23. Regret Message (2)

429 45 4
                                    

Pena itu bergerak dengan tinta di ujungnya, menuliskan beberapa patah kata. Permohonan.

Tangan Rin bergerak, mencelupkan ujung pena ke dalam botol tinta, dan menulis kembali. Air mata kembali meluap di pelupuk matanya. Ia kembali menangis, merutuki dirinya sendiri.

Rin menangis kembali. Padahal, dia sudah berjanji pada Len agar menjalani hidupnya dengan senyuman.

Len sendiri, tak menepati janjinya untuk selalu berada di samping Rin.

Rin menghapus air matanya dengan kasar. Ia menggulung selembar kertas yang tadi telah ditulisinya. Ia mengambil jubah hitamnya dan segera pergi keluar.

Langkah kakinya membawanya ke pantai. Dirasakannya ombak laut yang tenang. Ia menatap ke arah langit malam, bintang-bintang bertabur dengan cerahnya, menghiasi langit malam.

Ah..., Rin jadi ingat saat itu. Saat dimana Rin pergi dengan Len kembali ke pantai.

"Len, memangnya apa sih, yang membuatmu rajin kemari untuk melempar botol permohonan itu? Memangnya apa permohonanmu?" Tanya Rin dengan sebal.

Entah apa yang membuat Len rajin membuat permohonannya, lantas tak memberitahu Rin apa permohonannya. 'Kan Rin itu, kepo.

"Untuk Ojou-sama, semoga dada anda bertambah besar."

"LEN!!"

Rin menutupi dadanya dengan kedua tangannya, sementara wajahnya telah memerah bak tomat. Rin sadar diri dadanya itu pettan, tapi ya tidak usah pakai permohonan agar dada Rin membesar dong!

"Bercanda kok." Len menyengir sambil terkekeh, bercandaannya berhasil membuat Rin kesal rupanya.

Dan kata-kata Len itu berhasil membuat rona di pipi Rin sedikit berkurang.

"Lalu, Len membuat permohonan apa?" Rin berdiri dari duduknya ketika mengatakan itu.

"Ehm....

"Untuk kedepannya, semoga menjadi hari bahagia untuk ratuku, besok, dan selama-lamanya."

"Kalau itu yang kau inginkan..."  Rin berdiri dari posisi duduknya, menghampiri Len yang memandang sunset, membelakangi Rin.

"Cukup berada di sisiku, selalu..." Rin tersenyum simpul seraya memandang Len, "Aku selalu bahagia jika bersama Len..."

Kini gantian, rona merah menjalar di pipi Len mendengar kalimat yang terlontar dari bibir mungil Rin.

"...Benarkah...

"Aku akan sedang bila aku bisa melakukan itu..."

Air mata Rin kembali berjatuhan mengingat hal itu. Len, yang selalu memgabulkan permohonannya, kini tidak bersamanya lagi.

Kali ini Rin menaruh botol permohonannya dengan lembut ke air, membiarkannya memgapung dan menjauh mengikuti arah air.

"Aku berfikir, dilaut ini, apakah permohonanku akan tersampaikan?" Rin menatap botol kaca yang kini telah mengapung jauh dengan senyuman sendu.

Air mata Rin yang telah mengering kembali menguap, membuat matanya bengkak dan pipi yang kini telah kembali basah.

senyum Rin telah memudar, kedua kakinya tidak kuat menopang badan Rin pun jatuh terduduk  air laut membahasahi bagian bawah bajunya.

Maafkan aku...

Maafkan aku...

Maafkan aku..

Rin menjerit merutuki segala kebodohannya. Bodoh karena selalu mementingkan dirinya sendiri.

Tuhan, aku mohon...

Aku mohon...

Kepala Rin tertunduk, menatap air laut yang terombang-ambing karena pergerakannya.

Jika, suatu saat kami berdua terlahir kembali...

Tolong buat kami kembar kembali....

Dan biarkan kami bermain bersama...

Rin tersentak ketika roh Len memeluk tubuhnya dari belakang. I-ini, bukan mimpi, 'kan?

"Le-Leen..." Rin memanggil nama Len dengan hati-hati, takut jika ini cuma mimpi yang akan berakhir jika dirinya terbangun.

"Itu akan terjadi, Rin..."

Rin membulatkan matanya saat suara Len menggema di telinganya. Tidak, ini bukan mimpi.

Perlahan-lahan, roh Len menguap, bagaikan embun yang terbawa angin. Disaat yang bersamaan, matahari terbit di ujung sana, membuat Rin tersenyum lebar.

Yah... itu akan terjadi.

Tanpa di sadari Rin, Haku berdiri di belakangnya.

Tangannya menggenggam sebuah pisau dengan pandangan mata yang kosong. Detik kemudian, ia mengayunkan pisaunya ke arah Rin.

Dia, harus membalaskan dendam sahabatnya.

Bersambung...

Ciat, update malem-malem :v #kemaleman
Ini ngebut loh, ngebut :'v #gnanya

Ngantuk, dah deh, bhai~

~hazel

Story Of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang