35 Cerita Mereka

1.6K 62 10
                                    


Dandra duduk bersilang di atas kasur sambil memeluk bantal di genggamannya, ia ingin bercerita banyak hal pada Gadira, ini menyangkut tentang Alen. Sahabatnya yang hingga saat ini belum sadarkan diri di rumah sakit.

"Gad, gue mau cerita tentang Alen sama lo," tembak Dandra langsung, dia malas untuk berbasa basi saat ini.

"Ya, cerita aja," balas Gadira sambil mengalihkan dirinya dari novel yang baru dibelinya kemarin.

"Lo tau nggak, dia itu pernah cerita sesuatu sama gue. Tentang seseorang yang mungkin ada di masa lalunya dia," ucap Dandra yang kini sudah mulai serius, dia ingat betul hari itu. Hari di mana Alen menangis di hadapannya.

"Maksud lo?" tanya Gadira sambil mengkerutkan dahinya bingung.

"Ya, maksud gue, ya gitu. Duh, gimana gue ngejelasinnya, ya," ucap Dandra sambil menggaruk puncak kepalanya yang sudah jelas-jelas tidak gatal.

"Ya, maksud yang gimana? Gue bingung," balas Gadira lagi. Kini lipatan di keningnya bertambah banyak dari yang tadi.

"Alen pernah bilang gini sama gue, dia bilang senyum gue itu mirip seseorang, tapi ..."

"Siapa orang yang lo maksud? Masa, sih senyuman lo pasaran," ucap Gadira yang sudah tak sabaran untuk tahu seseorang yang di maksud Dandra.

Dandra menatap jengkel pada Gadira, sedangkan gadis itu memasang wajah polos tak berdosa membuat Dandra ingin mencubitnya dengan keras.

"Makanya kalo orang lagi ngomong itu jangan dipotong, dengerin aja dulu ampe selesai."

"Iya, lo lanjut deh ceritanya."

"Tapi gue nggak tau seseorang yang dia maksud itu siapa, terus dia bilang sama gue kenapa gue nggak inget dia. Gue jadi bingung dibuatnya, dia bilang apa gue nggak inget sama taman, mahkota bunga, cincin rumput, sama ...." Perkataan Dandra terhenti seketika, bukan karena Gadira memotong ucapannya, tapi karna dia enggan untuk melanjutkannya, tapi Gadira terus saja memaksa.

"Sama apa, Dan? Jangan gantung gitu dong, gue nggak suka," ucap Gadira kesal. Barang kali dia sudah terlalu penasaran.

"Bukan gitu, Gad, tapi kalo gue bilang lo jangan motong ucapan gue, ya? Apalagi berpikiran yang macam-macam."

"Iya-iya, lanjut deh cerita lo."

Dandra menghela napasnya untuk beberapa saat. Lalu menghembuskannya dengan pelan.

"Dia bilang apa gue nggak inget sama taman, mahkota bunga, cincin rumput, dan ... ciuman," ucap Dandra pelan di saat dia mengucapkan ciuman.

"Apa? Ciuman? Lo pernah ciuman sama dia? Astaga, Dandra!" teriak Gadira histeris. Terdengar berlebihan memang, tapi begitulah kenyataannya.

"Ish, nggak usah pake teriak-teriak kali, gue nggak pernah ciuman sama dia. Gue tau dia aja pas kelas satu SMP."

***

Hening di antara mereka berdua, baik Dandra ataupun Gadira sibuk dengan pikiran masing-masing, tapi Gadira mendadak menyadari satu hal. Kenapa ucapan Alen sama seperti kisah dia di masa lalu bersama bocah tanpa nama itu? Apa mungkin bocah itu Alen?

"Dan, kayaknya gue tau siapa cewek yang dia maksud," ucap Gadira mentap Dandra lekat, dan gadis itupun segera menoleh padanya hendak melontarkan kata-kata, tapi kata-kata itu terpaksa ditahannya karna bunyi dering telpon yang mendadak, dan itu dari Alan.

"Iya, halo."

"..."

"Ha, Alen kenapa?"

¤¤¤

Akhirnya aku bisa update juga, sekian lama menelantarkan Alen yang terluka wkwk.
Tenang, bentar lagi ceritanya end kok. Pengennya sad atau happy? Kalo nggak ada yg jawab author bikin sad aja kali, ya kayaknya seru apalagi kalo ending gantung pasti tambah seru lagi. Udahan, ya entar bacotan author tambah panjang.

Tunggu part terakhir besok, tapi nggak janji wkwk

Alan Dan Alen (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang