6 Sepuluh Tahun [Yang Terlupakan]

1.4K 88 1
                                    


Alen tak bisa lagi bermain bersama Alan karna saudaranya itu sudah sibuk dengan dunianya sendiri. Yang bisa dia lakukan adalah membangun dunianya sendiri. Dunia yang hanya ada dirinya tanpa kehadiran orang lain. Tidak bunda, Alan, dan tidak pula ayah. Hanya sendiri walaupun dia tak bisa berbohong mengatakan kalau dia bahagia. Karna kenyataannya, dia sangat kesepian, dia tidak bisa bersikap santai seperti Alan saat bertemu ataupun berbicara dengan orang lain. Alen akui dia sangat payah dalam hal itu. Terkadang, dia kesal dengan dirinya sendiri yang lebih memilih untuk sendiri. Pada kenyataannya yang namanya sendiri itu tidak pernah menyenangkan, hanya sepi yang menjadi temannya, dan hanya kosong yang menjadi teman bicaranya. Tak ada yang menarik dengan sendiri, tapi itulah yang bisa dia lakukan, dan semakin lama dia akan menjadi orang yang terlupakan karna sikapnya yang tak ingin dikenal oleh orang lain.

"Hai," sapa seorang gadis yang rambutnya sengaja dikucir dua. Alen pastikan kalau gadis itu sebaya dengannya.

"Aku liat kamu sendiri terus. Nggak ada temen, ya?" tanya gadis itu yang kini sudah menunjukkan mimik wajah yang ingin tahu.

Alih-alih Alen ingin menjawab pertanyaan gadis yang duduk di ayunan sebelahnya. Alen malah diam seribu bahasa, dia tidak tahu cara memulai pembicaraan.

"Nggak papa kalo kamu nggak ada temen, aku mau kok jadi teman kamu," ucap gadis itu yang kini sudah trsenyum tulus, dan senyum tulus gadis itu tertular pada Alen. Biasanya, dia takut bertemu dengan orang lain dan tidak akan tersenyum seperti sekarang, tapi saat dia mengenal gadis ini rasanya gadis ini berbeda, dia sangat ramah dan juga baik. Banyak anak-anak yang datang ke taman bermain ini, tapi semuanya hanya sibuk sendiri dan tak menghiraukan Alen yang terduduk diam di ayunan. Berbeda dengan gadis ini yang malah menghampiri dirinya. Rasanya ada yang peduli dengan dirinya selain bunda tentunya.

Biasanya Alen akan bermain robot-robotan sendiri di rumah. Biasanya, dia akan berdiam diri di depan televisi sambil menikmati acara kartun favoritnya, tapi kini berbeda, dia ingin cepat-cepat main ke luar dan pergi ke taman bermain untuk menemui gadis itu. Gadis yang mau susah payah menjadi temannya tanpa diminta.

"Gantian, sekarang giliran kamu ayunin aku," ucap gadis itu sambil menarik kerah belakang baju Alen.

"Ya udah ayo," balasnya sambil turun dari ayunannya dan beranjak ke ayunan sebelahnya untuk mengayuni gadis itu.

Ayah yang baru saja pulang dari kafe milik keluarga mereka mendadak langsung ke kamar mandi untuk menyegarkan badannya karna dia sudah janji untuk bermain golf beberapa jam lagi dengan teman-temannya.

"Ayah tumbenan langsung mandi, biasanya juga males-malesan dulu," ucap bunda menatap heran pada suaminya itu.

"Soalnya ayah mau main golf," ucap ayah sambil masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan bunda hanya geleng-geleng tak menduga. Kebiasaan suaminya kalau sudah berhadapan dengan golf dan memancing.

***

Alan masih sibuk dengan kelereng di tangannya, dia ingin bermain permainan itu, tapi tidak tahu cara memainkannya. Yang dia tau hanya cara menerbangkan layang-layang, dan bermain robot-robotan bersama saudaranya.

"Main yang lain aja," ucapnya pada Alden yang sibuk mengatur strategi dan tetap fokus agar bisa menembak kelereng yang lain dan memenangkan permainan ini.

"Lagi seru, Lan entar aja deh," ucap Alden dengan penuh konsentrasi.

Bermain kelereng sudah usai. Alan dan Alden kembali pulang. Bukan untuk beristirahat, tapi untuk mengambil layang-layang karna mereka ingin menerbangkan layangan bersama yang lainnya.

"Bunda, layangan aku kok nggak ada, ya?" tanya Alan pada bundanya, dia sibuk mencari layang-layangnya yang biasa ia gantungkan di dinding kamarnya.

"Bunda juga nggak tau, Lan. Kamu yakin letak di sana?!"

"Yakin, bunda," balasnya sambil terus mencari, tapi layangannya tak kunjung juga dia temukan. Perhatiannya tertoleh pada layangan milik saudaranya dan berinisiatif untuk meminjamnya, tapi Alen tak ditemukan di manapun dan dia memillih untuk mengambil layangan itu dan akan izin nanti setelah pulang bermain.

"Bunda, Alan pergi main dulu, ya? Oh iya bilangin sama Alen nanti, kalo layangannya aku pinjem!" teriak Alen dari pintu luar. "Iya, nanti bunda bilangin, tapi kamu nanti balik, ya pas makan siang?" tanya bunda sambil melihat Alan pergi dari teras rumah.

Alan Dan Alen (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang