5 Lima Belas Tahun [Melihat Dia]

1.6K 92 4
                                    


Sejak masa orientasi siswa Alen sudah terpana dengan satu sosok yang selalu terlihat ceria dan girang setiap saat, dia adalah Day. Nama lengkpnya Dayara, tapi orang-orang lebih suka memanggilnya Day. panggilan yang unik menurut Alen. Selain tipe pribadi yang riang gadis itu juga cantik, dan jika tersenyum akan terlihat sangat manis, tapi Alen merasa tidak percaya diri untuk mendekati gadis tersebut karna dia yakin Day tidak akan mau dengan cowok aneh seperti dirinya. Aneh dalam artian kata takut pada orang lain termasuk perempuan. Alen sendiri tidak tahu kenapa memiliki kepribadian yang seperti itu, dia tidak benar-benar takut pada perempuan, tapi jika mendapati perempuan yang asing apalagi jumlah mereka banyak Alen merasa tidak nyaman dan takut entah apa penyebabnya, tapi dia tidak merasakan hal itu pada Dandra walaupun awalnya dia sangat canggung.

"Liatin siapa, sih, Len?" tanya Dandra sambil menyikut cowok itu.

"Nggak liatin siapa-siapa kok," balas Alen yang tentu saja berbohong.

"Boong lo keliatan. Gue tau lo lagi liatin siapa."

"Siapa coba?"

"Day, lo liatin dia dari tadi, dan jangan kira gue nggak tau."

"Perhatian amat lo sama gue sampe diperhatiin segala," ucap Alen yang entah sejak kapan memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi seperti ini.

"Gue kasian aja sama lo," balas Dandra yang lagi-lagi menyikut Alen dengan sengaja.

Day yang dari tadi asyik berbicara dengan sahabatnya tidak mengetahui kalau dia difoto diam-diam oleh Alan lewat kamera ponselnya. Alan mulai menyukai gadis itu sejak pertama kali dia melihat senyum gadis itu saat berbicara dengan Aqsal. Day dan Aqsal itu adalah sepupu. Jadi, wajar saja mereka dekat, dan semenjak itu Alan banyak mencari tahu tentang Day lewat Aqsal yang tentu dengan senang hati akan diberitahu oleh Aqsal.

"Langsung tembak aja kali, Lan. Lo kayak banci kalo kayak gini," balas Aqsal yang entah sudah sejak kapan berada di belakangnya.

"Main nembak aja. Yang ada dia ilfeel sama gue kalo kayak gitu," ucap Alan yang malah menoyor kepala Aqsal tanpa rasa belas kasih.

***

Alan baru saja memasuki kamarnya yang kebetulan sama dengan kamar Alen. Hanya saja beda ranjang. Orang tua mereka memang sengaja membiarkan mereka berada di satu kamar yang sama agar lebih dekat dan akrab nantinya.

"Len, gue jatuh cinta," ucap Alan pada kembarannya yang kini tengah sibuk dengan ponselnya. Apalagi yang dilakukan Alen dengan ponselnya kalau bukan main game. Karna tidak mungkin kembarannya itu berkirim pesan dengan teman atau semacamnya.

"Gue juga lagi jatuh cinta, Lan," ucap Alen yang kini sudah mengalihkan perhatiannya dari ponsel, dia tidak ingin kehilangan momen lamgka seperti ini karna semenjak Alan mengenal Alden dan usia mereka beranjak remaja, mereka berdua jarang berkomunikasi karna Alan lebih sering menghabiskan waktunya di luar bersama teman-temannya dibandingkan dengan saudaranya.

"Kok kita bisa samaan, ya?" tanya Alan dengan kening berkerut tanda heran. Sedangkan Alen hanya mengangkat bahunya tak peduli.

"Siapa cewek yang udah buat lo suka itu, Len? Dandra?" tanya Alan yang kini sudah mengkerutkan dahinya tanda penasaran.

"Bukan, gue bakalan ngasih tau ke lo kalo umur gue udah tujuh belas tahun."

"Maksud lo, kita?" Lagi, Alen mengangguk.

"Kalo gitu gue juga sama," balas Alan yang kini sudah beranjak dari tempat tidurnya hendak pergi lagi.

"ke mana?" tanya Alen dengan penuh penasaran.

"Biasa, ngumpul bareng temen. Gue duluan, ya?" dan lagi-lagi Alen hanya mengangguk. Sebatas itu mereka saling berbicara.

Bunda yang memperhatikan hubungan kedua putranya hanya bisa menghela napas karna tidak mungkin kedua anaknya selalu bersama walaupun mereka itu kembar, mereka memang kembar, tapi mereka memiliki kepribadian yang berbeda, dan tidak mungkin Alan hanya menghabiskan waktunya bersama Alen karna dia memiliki dunianya sendiri begitupun dengan Alen. Bunda tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya karna takut hubungan kedua putranya renggang dan berakhir dengan tidak saling berkomunikasi. Karna kalau hubungan antara dua belah pihak renggang yang namanya kedamaian dan kerukunan pasti tidak ada lagi. Bunda ingin kedua putranya lebih sering menghabiskan waktu bersama agar saling mengenal dan mengerti satu sama lain. Walaupun bunda masih bisa melihat kedua anaknya yang masih memiliki perasaan peduli, tapi bagi bunda itu belumlah cukup, dia ingin lebih. Ingin kedua putranya seperti dulu lagi. selalu menghabiskan waktu bersama walaupun salah satu dari mereka jahil kelewatan. 

Alan Dan Alen (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang