Pagi ini Taeyeon bangun lebih dulu dari Miyoung, ditatapnya malaikat cantiknya itu. Diciumnya kening itu dengan seutas senyum simpul, kembali ia menatap wajah damai itu dengan lamat.
Malam ini ia kembali tidur di kamar Miyoung, sudah sejak Miyoung kembali tinggal disini Taeyeon bersikeras tidur di kamar Miyoung. Katanya ia masih rindu akan Miyoung, ia tak ingin jauh dari Miyoung. Sungguh membuat Jessica heran, bisa-bisanya sahabat yang dicintainya itu sangat clingy seperti ini. Diciumnya lagi bibir ranum gadis yang masih terlelap itu, lalu diusapnya dengan ibu jari. Perlahan mata itu mulai terbuka.
"Good morning" Sapa Taeyeon sambil mengelus pipi Miyoung.
"Morning unnie" balasnya dengan senyuman. Ia sangat senang, selalu bangun dengan unnie kesayangannya yang tersenyum padanya.
"Apa tidurmu nyenyak?" Tanya Taeyeon.
"Nyenyak karna aku tau kau menjagaku. Gomawo unnie"
"Sama-sama sayang" sahut Taeyeon masih dengan senyumannya.
Mereka saling memandang satu sama lain, dengan pikiran masing-masing. Saling memperhatikan wajah satu sama lain, seakan menyimpan setiap lekuk wajah itu dalam otak mereka. Tangan Taeyeon mengelus pipi Miyoung yang merona dibuatnya, tersenyum simpul Miyoung merasa lain dalam dirinya.
Taeyeon mendekatkan wajahnya, semakin mendekat ke wajah Miyoung. Ia berhenti tepat di depan hidung adiknya, menunggu Miyoung menutup mata. Ya, gadis yang lebih muda itu menutup matanya, dirasakannya bibir lembut gadis yang lebih tua itu menyentuh bibirnya. Taeyeon hanya menempelkan bibir mereka, dilihatnya Miyoung masih menutup mata membuatnya mengambil keputusan lebih. Digerakkannya bibirnya, melumat dengan gerakan lembut. Miyoung hanya diam, namun tanpa sadar ia menikmati ciuman aneh mereka.
Bibir itu mulai membalas pagutan Taeyeon, digerakkannya bibirnya seirama dengan gerakan bibir Taeyeon. Mereka saling melumat dengan pelan, menyesap bibir satu sama lain. Taeyeon bangkit menopang tubuhnya dengan siku kanannya, sedangkan tangan kirinya sibuk mengelus rahang Miyoung. Miyoung menegang, perasaan aneh bergejolak dalam dirinya, ia tak mengerti apa yang terjadi dalam dirinya saat ini, yang ia tau ia menyukai bibir unnienya.
Taeyeon terus menyesap bibir Miyoung, menikmati lembut dan manis bibir itu. Kini lidahnya menyapu bibir Miyoung, seakan sudah mengerti Miyoung membuka mulutnya. Lidah Taeyeon kini bergerilya di dalam sana, menyapa lidah Miyoung. Mereka berperang lidah, bertukar saliva. Perbuatan tak wajar antara kakak dan adik itu terus berlanjut, tanpa sadar Taeyeon meremas payudara Miyoung. Desahan kecil Miyoung lolos dari ciuman mereka, seketika Taeyeon tersadar. Ia berhenti, mematung di bibir Miyoung.
Ia benar-benar merasa buruk, ia seharusnya dapat menahan diri. Ini yang paling ditakutkannya jika tidak bersikap dingin lagi pada gadis yang ada di bawahnya saat ini, ia tak dapat menahan diri. Dilepaskannya penyatuan mereka, saliva mereka yang menjadi satu menali seiring terlepasnya dua bibir yang membengkak itu.
Taeyeon tak dapat berkata apa-apa, tak berani pula menatap Miyoung. Ia tak sanggup menggerakkan tubuhnya, walau saat ini tubuhnya masih setengah menindih Miyoung. Taeyeon benar-benar marah pada dirinya, tubuhnya bergetar. Ditindihnya tubuh Miyoung sepenuhnya, menyembunyikan wajahnya pada bantal di samping kepala Miyoung. Miyoung dapat merasakan bahwa kini Taeyeon sedang menangis, ia tak ingin Taeyeon menangis dan tak tahu kenapa unnienya itu menangis. Dipeluknya tubuh unnienya itu, diusapnya punggung Taeyeon memberikan kenyamanan untuknya.
"Wae?" Tanya Miyoung lembut.
Taeyeon masih saja menangis, masih menyembunyikan wajahnya pada bantal. Miyoung mempererat pelukannya, ingin menyampaikan bahwa apapun yang tengah dirasakan oleh gadis yang lebih tua itu Miyoung akan selalu di sampingnya untuk memberi kekuatan. Taeyeon kini bergerak membuat posisi mereka semakin intim, kini wajahnya berada di lekukan leher Miyoung.
"Apapun yang unnie rasakan saat ini, kegundahan apapun itu unnie bisa berbagi padaku. Jangan menyiksa diri unnie lebih banyak lagi, aku sungguh menyayangimu unnie" ujar Miyoung berharap Taeyeon tak menyimpan kesusahannya sendiri.
Namun tak mungkin rasanya Taeyeon mengatakan bahwa dirinya telah sangat jatuh cinta pada adiknya sendiri, ia tak ingin merusak hubungan mereka yang baru saja membaik setelah berbelas tahun lamanya memburuk.
"Menangislah sampai unnie puas" Miyoung masih mengusap punggung Taeyeon, sesekali dielusnya rambut unnienya itu.
"Myong-ah.." suara Taeyeon sangat serak, sangat bergetar dan lirih.
"Ne unnie, ada apa?"
"Mianhae.."
"Untuk apa?"
Taeyeon tak menjawab lagi, ia bangkit dari tubuh Miyoung. Beranjak dari tempat tidur begitu saja membuat Miyoung heran. Selangkah Taeyeon pergi Miyoung kembali menarik tangan Taeyeon hingga gadis itu terduduk di tempat tidur.
"Kau minta maaf atas ciuman kita tadi kan? Tak apa Taetae kau tidak salah, aku juga salah telah membiarkanmu. Jadi tidak usah menghindariku lagi, sudah cukup kau menjauhiku 12 tahun kemarin" perkataan Miyoung begitu jelas, begitu menjelaskan bagaimana mereka yang diinginkannya.
"A-aku yang memulainya, sebagai unnie yang lebih tua darimu seharusnya aku tak melakukan itu padamu. Aku masih tak pantas kau panggil unniemu m-"
"Sudah, anggap saja itu tidak pernah terjadi. Toh aku tak masalah, aku menikmatinya pula" ucap Miyoung dengan senyum ringannya.
Taeyeon blank, apa maksud anak ini dia juga menikmatinya? Taeyeon tak mau geer bahwa perasaannya selama bertahun-tahun yang dipendamnya ternyata berbalas. Tapi ia tak bisa menyembunyikan ke-geer-an-nya mendengar pengakuan adiknya itu. Ditatapnya wajah yang masih tersenyum padanya itu, wajah kesukaannya, wajah paling cantik di seluruh dunia karna kini eommanya telah tiada jadi Miyoung naik pangkat sekarang.
"Sekarang kan sudah pagi, apa mau kita mandi bersama seperti kita kecil dulu?" Tanya Miyoung. Ntah sungguh-sungguh ntah menggoda unnienya itu, perkataan Miyoung membuat Taeyeon susah menelan ludah.
"Hahaha dasar unnie lucu, sana mandi di kamarmu aku juga akan mandi di kamar mandiku. Kalau berdua yang ada mandi siang bukan mandi pagi" Miyoung beranjak dari tempat tidur meninggalkan Taeyeon yang masih mematung.
"Kau sudah besar Miyoung" gumam Taeyeon dengan senyum tipisnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~
"Mwoyaaa?" Pekik Taeyeon saat membuka pintu kamarnya.
Kelima makhluk dihadapannya masih tertidur pulas diatas ranjang king size Taeyeon, berserakan seperti kain yang belum disetrika. Namun tidak ada yang bangun, hanya Yoona yang tersentak sebentar karena pekikannya tadi. Antara kesal namun tidak jadi, Taeyeon tersenyum melihat Jessica tidur dengan memeluk Yuri. Ia berdoa semoga saja Jessica dapat melupakan perasaannya padanya dan membalas ketulusan Yuri.
Taeyeon beralih ke kamar mandinya, ia memutuskan untuk mandi saja daripada memarahi kelima tikus berisik itu. Tak henti ia memikirkan kejadian pagi ini, serta perkataan Miyoung yang ambigu. Apa maksudnya? Taeyeon berpikir keras memikirkan maksud perkataan Miyoung. Ia sempat berpikir akan bertanya pada Jessica, namun itu akan membuat Jessica jadi besar kepala karna apa yang diduganya bertahun-tahun ini ternyata benar. Bahwa ia, jatuh cinta pada adiknya sendiri.
"Sudahlah mungkin ia hanya menikmatinya karna ia memang penasaran bagaimana rasanya berciuman" pikir Taeyeon melanjutkan mandinya.
##################
Ga end kok. Semangat buat yg UTS!!!
Love you all❤
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] I Just Wanted You To Love Me
Fanfiction"BAGAIMANA AKU AKAN BAIK-BAIK SAJA MELIHAT DIA BERCINTA DENGAN PACARNYA ITU?! HUH?!" ~~~~~ I just wanted you to love me, and now I got more than what I'm asking for. Gomawo, kau akan selalu menjadi malaikatku. My Sweet Taetae... ((Yuri)) 17+