Rin memandang keluar jendela kamarnya dengan tangan kanan yang diletakkannya di jendela, pandangan Rin menyendu.
Dirasakannya debaran tak mengenakan di jantungnya. Raut wajah Rin berubah menjadi raut kegelisahan. Perasaannya mengatakan bahwa akan ada hal buruk yang akan terjadi.
"kuharap bukan diriku," ucap Rin membalikkan badannya dan berjalan ke arah mejanya.
***
Len berjalan linglung ke suatu tempat setelah dirinya membersihkan dirinya dari darah.
Dirinya perlu menenangkan diri setelah apa yang telah dirinya lakukan.
Sampai. Len sampai ke tempat yang ingin di datanginya. Sebuah gereja.
Len memasuki gereja itu dengan wajah sendu. Dirinya memohon kepada Tuhan, menyesal dengan apa yang telah perbuatnya, Len tahu hal itu adalah hal yang salah.
Memohon pada Tuhan, dengan air mata yang mengalir. Jika dirinya terlahir kembali, buatlah dirinya kembar dengan Rin kembali, agar dirinya bisa mengubah sikap Rin menjadi lebih baik di kehidupan selanjutnya.
Setelah selesai dengan kegiatannya, Len berdiri dari duduknya, berniat kembali ke istana sembari menghapus air matanya.
Len keluar dari gereja dan berjalan pulang. Tidak sengaja, dirinya mendengar seseorang, atau mungkin dua orang, tengah berbicara, apalagi Len mendengar kedua orang itu menyebut-nyebut nama kerajaan Evilania.
Dengan rasa penasaran yang besar, Len pun menghampiri asal suara itu. Bersembunyi di balik dinding ketika dirinya telah menemukan asal suara. Suara itu berada di dalam gang yang sempit, jelas tidak ada satu pun orang yang menyadarinya.
"Itu ... bukannya Meiko dan pangeran Kaito? Sedang apa mereka?" Len bergumam, berbicara pada dirinya sendiri. Waktu sudah mulai gelap, matahari telah setengahnya tenggelam.
"Baiklah, apa yang ingin kau bicarakan, pangeran Kaito?" Ucap Meiko memulai pembicaraan. Len mendengarkan dengan seksama.
"Ini tentang ayahmu, dan juga tunanganku," ucap Kaito, "dan panggil saja aku dengan panggilan Kaito."
"Ayahku?" Tanya Meiko sepenuhnya terfokus dengan perbincangan ini.
"Ya. Aku tahu siapa yang telah membunuh ayahmu, dan juga siapa yang membunuh Miku," ucap Kaito.
"Siapa? Siapa orangnya?!" Ucap Meiko tidak sabar, dirinya ingin sekali melenyapkan orang yang telah membunuh ayahnya itu.
"Tapi sebelum kuberitahu, berjanjilah padaku. Kau akan membantuku memusnahkan orang itu," ucap Kaito.
"Tentu saja aku berjanji! Itulah niatku sejak awal, membunuh pelaku di balik kematian ayahku!" Ucap Meiko mantap.
Kaito mengambil sesuatu dari dalam saku celananya. Pisau. Pisau yang tadi ditemukan Kaito di keluarkannya dari kantung celananya.
"kau tahu pisau ini?" Tanya Kaito.
"Itu ... bukannya pisau milik-"
"Ya. Pisau ini milik anggota kerajaan Evilania," ucap Kaito memotong kalimat Meiko, "...Kau lihat darah yang ada di pisau ini? Ini darah tunanganku, Miku." Kaito menunjuk beberapa darah yang menempel di pisau itu.
"Dan lihat ini," Kaito menunjuk beberapa kecil noda darah yang menempel di pisau itu, "kau tahu ini darah siapa?"
"Itu... darah dari kerajaan Aka, tempatku!" Ucap Meiko yakin.
"Tepat. Lebih tepatnya, ini darah ayahmu," ucap Kaito.
Mendengar kalimat yang diucapkan Kaito, mata Meiko seketika membulat tidak percaya.
"Ja-jadi...." Meiko tak bisa melanjutkan apa yang ingin di utarakannya, lidahnya kelu. "Ratu Evilania yang, yang ... membunuh ayahku. Rin Kagamine Evilania?!"
"Ya," ucap Kaito.
Len yang sedari tadi mendengarkan mereka pun membulatkan matanya. Bagaimana Kaito bisa mendapatkan pisau itu?
Bagaimana Kaito tahu jika darah yang ada di pisau itu adalah darah Miku dan ayahnya Meiko?.
Beberapa detik kemudian, Len mengutuk dirinya sendiri. Dirinya lupa, ia meninggalkan pisaunya menancap di jantung Miku. Bagaimana benda sepenting ini bisa dilupakannya?!
"Sial sial sial! Tak akan kumaafkan dia! Ratu Rin, tunggu pembalasanku!" Ucap Meiko marah.
"Kumpulkan semua orang besok, pagi-pagi sekali. Aku akan mengumpulkan orang-orangku. Kita harus menurun tahtakan ratu Rin!" Ucap Kaito.
"Baik. Kita butuh banyak pasukan! Kerajaan Evilania sangat sulit untuk ditembus," ucap Meiko.
Len yang mendengar hal itu pun, lantas panik. Hingga dirinya tak sengaja menendang pot bunga yang berada di sebelahnya bersembunyi.
Len bersyukur kepada Tuhan karena Kaito dan Meiko terlalu sibuk dengan urusan mereka sehingga tidak memperdulikan suara kencang itu.
Dengan kecepatan kilat, Len segera pergi dari tempat itu menuju kerajaan Evilania. Dirinya hanya berharap, semoga saja rencana Meiko dan Kaito dibatalkan.
***
Sampai di kerajaan, Len langsung mendapat tatapan tajam dari saudarinya, Rin.
"Len kau kemana saja?! Dari siang tidak berada di kerajaan ini. Aku panik tahu!" Ucap Rin.
"Ma-maafkan saya Ratu. Ada beberapa kendala saat saya ingin kembali ke kerajaan, dan itu menghambat waktu saya. Mohon maafkan," ucap Len.
"Mou, yasudah lah! Lain kali jangan kau ulangi lagi!" Ucap Rin.
Rin dan Len pun pergi beriringan menuju kamar Rin. Waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam, ini waktunya bagi Rin untuk tidur. Seperti biasa, Len lah yang akan menyiapkan baju tidur untuk Rin.
Setelah Rin berganti baju tidur, dirinya menaiki ranjangnya yang bisa dibilang luas untuk seorang diri, apalagi badan Rin yang memang mungil itu.
"Ne Len, mau tidur denganku tidak malam ini?" Rin menepuk sebelah tempat dirinya yang saat ini tengah bersiap tidur.
"Itu lancang namanya, Rin." Len terkekeh pelan. Mungkin jika dirinya masih memiliki derajat yang sama dengan Rin, itu mungkin tidak akan menjadi masalah. Tapi keadaannya kali ini berbeda.
"Tapi aku ingin bersama Len!" Ucap Rin mengerucutkan bibirnya.
"Begini saja," Len memegang satu tangan Rin, "aku akan berada di sini sembari memegang tanganmu sampai kau tertidur."
Rin pun tersenyum melihat Len yang bisa menyelesaikan masalahnya yang ingin tidur bersama dengan Len.
Rin pun memposisikan dirinya. Menutup matanya sampai lama-kelamaan dirinya terlelap ke alam mimpi. Mungkin Rin sangat lelah hari ini karena Len sama sekali tak membantunya mengurus pekerjaannya.
Len pun tersenyum melihat Rin yang tidur dengan wajah damainya, sampai dirinya melupakan apa yang telah didengarnya tadi.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Evil
FanfictionDulu, aku pangeran dan kau putrinya. Sekarang, kau Ratunya dan aku pelayanmu. Dan aku ... bersedia mengorbankan apa pun demi sang ratu. Start = 8 November 2017 End = 19 Mei 2019 Copyright ©2017 by QuinnXena