3 Sepuluh Tahun [Kedatangan Alden]

1.8K 121 4
                                    


Sebuah truk memasuki pekarangan rumah di sebelah rumah keluarga Alen, dan beberapa saat kemudian sebuah mobil memasuki pekarangan rumah itu dan beberapa orang turun dari mobil. Alan yang mengintip dari jendela kamarnya merasa penasaran apalagi dia melihat seorang anak cowok yang sebaya dengannya turun dari mobil tersebut. Anak cowok itu memegangi bola kaki yang dijepit di bawah lengan tangannya. Tampaknya anak cowok itu tidak mau melepaskan bola kakinya barang sedetikpun.

"Alden, pegangin Naufal. Bunda mau ngurus silvi dulu," ucap seorang wanita yang tampaknya sebaya dengan bundanya.

"Iya," ucap anak cowok itu sambil meletakkan bola kakinya di bawah."

Alan merasa tertarik dengan anak cowok itu, dia ingin menjadi temannya karna dia bosan selalu bermain bersama Alen.

"Alan liatin apa?" tanya Alen yang ikut menempelkan wajahnya di kaca jendela.

"Liatin tetangga baru, main ke sana yuk," ucap Alan sambil memandang Alen yang terlihat enggan dan takut untuk ke sana.

"Kenapa? Takut diculik?" tanyanya pada Alen, dan cowok itu hanya mengangguk.

"Nggak papa, Alen. Itu kan tetangga kita, pasti nggak jahat," ucap Alan meyakinkan, tapi tampaknya Alen memang tak ingin ikut sampai Alan melihat kedua orangtuanya berbicara dengan tetangga baru itu.

"Tuh liat. Bunda sama ayah aja ke sana."

Tak ada pilihan lain bagi Alen yang harus dia lakukan adalah ikut bersama saudaranya untuk menemui tetangga baru itu.

"Kamu suka main bola, ya?" tanya Alan pada anak cowok yang memegang bola tadi, dan anak cowok itu mengangguk.

"Iya, suka," ucapnya sambil tersenyum, dan Alan membalas senyuman itu.

"Nama aku Alan."

"Alden," ucap anak cowok itu sambil menjabat tangan Alan.

Sedangkan Alen hanya diam di samping bundanya, dia tidak mau memperkenalkan diri ataupun mendekati Alden seperti Alan.

"Alen, sini," ucap Alan sambil menggerakkan jari tangannya sebagai perintah untuk ke sana, tapi Alen menggeleng, dia tidak mau berkenalan. Padahal, usianya sudah sepuluh tahun, dan seharusnya dia sudah tidak bersikap seperti anak-anak yang baru berumur lima tahun.

"Kalian mirip," ucap Alden sambil memandangi Alan dan Alen secara bergantian.

"Namanya Alen, dia saudara kembar Alan."

"Pantesan mirip," balas Alden sambil tersenyum pada Alen, tapi Alen malah memberikan senyuman canggung.

***

Semenjak kedatangan Alden sebagai tetangga baru mereka. Alan lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak itu ketimbang bermain dengan saudaranya sendiri. Biasanya mereka berdua akan duduk di ruang keluarga sambil bermain robot-robotan, tapi tidak lagi setelah Alan merasakan asyiknya mendapat teman. Hal itu membuat Alen merasa kesepian karna tidak ada teman bermain. Berkali-kali Alan mengajaknya untuk bermain bola bersama Alden, tapi berkali-kali pula Alen menolak ajakan saudaranya itu.

"Alen yakin nggak ikut Alan main? Seru lho ketemu sama teman-teman yang lain."

"Nggak mau, Alen di rumah aja main robot-robotan."

"Sendiri?"

"Iya."

"Ya udah, Alan pergi main dulu, ya?" ucap Alan sambil berlalu pergi meninggalkan Alen sendirian. Padahal dia ingin bermain dengan saudaranya itu saat ini, tapi mau bagaimana lagi? kemampuan Alen yang tidak pandai bersosialisasi membuatnya terlupakan dan hanya mengurung diri di rumah seharian. Kalau teman-teman Alan datang, dia akan pergi ke kamar dan bermain sendirian. Bundanya sudah sering mengingatkan agar dia ikut bermain bersama yang lain, bukannya malah berdiam diri di kamar seperti ini.

Alan baru saja pulang bermain. Bajunya basah oleh keringat yang dihadiahi tatapan jengkel bunda karna mendapati salah satu putranya terlihat jorok dan bau.

"Kamu kalo main suka lupa waktu. Habis ini mandi, ya? Baru habis itu makan. Oh ya, jangan terlalu berisik. Soalnya Alen lagi tidur siang," ucap Bunda sambil mengacak-ngacak rambut Alan dan setelah itu membiarkan putranya pergi mandi.

Tak banyak yang bisa dilakukan oleh Alen selain berbaring di kasurnya. Tadinya, dia mau mengajak Alan main bersama, tapi tampaknya Alan sangat kelelahan setelah bermain seharian. Sehingga, dia jatuh tertidur begitu selesai makan malam bersama.

Alan Dan Alen (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang