16 Tujuh Belas Tahun [surat]

1K 57 0
                                    


Alen tidak pernah menduga kalau dia akan mendapatkan surat dari seseorang. Selama tujuh belas tahun dia hidup baru kali ini sebuah surat datang di mejanya, awalnya Alen berpikir kalau surat itu adalah surat nyasar, tapi dengan sendirinya dia menyangkal persepsi itu. Tidak mungkin surat itu ditujukan pada Dandra. Cewek itu sudah lama tak mendapat surat semenjak Riva resmi menjadi pacarnya, dan tidak mungkin pula surat itu ditujukan untuk teman sekelasnya yang duduk di bagian belakang, karena tidak mungkin seorang pengagum tidak mengetahui meja orang yang dia sukai. Rata-rata pengagum rahasia mengetahui semua hal tentang orang yang dia sukai. Bisa di bilang seorang pengagum itu lebih mengerikan dari apapun.

Baru saja Alen hendak membaca surat itu, tapi Dandra lebih dulu masuk dan menunjukkan senyum pagi harinya yang ceria. Senyum yang sangat Alen sukai karena mengingatkannya pada seseorang. Hingga kini, dia belum bisa melupakan bayang-bayang seseorang itu.

"Pagi Alen!" sapanya dengan semangat, dan hal itu membuat Alen ikutan semangat juga.

"Pagi juga, Dan tumben lo semangat kayak gini," ucap Alen menunjukkan senyum termanisnya, tapi bagi Dandra tetap senyum Riva yang paling manis walaupun itu benar.

"Pagi-pagi itu harus semangat, nggak kayak orang linglung kayak lo," balas Dandra sambil menyikut lengan cowok itu.

"Perasaan, gue biasa aja deh," balas Alen mengkerutkan dahinya.

Dandra menatap Alen dengan saksama, dia tahu ada sesuatu yang disembunyikan cowok itu darinya. Biasanya Alen tidak akan terliat seperti orang bingung di pagi hari kayak gini. Dandra tahu sifat Alen karna dia sudah mengenal cowok itu lebih dari satu tahun.

"Lo nggak bisa boong dari gue, bego!" ucap Dandra terlalu semangat. Sampai-sampai dia memukul kepala cowok itu dengan keras.

"Gue emang nggak boong. Lonya aja yang sok tau," balas Alen sambil membalas pukulan cewek tersebut.

Dandra merengut kesal, dia tidak terima diperlakukan seperti itu oleh Alen. Tidak ada yang boleh melakukan kekerasan fisik padanya walaupun dia sendiri melakukan kekerasan fisik pada orang lain.

"Gue sebel sama lo," ucap Dandra pura-pura merajuk, dia ingin Alen menceritakan sesuatu padanya walaupun dia masih tidak terima kalau cowok itu menjitaknya tadi.

Alan benar-benar kacau, dia mengacak rambutnya berkali-kali, dia masih tidak percya dengan keputusan Day kemarin. Alan merasa kalau Day tidak benar-benar menyukai saudara kembarnya. Menurut Alan, Alen bukan apa-apa dibanding dirinya. Alen itu aneh, dia tidak bisa bergaul, dan yang paling aneh lagi kalau tidak ada kerjaan cowok itu akan membeli beberapa bungkus balon untuk ditiupnya, dan kalau Alen sudah melakukan hobinya itu, dia tidak akan peduli dengan siapa, dan di mana dia berada. Memangnya apa menariknya Alen dibanding dirinya? Di mata Alan, Alen itu sebuah sampah. Sampah yang tidak berguna. Cowok itu tidak mau menunjukkan bakatnya, tidak mau berbicara kalau bukan lawan berbicaranya yang berbicara terlebih dulu, tidak mau mengikuti ekskul apapun yang ada di sekolah. Satu-satunya yang membuat Alen terlihat tidak aneh adalah hobinya bermain alat musik dan suaranya yang lumanyan bagus.

Intinya Alan tidak bisa menerima kalau gadis yang disukainya malah suka dengan saudaranya.

***

Riva tidak pernah sesibuk ini sebelumnya, biasanya dia akan duduk cantik di kantin dengan Dandra, tapi kali ini mendadak pekerjaannya menumpuk dikarenakan pr yang belum dikerjakannya satupun, dan harus dikumpulkan nanti selepas jam istirahat. Riva tidak ingin dihukum ataupun dipermalukan di hadapan teman-temannya.

"Va cepetan ih ke kantin, jam istirahat tinggal beberapa menit lagi. emang kamu nggak laper? Emang kamu nggak pengin ngelihat wajah aku yang manis ini? emang ka ...,"

"bisa diem nggak, sih, Dan? Aku lagi sibuk!" teriak Riva yang buru-buru melenggang pergi dari tempatnya duduk. Tentu saja dengan membawa buku tugasnya.

"Kita nggak usah pacaran aja!" teriak Dandra.

Cewek itu menggebrak meja dan berlalu pergi sesudahnya. Hari ini benar-benar menyebalkan.

Alan Dan Alen (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang