34 Penyesalan Selalu Datang Terlambat

1.6K 69 7
                                    


Dari judulnya udah ketahuan kali, ya ini cerita gimana 😈

Alan merasakan sangat gelisah apalagi tadi dia sempat merasakan kalau perutnya tertusuk sesuatu padahal dia sendiri tidak apa-apa, orang bilang ikatan antara anak kembar itu sangat kuat. Jika terjadi sesuatu dengan kembarannya maka kembarannya yang lain dapat merasakan. Apa mungkin ... Alan menggelengkan kepalanya. Mungkin dia terlalu khawatir sehingga berpikiran yang tidak-tidak. Tanpa pikir panjang Alen segera mengambil kunci mobil milik bundanya, dan buru-buru keluar, di luar dia bertemu dengan Dandra dan seorang gadis yang dia sendiri tidak tahu itu siapa, tapi itu bukanlah hal penting sekarang.

"Lan, Alen udah pulang? Dia sempat nelpon gue berkali-kali, tapi nggak keangkat sama gue, kayaknya dia nelpon pas gue lagi tidur, deh," ucap Dandra panjang lebar, dan hadiah dari pertanyaannya itu adalah gelengan dari Alan.

"Udah, mending kita cari dia sekarang," ucap Alan yang segera berlari ke garasi, dan mulai mengeluarkan mobilnya diikuti dengan Dandra, sedangkan Gadira disuruh Alan untuk membuka pagar terlebih dahulu, dan cewek itu menyetujuinya.

Setelah mobil keluar sepenuhnya, Gadira mulai naik, dan baru saja dia akan menutup pintu mobil, Alan sudah melajukan mobilnya, tapi Gadira hanya diam saja, dan buru-buru menutup pintu mobil tersebut.

"Dan, coba hubungi dia lagi, siapa tau Alen ngangkat telponnya, gue udah nelpon dia dari tadi, tapi telponnya nggak ada yang diangkat satupun." Dandra mengangguk, dan mulai menghubungi nomor Alen, tapi hasilnya nihil. Tidak ada respon.

"Nggak diangkat," balas Dandra tanpa bisa menyembunyikan rasa khawatirnya.

Gadira yang tidak tahu harus melakukan apa mendadak mengingat suatu tempat. Entah kenapa hatinya berkata kalau Alen berada di sana, dia terluka. Begitulah kata hatinya, yang Gadira sendiri tidak yakin, tapi apa salahnya mencoba? Iya, kan?

"Gue kayaknya tau dia di mana," ucap Gadira membuat Dandra, dan Alan yang sedang mengemudi menghadap ke arahnya.

"Lo yakin?" tanya Alan tak percaya. Bagaimana mungkin orang asing bisa tahu di mana keberadaan saudaranya, sedangkan dia sendiri tidak tahu di mana Alen berada sekarang.

"Gue yakin," balas Gadira mengangguk.

"Kalo gitu lo yang nyetir, lo pasti tau jalannya," ucap Alan yang menghentikan mobilnya, tapi Gadira menggeleng.

"Jangan buang-buang waktu, kita nggak tau gimana keadaannya sekarang," balas Gadira, dan Alan mengangguk, dia mulai melajukan mobilnya lagi.

***

Mobil melaju perlahan di jalanan sepi yang cahayanya temaram, Alan merasa tidak yakin kalau Alen ada di sini. Bayangkan saja tempat ini sangat sepi. Kendaraan tak terlihat lagi berlalu lalang bagaimana mungkin dia di sini. Iya, 'kan?

"Lo yakin dia di sini?" tanya Alan meminta kepastian.

Dandra yang berpikiran sama dengan Alan pun berkata, "Iya, Gad lo yakin?"

"Gue yakin," balas Gadira.

Alan mulai memarkirkan mobilnya di luar taman, dan mulai memasuki taman yang cahaya lampunya temaram, ketika dia akan memasuki taman itu, dia mencium bau yang khas seperti bau alkohol, dan dugaannya itu benar, dia melihat beberapa botol yang berserakan di sana, dan sepertinya ada orang yang minum-minum di sini beberapa menit yang lalu, dan kalau itu memang benar berarti.

"Kita harus cari Alen secepatnya," ucap Alan yang mulai berlari menelusuri taman yang bisa di bilang cukup luas itu.

"Gue ke arah sini, dan lo ke arah sana, Gad," ucap Dandra yang mulai berlari juga. Barangkali apa yang dikhawatirkannya tadi benar adanya.

Tempat pertama yang dikunjugi oleh Gadira adalah ayunan, ayunan tempat ia biasa bermain dulu. Tentu bersama cowok itu. Cowok masa kecilnya, dan ia kaget begitu melihat motor dalam keadaan mati terparkir di sana, dan mungkin itu motor Alen, tapi di mana dia? Gadira yakin pasti cowok itu tidak berada jauh dari sini, dia mulai mengedarkan pandangannya dari setiap penjuru, dan sebuah siluet yang tidak terlalu jelas terlihat olehnya. Itu pasti Alen batinnya yakin. Gadira pun berlari ke arah siluet itu, dan kaget begitu sampai di tempat, dia melihat seseorang yang tangannya penuh dengan darah, dan parahnya orang itu tidak bergerak lagi.

"Alen!" teriaknya yang segera berlari ke arah orang itu, dan mencoba merasakan hembusan napasnya, dan ketika ia merasakan ada napas yang terhembus di sana, dia yakin kalau Alen masih bisa diselamatkan.

"Dandra, di sini! Alen ada di sini!" teriaknya agar Dandra dapat mendengar, dan benar saja dua orang datang menghampirinya, dan sama terkejutnya dengan Gadira.

"Kita harus bawa Alen, sekarang!" teriak Alan histeris, dia segera menarik pergelangan tangan cowok itu dibantu dengan Gadira, dan Dandra. Alen harus selamat.

***

Setiap kejadian tak dapat kita hindari dengan begitu mudah, kita semua sama-sama tahu, sama-sama pernah mengalaminya. Bahwa, penyesalan itu selalu datang terlambat, begitupula yang dirasakan oleh Alan, dia menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada Alen walaupun orang-orang mengatakan kalau dia tidak salah. Semuanya terjadi karna takdir. Takdir Alen yang sudah begitu, tapi takdir tidak akan terjadi kalau hari itu, dia tidak pergi bersama Day, kalau hari itu, dia jujur pada saudaranya sendiri, kalau hari itu, dia mengejar Alen, dan mengatak maaf pada cowok itu, tapi hari itu hanyalah hari itu, karna hari itu tidak dapat diulang kembali. Waktu telah berlalu, dan hari itu pun telah berlalu juga.

¤¤¤

Perlu diketahui author bukan orang baik 😏 jadi, tunggu kelanjutan ceritanya sabtu besok wkwk author pamit dulu, ya banyak berdoa biar Alennya selamat sampe jumpa sabtu besok, nggak ada cogan lagi di akhir part author nggak nemu, udahan ya bye.

Alan Dan Alen (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang