cowok itu, dan kejadian tak terduga seperti ini sungguh tak pernah terbayang olehnya, walaupun dia tidak melakukannya, tapi kalau cowok itu mati tentu itu adalah masalah besar.

"Udah bro dia udah sekarat, dia udah mau mati kayaknya ayo buruan kabur."

Mereka semua mengangguk dengan sepakat termasuk Gibran, dia pun segera meninggalkan Alen sendirian.

"Mungkin lo lebih bagus mati," ucapnya segera pergi dari tempat itu menyusul yang lainnya.

Tamat
16 juli 2017

Yeay akhirnya ceritanya tamat. Makasih, ya bagi yang udah mau baca. Silahkan bayangin sendiri apa yang terjadi sama Alen. Nih aku kasih cogan lagi, tapi bukan Alan sama Alen. Langsung liat ke bawah, ya


Bagi yang nggak tau itu dia Finn sama Jack, sampe ketemu kapan-kapan lagi, ya bye

Sebenarnya author boong wkwk (emang garing kok, author tau) ceritanya nggak tamat, tapi bersambung. Jadi, tunggu kelanjutannya nanti siang, ya bye.






Alan Dan Alen (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang