21 Terlihat

936 63 0
                                    


Alen baru saja memasuki kelas. Semenjak dia menerima surat dari orang misterius itu, dia selalu memeriksa lacinya ketika datang, dan sekarang lacinya kosong. Tidak ada apa-apa selain bekas bulatan kertas yang belum dia buang.

Seseorang berjalan diam-diam menuju lorong kelas Alen, di antara jari jemarinya terselip sebuah amplop yang berisi surat yang ditujukan untuk Alen, dia masuh melangkahkan kakinya pelan, dan sedikit mengintip ke jendela, dia terkejut begitu melihat Alen yang hendak berbalik untuk membuang sampah. Seseorang itu ingin segera pergi, tapi terlambat. Alen sudah lebih dulu melihatnya, hal itu membuatnya gugup dan buru-buru berlari dari sana.

Alen yang melihat perempuan itu segera berjalan keluar, dan dia tidak melihat siapa-siapa selain sebuah amplop yang tergeletak di lantai dekat jendela. Alen buru-buru memungut amplop itu, dan mencoba melihat-lihat ke kiri dan ke kanan mencoba mencari si pemilik amlop, tapi tidak ada siapa-siapa yang dia temui hanya hembusan angin yang mendadak membuatnya merinding. Alen buru-buru masuk ke kelasnya dan segera membuka amplop itu untuk tahu apa isinya, dan dia terkejut melihat amplop itu berisi sebuah surat.

Aku selalu menunggu, menunggu kamu menyadari keberadaanku, tapi itu tidak mungkin, karena diriku yang tak ingin kamu ketahui.

Untukmu
Alen

Dandra yang diam-diam masuk kelas, dan ikut membaca isi surat itu tersenyum senang, akhirnya Alen ada pengagum rahasia juga.

"Ciee Alen, gue nggak nyangka," ucap Dandra yang spontan membuat Alen berbalik, dia tidak menyangka kalau Dandra sudah ada di belakangnya dari tadi, dan bodohnya dia tidak menyadari akan hal itu.

"Apaan, sih Dan," ucap Alen yang buru-buru menyimpan suratnya walaupun itu percuma.

"Itu, sejak kapan lo dapet surat?" tanya Dandra ingin tahu, dia memang selalu ingin tahu banyak hal karna dia pernah membaca sebuah kata-kata yang isinya begini : Hanya perlu rasa penasaran untuk menjadi jenius.

"Jawab, Len kok diem aja, sih?" desaknya tak sabaran.

"Pas gue udah resmi jadi pacar day," balas Alen enteng, dia tidak mau ambil pusing masalah surat itu.

"Ha, serius lo? pengin jadi pho, ya tuh orang?" geram Day kesal.

"Jangan berprasangka buruk gitu sama orang lain, nggak baik," balas Alen yang masih tidak peduli dengan kehadiran surat itu, yang dia ingin tahu siapa gadis yang dia lihat tadi? Wajahnya tidak terlalu jelas terlihat karna gadis itu buru-buru kabur setelah dia melihatnya. Andai saat itu dia berada dekat jendela, dia pasti tahu siapa gadis itu.

"Iya, gue tau," balas Dandra sewot.

Mendengar perkataan Alen barusan membuat Dandra kesal sendiri, cowok itu selalu saja berpikiran positf pada setiap orang, dan mendadak dia benci dengan orang yang mengirimi Alen surat. Seharusnya dia tahu kalau Alen itu udah punya pacar, dan seharusnya orang itu tidak mengacaukannya seperti ini. Bagaimana kalau Day tahu? Dan si bego Alen masih saja bersikap santai seperti itu. Mendadak Dandra curiga Alen tidak benar-benar menyukai Day, itu bisa saja terjadi.

"Jangan-jangan lo nggak suka Day lagi, cuek gitu gayanya," balas Dandra sewot.

"Eh, siapa bilang? Enggak tuh," jawab Alen tak kalah sewotnya.

Menjadi pengkhianat perempuan adalah hal terakhir yang tidak ingin dia lakukan walaupun sebenarnya dia memang tidak pernah melakukan hal tercela seperti itu.

Alan Dan Alen (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang