1 : The Twins

1K 82 4
                                    

Suara lonceng-lonceng berbunyi bersahutan disertai cicitan burung burung, menandakan telah pukul tiga tepat.

Di saat yang sama, di sebuah kerjaan, dua anak kembar lahir, dengan terpisahkan jarak beberapa menit saja.

Seluruh rakyat tampak bahagia mendengar sang pangeran dan putri kecil telah lahir.

Tangis bahagia pecah dari sepasang raja dan ratu, anak mereka telah lahir. Sepasang kembar kecil yang sangat mirip...

Semesta seakan bahagia mendengar kabar itu....

Tanpa tahu,

Mala petaka yang akan datang...

*******

"Len, Leeeen!!" Gadis kecil itu berteriak, berusaha memecahkan fokus kembarannya dari buku.

"Ada apa Rin? Kenapa kau teriak-teriak seperti itu?" Seseorang yang dipanggil dengan sebutan Len itu menyahut, sembari mengalihkan pandangannya dari buku.

"Kau sibuk sekali dengan buku-buku itu, ayo kita bermain!" Ajak Rin.

Len berfikir sejenak, mana mungkin dia menolak ajakan saudara kembar manisnya ini.

"Baiklah, ayo kita bermain. Kau ingin main ke mana?" Tanya Len.

Mata Rin berbinar saat Len menerima ajakannya. "Ayo bermain di taman belakang istana!"

"Kau sudah izin ke ibu atau ayah?"

"Hm ...," Rin berfikir sejenak, "belum," sambungnya sambil menggelengkan kepala polos.

"Kau ini...," ucap Len menghela nafas. "Yasudah, ayo kita kesana. Tetapi setelah izin"

*****

"Waaa, Leeeen!! Bunga-bunga di sini bagus ya!!" Rin mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru taman.

"Hati-hati, nanti kau akan terjatuh jika berlarian seperti itu!" Len berteriak, memperingati Rin yang tengah berlarian tanpa memperhatikan jalan.

Bruk!

"A-aduh...," eluh Rin saat dirinya terjatuh karena tersandung akar yang mencuat dari permukaan tanah.

"Baruku peringatkan sudah jatuh saja," ucap Len seraya menghampiri Rin. "Kau tidak apa-apa?"

Rin mengangguk, tapi matanya tidak akan berbohong. Len tahu itu sakit, karena mata Rin berkaca-kaca.

"Sudah-sudah, jangan menangis. Rin itu kuat," ucap Len mengelus pucuk kepala Rin.

"Ne Len...."

"Ya?"

"Kau, akan ada di sisiku selamanya, 'kan?" Rin menatap mata Len, matanya masih sembab walau dirinya sudah tidak menangis.

Len yang mendengar pertanyaan itu pun lantas tersenyum, "Tentu saja! Aku akan selalu berada di sisi Rin. Walau pun dunia menentangmu, aku akan terus berada di sisimu! Sampai kapan pun!"

Rin pun tersenyum mendengar jawaban Len. Rin mencabut beberapa bunga dan merangkainya.

"Kau sedang apa?" Tanya Len melihat tangan Rin yang merangkai bunga bunga.

"Merangkai bunga," jawab Rin. "Ini, untuk len!" Rin menyodorkan rangkaian bunga yang selesai dibuatnya ke Len.

Len pun menunduk mensejajarkan dirinya dengan Rin. Rin pun segera memasang rangkaian bunga yang dibuatnya ke kepala Len.

"Sudah selesai bermainnya?" Tanya Len.

"Sudah! Ayo kembali!" ucap Rin bangkit dari duduk di rumputnya diikuti Len yang juga bangkit.

Mereka pun segera keluar dari taman istana dan masuk ke dalam istana.

Di sana, mereka melihat ayahnya tengah terburu-buru dan lansung mengangkat tubuh Len yang memang kecil.

"Ne ayah! Kenapa Len dibawa pergi?!" Tanya Rin mengejar ayahnya.

Ibu mereka datang, menahan tubuh Rin yang berusaha mengejar ayahnya.

"Ibu! Kenapa Len dibawa pergi oleh ayah?!" Rin sesenggukan, air matanya kembali terjatuh.

"Ibu dan ayah telah berpisah sayang. Ini keputusan kami berdua. Ayahmu akan membawa Len bersamanya dan kau akan tetap tinggal di sini bersama ibu," ucapnya.

"Ta-ta-tapi kenapa harus memisahkan kami berdua! A-aku ingin Len terus bersamaku!!" Ucap Rin memberontak.

"Dengar Rin sayang, ayah dan ibu tidak bisa terus bersama. Kau akan menjadi pemimpin kerajaan ini, dan kau harus mematuhi peraturan yang ada!" Perintahnya, mutlak.

Rin pun diam tak bisa membantah, dirinya hanya bisa melihat kereta kuda yang mulai menjauh pergi membawa Len dan juga ayahnya.

Dirinya masuk ke istana setelah disuruh oleh ibunya dengan mata yang masih tersirat kesedihan.

Bersambung...

Story Of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang