11 Alen [Rencana A]

1K 72 0
                                    


Alen memandang Dandra dengan tampang memelas untuk tidak menyuruhnya mengajak Day berbicara. Boro-boro berbicara, mendekati gadis itu saja Alen tidak punya nyali, dia merasa tidak pantas untuk berdekatan dengan gadis seperti Day.

"Gue mohon, Dan jangan nyuruh gue deketin dia, please."

"Nggak bisa gitu dong. Lo harus berani. Jangan kayak cewek deh," ucap Day mulai mendorong-dorong Alen untuk mendekati gadis itu, tapi Alen berusaha menahan langkahnya, tapi percuma, dia hanya sendiri dan Dandra bersama Riva pacarnya. Mana Alen bisa menang.

"Lain kali aja deh," ucap Alen yang masih terus menolak, tapi Dandra menggeleng.

"kayak banci lo, Len cuma ngobrol sama cewek aja nggak berani. Cupu lo ah," ucap Riva berapi-api, dia gemas sendiri dengan tingkah Alen yang malu-malu tapi sebenarnya mau.

"Halah, lo lebih cupu dari gue kali, Va Nggak inget siapa yang ngejar-ngejar lo dan menyatakan perasaan suka secara terang-terangan? Lo mah beraninya main surat doang," balas Alen sewot pada Riva, dia tidak terima dikatakan cupu dengan cowok yang lebih cupu darinya.

"Yah, kalo itu beda ceritanya," ucap Riva yang malah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Udah deh, kalo kalian berdua ngomong terus kapan si Alen deketin Daynya? Kalo lo kayak gini lo bakalan kalah dari saudara lo sendiri, len! Yang berani dong, tapi ngakunya cowok!" teriak Dandra yang tampaknya sudah kesal dengan sikap Alen yang kayak gitu.

"Tuh, 'kan cewek gue jadi marah," ucap Riva sambil menenangkan Dandra dan malah dapat serangan maut dari Dandra.

"Kamu diem aja deh," balas Dandra menatap tajam pada Riva dan cowok itu terbungkam seketika.

Dengan berat hati Alen berjalan mendekati Day yang sedang fokus memotret kupu-kupu yang hinggap di atas bunga. Kebetulan mereka sedang berada di luar. Alen yang merasa ragu terus bergerak hingga benar-benar dekat dengan gadis itu. Sedangkan Dandra dan Riva sibuk mengintip dari balik bunga-bunga.

"Hai," sapa Alen sambil tersenyum canggung pada Day, dan jujur bunyi jantungnya sudah tak karuan sekarang, dia mencoba berusaha bersikap keren di hadapan Day.

"Oh hai, Alen, kan?" tanya Day dengan senyum yang masih sama ditujukannya pada Alan.

"Eh, iya kok lo bisa tau, sih?" tanya Alen yang heran sendiri. Setahunya dia tidak seterkenal Alan yang memiliki kenalan di mana-mana.

"Tau aja. Emang nggak boleh?" tanya Day yang kini tersenyum lagi. Senyum nomor empat paling manis setelah senyum Dandra tentunya.

"Boleh, sih, tapi," ucap Alen yang malah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Day yang menyadari kekikuakan Alen mencoba memahami situasi. Orang seperti Alen harus dihadapi dengan seramah mungkin agar tidak berfikir kalau lawan bicaranya tidak menyukai dirinya. Karna orang seperti Alen lebih sering menerka-nerka dibanding bertanya terlebih dahulu. Kalau dia bersikap cuek. Alen akan berfkir kalau kehadiran dirinya mengganggu padahal tidak mengganggu sama sekali.

"Santai aja kali, nggak usah canggung gitu. Gue nggak makan orang kok," ucap Day tertawa memecah keheningan antara dia dan Alen. Alen hanya menanggapi ucapan Day dengan senyuman karna dia tidak tahu lagi mau berbicara apa. Alen tidak terbiasa mengajak orang lain berbicara terlebih dahulu.

Dandra yang melihat kekikukan Alen hanya menghentakkan kakinya kesal, dan tanpa sengaja dia malah menginjak kaki Riva.

"Aduh! Sakit, Ra kamu masih marah, ya sama aku?" tanya Riva memasang raut wajah bersalah.

"Enggak kok, aku nggak marah sama kamu Cuma lagi kesel aja sama Alen," ucap Dandra mengelus-ngelus rambut Riva untuk menenagkannya. Cowok itu akan bersikap seperti anak kecil jika sudah bersamanya.

"Iya, Alen emang ngeselin, sih orangnya," ucap Riva yang malah ikutan kesal juga.

"Bantuin si Alen aja, yuk?" ucap Dandra sambil menarik pergelangan tangan Riva.

Riva dan Dandra sudah berada dekat dengan Alen dan menepuk bahu cowok itu pelan seolah mereka baru saja mencarinya.

"Lama amat, sih lo Len! Katanya cuma sebentar," ucap Dandra sambil memasang wajah kesal seolah dia marah pada Alen. Alen yang tidak tahu dengan perubahan rencana ini hanya mengkerutkan dahinya heran seperti bertanya 'ada apa ini?'

"Eh, ada Dayara, ikutan kami yuk? Ke kafe pelangi, nggak jauh dari sini kok," ucap Riva seolah baru menyadari kehadiran Day di antara mereka berdua, dan saat itulah Dandra menjalankan Rencanya, dia menyikut Alen dengan begitu kuat seolah memberi kode agar cowok itu mengerti situasi.

"Eh, iya Day ikutan yuk," ucap Alen yang tidak tersenyum canggung lagi kini dia sudah menunjukkan senyum aslinya, senyum yang memiliki lesung pipi di antara dua pipinya.

"Senyum lo ingetin gue sama abang gue," ucap Day sambil tersenyum manis, dia tidak menyangka senyum Alen jauh lebih manis dari senyum Alan.

Alan Dan Alen (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang