19 Alen Dan Balon

989 63 0
                                    

Alen sedang menunggu pesanannya datang. Biasanya kalau dia bosan atau tidak ada kerjaan seperti saat sekarang, dia akan melakukan hobi keduanya. Meniup balon. Entah kenapa dia senang dengan hobinya yang satu itu, dia merasa sangat bahagia walaupun itu hanya sekedar meniup dan membuat napasnya sesak, dia tidak peduli ada di mana dan dengan siapa sekarang, yang ingin dia lakukan adalah meniup balon. Hanya itu. tidak ada yang lain.

"Alen, jangan ih, kamu itu udah gede," ucap Day dengan nada kesal.

Alen tak menghiraukan ucapan Day, dia hanya ingin meniup. Hanya ingin membuat dirinya senang, karna bahagia itu sangat sederhana, dan Day harus terbiasa dengan hobinya yang satu ini. walaupun terlihat kekanakan, tapi inilah yang dia suka.

"Kamu nggak denger, ya aku ngomong apa? Mau kuletusin balonnya?" ucap Day yang sudah siap-siap dengan jarum ditangannya.

Alen menatap Day jengkel dan berkata, "Kenapa, sih emangnya?"

"Ih, kamu itu, ya," ucap Day yang sudah geram sendiri. Alen tidak mengerti juga.

Alen tetap tidak peduli, dia terus melanjutkan kegiatannya. Persetan dengan orang-orang yang menatapnya heran sekaligus tidak peduli, yang penting dia bahagia.

"Alen, aku malu orang-orang liatin kita aneh tau," ucap Day yang sekarang sedang menundukkan kepalanya menahan malu, apalagi ada mantan musuhnya di saat dia duduk di bangku SMP dulu.

"Kenapa kamu yang malu? Kan aku yang tiup," ucap Alen masih meneruskan kegiatannya.

"Tau ah, aku mau pulang," ucap Day yang segera beranjak, dia menundukkan kepalanya ketika akan keluar dari tempat itu. Persetan dengan Alen.

Alen yang melihat kepergian Day segera menghentikan kegiatannya, dan berlari keluar untuk menyusul cewek itu.

"Kamu masih marah?" tanya Alen.

Alen sudah berusaha membujuk Day. bahkan dia sudah membelikan cewek itu es krim, colat, dan bunga, tapi tetap saja gadis itu tak menoleh padanya. Barang yang dia belikan pun tidak disentuh oleh cewek itu.

"Kalo kamu kesel sama aku bilang, jangan diem kayak gini. Aku bukan orang yang bisa ngebaca pikiran kamu, kalo kamu terus diem kayak mana aku bisa tau kesalahan aku," ucap alen yang terus saja membuntuti cewek itu.

Day menoleh, tapi hanya sekilas, tapi dia menoleh lagi dan menatap Alen dengan jengkel, dia pikir Alen itu tipe cowok yang peka, tapi keyataannya tidak. Hal yang membuat dia marah saja Alen masih bertanya.

"Kamu masih nanya? Kamu bener-bener nggak sadar sama kesalahan kamu?"

Alen menggeleng, dia benar-benar tidak tahu apa kesalahannya. Apa karna kejadian tadi? Kejadian dia meniup balon sambil menunggu pesanannya datang. Lagian, bermain dengan ponsel membuatnya bosan.

"Aku nggak suka kamu niup balon di tempat umum kayak tadi, aku tau itu hobi kamu. Alan yang cerita, tapi seenggaknya kamu ngerti dong. Ada saatnya kamu lakuin hal kekanakan kayak tadi, tapi bukan di tempat umum," ucap Day berharap cowok itu mengerti.

"Aku ngerti," ucap Alen yang berlalu pergi meninggalkan Day.

Alen merasa tersinggung dengan ucapan Day walaupun cewek itu sudah mengatakannya dengan halus, dia tahu itu hal yang dilakukan anak-anak saat berumur tiga tahun, tapi apa salahnya? Itu, 'kan kesenangannya. Alen tidak menyalahkan perkataan Day, tapi bukankah setiap orang terlahir berbeda? Lagian, yang dia lakukan adalah hal yang tidak buruk. Apakah ketika dia kelahi dengan orang lain cewek itu akan semarah tadi?

"Alen!" teriak Day sambil mengejar cowok itu.

Alan Dan Alen (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang