14 Alen [Rencana B]

946 60 0
                                    

Berbeda dengan Alan yang mengajak Day ke kafe miliki keluarganya sendiri. Alen mengajak Day ke kedai es krim. Tempat biasa yang dia kunjungi sejak umur sepuluh tahun. Kedai yang menjadi tempat favoritnya dengan gadis itu. Gadis yang menghilang begitu saja dari kehidupannya, dan bodohnya dia tidak mengetahui nama gadis tersebut begitupun sebaliknya, karena ketika berteman mereka tidak terbiasa memanggil nama masing-masing.

"Lo sama saudara lo itu kok bisa tau tempat-tempat asyik, sih? Jujur, baru pertama kali gue ke sini, dan itu sama lo," ucap Day sambil melihat-lihat ruangan kedai ini yang dindingnya dicat dengan warna yang berbeda dan menarik. Apalagi ada stiker pohon yang ditempel di sudut dinding, dan stiker menarik lainnya yang membuat mata tak akan bosan memandangnya.

"Alan maksud lo? Kapan dia ngajak lo jalan?" tanya Alen penasarang apa mungkin kemarin?

"kemarin emangnya, dia nggak ngomong apa-apa sama lo?" tanya Day mulai menatap heran pada Alen.

"Enggak, sih soalnya pas gue tanya, dia nggak mau kasih tau," ucap Alen yang mengangkat bahunya tak acuh. Walaupun, dia penasaran apa saja yang terjadi kemarin, dan ke mana Alan mengajak Day pergi.

Di meja yang terletak di sudut tepat di dekat stiker pohon ditempel. Riva dan Dandra duduk untuk memata-matai Alen yang tentu saja memberitahu mereka berdua kalau dia mau mengajak Day jalan hari ini, dan Dandra sudah siap siaga untuk memantau perkembangan Alen. Maunya, sih Alen nyatain perasaannya langsung ke gadis itu, tapi Dandra tidak yakin kalau Alen seberani itu.

"Va, menurut kamu Alen berani nggak, sih nyatain perasaannya sama Day?"

"Mungkin," ucap Riva yang sibuk menikmati es krimnya. Maklum, di luar sangat panas dan memakan eskrim bukanlah pilihan yang buruk.

"Ih, kamu tuh kalo udah ketemu es krim langsung deh lupa sama dunia," ucap Dandra karna Riva merespon ala kadarnya.

Bukannya merasa bersalah Riva malah tercengir lebar.

"Habisnya gerah, sih," ucap Riva yang kembali menyendok es krimnya dan mengarahkannya pada Dandra.

"Nih, dimakan dulu biar hati kamu adem."

"Kamu tuh, ya bisa aja balikin suasana hati aku yang kesel jadi seneng gini," balas Dandra sambil menerima suapan es krim dari Riva. Untuk beberapa saat mereka melupakan aksi mereka memata-matai Alen.

Seseorang duduk di meja yang tidak jauh dari tempat Alen dan Day duduk, mata coklatnya memandang tak suka pada Day, dan setelah itu tersenyum miring. "Murahan," desisnya pelan dan kembali menyuap es krim ke dalam mulutnya, dia terus memantau kedua orang itu, dan berpura-pura menjadi pengunjung yang menikmati suasana kedai seperti pengunjung lainnya, dan mendadak perhatiannya tertuju pada dua orang yang duduk di meja sudut dan menyipitkan matanya kalau penglihatannya tidak salah kalau Itu Dandra, dan dia buru-buru beranjak sebelum gadis itu melihat kehadirannya karna kalau gadis itu tahu habis sudah dirinya.

"Gimana es krim buahnya, enak?" tanya Alen sambil menyendok es krimnya.

"Buahnya terasa banget, seger," ucap Day sambil tersenyum lebar, dia menikmati setiap es krim yang masuk ke dalam mulutnya.

"Lo udah gede, tapi makan eskrim masih aja belepotan," ucap Alen sambil mengambil tisu dan melapkannya pada sudut bibir Day, dan Day hanya tersenyum mendapat perlakuan yang seperti itu. Ditambah lagi dengan debaran jantungnya yang tak karuan. Mendadak dia jadi gugup dan menyudahi menyendok es krimnya.

"Gue ke wc dulu, ya? Kebelet," ucap Day yang tentu saja berbohong, dia mencoba untuk menenangkan jantungnya yang tak henti berdebar-debar.

Day buru-buru ke kamar mandi. Memandang dirinya di cermin, dan mulai memegang dadanya, debaran itu masih terasa hingga sekarang, sampai dia dikagetkan dengan kehadiran Sita yang baru memasuki kamar mandi dan bercermin untuk memberi bedak tipis pada wajahnya.

"Lho, ta lo kok di sini?" tanya Day kaget bercampur Heran.

Sita yang melihat kehadiran Day mendadak gugup dan mencoba untuk tersenyum agar Day tidak curiga kalau dia membuntuti Sahabatnya beberapa menit setelah motor Alen melaju.

"Gue kebetulan lewat soalnya di luar panas, ya gue mampir ke sini," ucapnya sambil tersenyum senatural mungkin. Berharap Day tidak curiga, dan setelah itu mengelus dadanya lega. Hampir saja ketahuan.

Alan Dan Alen (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang