27. After Re:birthday [End]

486 42 5
                                    

"Aku masih tidak menyangka." Rin menempelkan telapak tangannya ke arah dinding kaca tebal yang menjadi pembatas antara dia dan saudaranya.

"Hm, permintaanmu sungguh tidak masuk akal tetapi entah kenapa bisa terwujud." Len ikut menempelkan telapak tangannya, memandang sendu sambil berharap jika dia benar-benar bisa menggenggam tangan itu.

Mereka memang benar-benar dipertemukan kembali, dalam wujud robot modern yang entah kenapa bisa memiliki hal bernama perasaan dan ingatan, tetapi mereka tidak dapat menyentuh satu sama lain. Entah dari mana datangnya kaca tebal yang menjadi pembatas antara mereka, seakan hukuman bagi keduanya masih terus berlanjut. Kaca itu selalu ada, tidak akan membiarkan Rin dan Len sampai saling menyentuh.

Mereka bertemu tapi tidak bisa bersentuhan, tahu rasanya? Mungkin seperti menghubungi orang jauh melalui video call—bisa melihat, tetapi tidak bisa disentuh.

"Aku merindukanmu." Rin mengepalkan tangannya, menggigit bibir bawahnya menahan isakan yang sebentar lagi disusul oleh butiran liquid yang keluar dari matanya.

"Kita sudah bertemu, Rin. Jangan menangis."

"Aku ingin menyentuhmu, memelukmu, tidak bisa?" Isakan-isakan kecil keluar dari mulut Rin, ia berusaha meredam tangisnya sebisa mungkin. Harusnya robot tidak memiliki perasaan, harusnya tidak bisa menangis, tapi kenapa cairan liquid itu terus-menerus keluar?

"Maaf, Rin. Maafkan aku, jangan menangis."

Pada akhirnya yang mereka lakukan hanyalah menangis, memaksa memecahkan kaca itu, yang berakhir dengan sia-sia.

"Hei, jangan menangis."

Rin dan Len menoleh bersamaan ke arah sumber suara.

"Miku," ucap merela bersamaan.

"Jangan bersedih, suatu saat nanti, kalian parti dapat bersentuhan kembali." Miku merangkul keduanya sembari tersenyum.

Tidak, kalian tidak boleh bersama.

"Kalian berdua itu kembar 'kan? Kalian pasti bisa bahagia dengan cara kalian sendiri!" ucap Miku memberikan semangat.

Kalian tidak boleh bahagia!

Kalian harus merasakan apa yang kurasakan.

Kalian tidak boleh baik-baik saja!

"DIAAAM!!!" teriak Miku sambil menarik rambutnya sendiri, berusaha mengusir suara-suara yang memenuhi pikirannya.

"Mi-Miku, kau kenapa?" tanya Rin dan Len secara bersamaan, khawatir dan sedikit terkejut mendengar Miku yang tiba-tiba berteriak.

"A-ah, aku tidak apa-apa. Tadi ada nyamuk yang berdenging di sekitar telingaku," ucap Miku berusaha menghilangkan nada kegugupan pada perkataannya.

"Oh, oke? Terima kasih karena telah menyemangati kami. Kami akan melalui hari-hari dengan gembira." Len menatap Miku sembari tersenyum, membungkukkan badannya sembilan puluh derajat tanda terima kasih.

"Bersenang-senanglah!" Miku melambaikan tangannya ke arah mereka.

Setelah mereka pergi, senyum Miku memudar, pandangannya menjadi sendu.

Akhir-akhir ini dirinya dihantui oleh suara-suara itu. Menyerukan di otaknya bahwa dia seharusnya membenci Rin dan Len, dengan alasan yang tidak masuk akal. Demi masa lalu, katanya.

"Memangnya apa yang terjadi padaku di kehidupan yang sebelumnya?" gumam Miku.

*****

Tebak apa?

Kaca tebal yang membatasi Rin dan Len, menjadi lebih tipis dari sebelumnya. Miku pun, sudah bisa berdamai dengan suara yang membayang-bayangi kepalanya.

Saat ini, Rin dan Len sedang saling duduk membelakangi, punggung mereka sama-sama menempel pada kaca itu. Mereka tengah bernyanyi lagu yang baru saja dibuat oleh pencipta mereka, lagu yang di pesan untuk dibuat music video dengan Rin dan Len.

Tiba-tiba, kaca yang menghalangi mereka menghilang. Membuat Rin dan Len terkejut karena dapat merasakan punggung kembarannya. Mereka pun membalikkan badannya, lebih terkejut karena mereka dapat menyentuh satu sama lain lagi.

Air mata tidak bisa dibendung lagi oleh keduanya. Mereka menangis keras sambil memeluk satu sama lain, memasang senyuman terlebar yang mereka bisa.

Sementara Miku yang duduk memeluk lutut dan melihat mereka dari jauh, tersenyum. Ikut senang melihat kembar identik yang sudah dianggap adiknya sendiri dapat bersama kembali.

Kau malah ikut tersenyum saat mereka bahagia.

"Memangnya kenapa? Toh mereka kuanggap adikku sendiri. Mereka bahagia, aku juga ikut bahagia."

Kau seakan sudah melupakan apa yang mereka perbuat di masa lalu padamu.

Ya, dia menceritakan semuanya. Apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya. Dengan harapan Miku akan ikut menaruh dendam, tapu tidak.

"Masa itu sudah berlalu. Tidak ada gunanya juga jika aku membalas dendam, memangnya apa yang aku dapatkan? Aku juga 'kan saat ini hidup seperti mereka. Dulu Rin begitu, karena dia masih empat belas tahun, juga sangat dimanja di kerajaannya. Pikiran aku akan mendapatkan apa yang aku mau, sudah tertanam di kepalanya. Dia hanya anak kecil polos yang menerapkan apa yang pernah diajarkan, dia tidak salah," jelas Miku dengan panjang lebar.

Yah, mau bagaimana pun aku mempengaruhi, kalau dasarnya memang baik hati akan tetap baik hati, 'kan?

Suara itu mendadak hilang, membuat suasana dilanda keheningan karena Rin dan Len pergi untuk bersenang-senang.

"Hei, kau di mana?" panggil Miku dengan kebingungan.

Miku memiringkan kepalanya heran karena melihat kunci yang tiba-tiba berada di hadapannya. Ia pun mengambilnya, "Ini kunci apa?"

Lubang untuk kunci itu ada di kamarmu, tepat diatas tempat tidur. Masukkan saja ke situ dan jangan banyak tanya.

Miku meski dengan kebingungan yang melanda, dia tetap melakukan apa yang diperintahkan suara di kepalanya.

Ia memasuki kamarnya dan mencari lubang yang dimaksud. Dan benar katanya, lubang itu ada di atas tempat tidurnya.

"Sejak kapan ada lubang kunci di situ?"

Miku pun memasukkan kunci itu ke lubangnya, memutarnya perlahan dan menunggu sesuatu terjadi. Tetapi tidak ada yang terjadi selama beberapa menit.

"Apa dia sedang bermain-main?" Miku berucap dengan nada datar, merasa bodoh karena mau-maunya mengikuti perintahnya.

Tapi tiba-tiba, muncul cahaya putih menyilaukan dari lubang kunci itu, membuat Miku menutup matanya karena tak tahan dengan silaunya.

*****

"Ratu Rin? Anda mendengar saya?"

Rin mengerjap cepat, menatap sekitarnya yang tiba-tiba berubah menjadi ruang rapat kerajaannya, Len yang berada di sisinya dan para petinggi kerajaan lain yang menatapnya heran.

Rin memasang wajah layaknya orang bodoh. Sepertinya tadi, dia dan Len sedang membeli permen kapas untuk merayakan jika dirinya dan Len bisa bersentuhan kembali.

Tetapi, kenapa sekarang malah?

"A-apa?"

[FIN]

Haloo, ada yang kangen? :')

Jangan diapus dulu book ini waktu kalian liat kata fin. Masih ada Epilog, kok. Sabar ya. :')

Story Of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang